Seeking Tranquility

106 9 2
                                    

"Kamu harus tanggung jawab..."

"Ini semua karna kamu!"

"Kamu seharus nya gak lahir!"

"Mau ikut daddy atau mommy?"

"Disini dulu ya, nanti mommy jemput"

"Mommy sakit, mommy istirahat dulu ya..."

"MOM..." teriak seorang wanita yang baru saja terbangun dari tidurnya. Matanya basah oleh air mata yang entah sejak kapan mengalir. Mimpi buruk yang kembali menghantuinya membuatnya merasa dunianya hancur seketika.

Dia melirik ke arah jam dinding dan segera sadar bahwa waktunya hampir habis. Dengan cepat, wanita itu bersiap-siap untuk pergi ke sekolah, mencoba mengesampingkan mimpi buruknya meski hatinya masih terasa gelisah.

***

Seluruh penjuru sekolah Ganesha Pratama hari ini dipenuhi aktivitas. Para siswa dan guru sibuk mempersiapkan bazar akhir bulan yang akan diselenggarakan dalam dua hari lagi. Stand-stand mulai didirikan, dekorasi dipasang, dan suasana penuh semangat memenuhi sekolah, menciptakan antusiasme yang terasa begitu membakar. Semua orang berusaha memberikan yang terbaik untuk acara yang sudah lama ditunggu-tunggu ini.

"Woy, Joy, tolong ambilin balon yang ada di meja dong" teriak salah satu siswa yang berada di atas tangga. Tentu dengan cepat Joy membantunya. 

"Joya..." panggil seseorang yang mengalihkan perhatiannya. 

"Kak Jaendra..." sapa Joy terkejut. 

Jaendra tersenyum hangat kearah Joy, "Lagi sibuk ya?" tanya nya. 

"IYALAH! BUTA LO?!" teriak Ten dari atas tangga. Ten adalah teman sekelas Joy yang sangat galak dan bawel, hal itu membuat mereka sering bertengkar. 

Dengan kesal Joy melirik sinis kearah Ten yang menampakkan wajah menjengkelkan. "Bisa diem gak lo kecubung?!" kesal Joy. 

"Jelas gak bisa, gue gak akan membiarkan lo asik pacaran ninggalin gue yang kesusahan," ungkap Ten dengan nada setengah bercanda, tapi langsung membuat Joy refleks menendang tangga dengan cukup keras.

Tangga tersebut goyang, dan Ten kehilangan keseimbangan, ia terjatuh dengan cepat. Untungnya, Kevin yang ada di dekatnya segera menangkap Ten sebelum dia jatuh lebih parah, dan kali ini situasinya membuat semua orang terkejut.

"Aaaa mas Kevin, so sweet banget sih," goda Ten sambil memukul pelan dada Kecin, jelas hanya bercanda. Kevin, yang merasa geli dengan tingkah Ten, langsung menjatuhkannya tanpa ampun. Ten meringis kesakitan, memegangi punggungnya.

"Babi!! Tulang ekor gue! Tega kamu mas!!" teriak Ten kesal, membuat teman-teman sekelasnya tertawa terbahak-bahak melihat kejadian itu.

Begitulah kondisi stand 11 IPS 2, penuh dengan kekacauan dan canda tawa. Berbeda jauh dengan stand 11 IPA 2 yang terlihat tenang, teratur, dan penuh dengan kerja sama yang harmonis. Di sana, para siswa bekerja dengan rapi, saling membantu satu sama lain, menciptakan suasana yang damai. 

"Wen..." panggil Irene membuyarkan lamunan Wendy. 

"Bengong aja... mau cerita?" tanya nya kini duduk disamping Wendy. 

Wendy tersenyum hangat dan menggelengkan kepalanya. Namun jelas terlihat dari sorot matanya, bahwa Wendy membutuhkan seseorang disampingnya. Dengan lembut Irene menggenggam tangan Wendy. 

"Kalo ada apa-apa bilang ya... jangan disimpen sendiri, kan lo punya kita" ucapnya mengingatkan bahwa Wendy tak pernah sendirian. 

"Iya, Rene... gue... cuma malu—"

Darkness UnveiledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang