Torturous Space

135 20 0
                                    

Hari Sabtu pagi, langit cerah dengan awan putih berserakan di cakrawala. Joy bangun dengan semangat, membayangkan hari yang menyenangkan di pantai bersama Rose. Ia sudah menyiapkan segala keperluan, dari bekal makanan hingga peralatan bermain pasir.

Namun, tak lama setelah sarapan, teleponnya berdering. Nama Rose muncul di layar. "Joy, maaf banget, gue gak bisa ikut ke pantai hari ini. Ada pertemuan keluarga besar." suara Rose terdengar menyesal di ujung telepon.

Joy menghela napas panjang setelah menutup telepon. Satu per satu ia mencoba menghubungi teman-temannya yang lain. Lisa tak bisa ikut karena sedang sibuk merawat peliharaan barunya. Yeri juga tidak bisa karena sudah ada rencana pergi bersama Jennie, kakaknya.

Akhirnya, dengan perasaan campur aduk, Joy memutuskan untuk tetap pergi ke pantai sendirian. Ia tidak ingin hari yang cerah ini berlalu begitu saja. Dengan ransel di punggung, ia berangkat menuju pantai.

Setibanya di pantai, Joy merasa lega melihat pemandangan laut yang luas dan birunya air yang memantulkan cahaya matahari. Ia melepas sandalnya, merasakan lembutnya pasir di antara jari-jari kakinya. Angin laut yang sejuk menerpa wajahnya.

Joy memilih tempat yang agak sepi di bawah pohon kelapa. Ia membentangkan tikar dan duduk di atasnya, menikmati suara deburan ombak yang menenangkan. Sesekali, ia memandang ke arah laut, mengamati perahu-perahu kecil yang bergerak perlahan.

Joy tersenyum, meskipun sendirian ia merasa sangat senang. Sebenarnya tujuan utama dirinya ke pantai bukan hanya sekedar berlibur dan menikmati hari yang begitu cerah ini. Dia merindukan seseorang yang telah jauh darinya, seseorang yang sangat Joy cintai.

Dengan langkah pelan, Joy berjalan menyusuri tepi pantai. Angin sepoi-sepoi meniup lembut rambutnya, membawa aroma asin laut yang mengingatkannya pada masa-masa indah bersama orang yang dirindukannya.

Joy berhenti sejenak, menarik napas panjang sambil memandangi ombak yang bergulung lembut di kejauhan. Ia kembali ke bawah pohon kelapa di mana tasnya berada, lalu mengeluarkan sesuatu yang telah ia persiapkan tadi malam. Sebuah kantung bunga, berisi kelopak-kelopak bunga yang masih segar dan harum

Joy berjalan mendekati tepi air, di mana ombak kecil sesekali membasahi kakinya. Sambil memejamkan mata, Joy mulai menaburkan kelopak bunga satu per satu ke atas air.

"Aku udah tepatin janji aku, Dev. Meskipun telat" ujar nya berbisik.

Ketika kantung bunga sudah kosong, Joy duduk di pasir, membiarkan air mata mengalir tanpa ditahan. Bukan karena sedih, tetapi karena perasaan lega dan damai yang tiba-tiba menyelimuti hatinya. Ia merasa seolah-olah telah melepaskan beban yang selama ini ia bawa. Laut yang tenang dan bunga-bunga yang mengapung di atas air menjadi saksi bisu dari rasa cinta yang tak pernah pudar.

"Aku kangen, Dev. please comeback to me."

Devan Sea Radeya adalah mantan kekasih Joy yang telah berpulang kepangkuan tuhan. Devan pergi meninggalkan Joy tepat setelah mereka merayakan hubungan mereka, di malam yang sama devan mengalami kecelakaan. Keluarga Devan yang menganut agama Budha mengharuskan devan untuk di kremasi, sehingga abunya kini berada di laut.

"Kamu suka banget laut, sampai kamu pun menjelajahi laut terlalu jauh, Dev." ucap Joy mengingat bahwa semasa hidupnya Devan selalu suka berselancar.

Setelah kepergian Devan sebenarnya Joy sedikit takut untuk melihat laut, lebih tepatnya ia takut mengingat Devan. Sudah setahun berlalu namun perasaan nya masih sama, rasa yang tak pernah padam ini selalu menyiksa Joy.

"Bahkan ngambil kamu dari aku aja gak cukup, sampai tuhan harus hapus ingatan ibu aku tentang anaknya sendiri." gumam Joy merasa takdirnya begitu menyedihkan.

Darkness UnveiledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang