Let Time Tell Us

107 18 3
                                    

Saat waktu pulang tiba, Irene berjalan menuju halte bus, di mana ia melihat Joy sudah duduk menunggu kedatangan bus. Mengingat janjinya kepada Lisa untuk mencoba membujuk Joy, membuat Irene sedikit berpikir lebih dulu tentang cara memulai obrolan.

Irene duduk disamping Joy dan berdehem untuk menyadarkan Joy dari lamunannya. "Ngelamun aja. Mikirin apa sih lo?" tanya Irene membuka obrolan. 

Joy beralih menatap Irene, dan matanya mulai berkaca-kaca, membuat Irene terkejut dan sedikit panik. Karena tak ingin dilihat oleh banyak orang, Irene segera menutupi kepala Joy dengan handuk kecil miliknya.

"Gapapa, semuanya pasti akan baik-baik aja" ucap Irene berbisik sambil mengusap lembut punggung Joy yang kini menangis di balik handuk.

Irene berusaha terus menenangi Joy hingga akhirnya Bus yang di tunggu pun datang, "ayok naik bus dulu, Joy" ajak Irene merangkul Joy untuk menaiki Bus.

Setelah berhasil mendapatkan tempat duduk, dan Joy pun sudah merasa jauh lebih tenang akhirnya Irene meminta Joy untuk bercerita. "Lo gak mau coba cerita ke gue? Siapa tau gue bisa kasih solusi" tawar Irene.

Sebelum siap menceritakan semua nya Joy terlebih dulu menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. 

"Gue temenan sama Lisa udah dari awal MPLS sekolah, kak. Jujur aja, selama berteman sama Lisa, gue liat dia tuh anak yang gampang dimanfaatin. Selama ini, Mina selalu manfaatin Lisa buat deket sama banyak cowok, dan gue gak nyangka kali ini target Mina adalah Sehun, orang yang udah lama disukai Lisa, kak."

Irene masih diam menunggu kelanjutan cerita Joy. 

"Kejadian kaya gini bukan sekali dua kali, kak. Lisa cerita sendiri ke gue, dia gamau ceritain Sehun ke Mina karna dia takut ..." ujar Joy menggantungkan kalimatnya. 

"Takut? Kenapa?" tanya Irene menatap dalam-dalam mata Joy. 

"Dulu... dia juga pernah diginiin Mina. Orang yang dia sayang di rebut Mina." ucap Joy

"Lisa takut kehilangan orang yang dia sayang buat kedua kalinya, kak. Makanya dia gak cerita soal Sehun ke Mina. Dan bego nya dia selalu turuti kemauan Mina, makanya gue marah sama dia tadi. Gue sendiri pun kaget bisa ngomong gitu ke Lisa, gue ngerasa bersalah, kak." ungkapnya.

Irene mengangguk, intinya sekarang ia sudah paham alasan Joy marah seperti tadi.

"Lo teman yang baik Joy. Gue iri liat pertemanan kalian..." gumam Irene tersenyum tipis. 

Sama author juga iri -Author membrontak.

"Tapi coba lo liat lebih dalam lagi, Joy. Mungkin Lisa begitu karena dia gak mau kehilangan Mina yang udah nemenin dia lebih lama. Atau bisa jadi juga perasaan Lisa ke Sehun udah gak ada, kan? Perasaan dan pemikiran orang itu gak ada yang tau, Joy. Dan semua bisa dicari jalan keluarnya asal dibicarakan baik-baik." kata Irene mencoba memberikan nasehat kepada Joy. 

"Di bicarain lagi, ya? Nurutin emosi dan gengsi cuma bikin kita kehilangan sesuatu, Joy." lanjut Irene. 

Joy mengangguk paham, "makasih nasehatnya ya, kak. Besok gue bakal coba tanya baik-baik ke Lisa."  Irene tersenyum hangat, ia tak menyangka bisa menjadi penengah dari masalah ini.

***

Jennie dan Yeri sudah sampai di rumah sejak tadi. Yeri benar-benar diam, tak berkata sepatah kata pun sejak mereka kembali dari kantin. Jennie pun bingung, tak tahu harus memulai obrolan dari mana untuk mengajak Yeri bicara.

"Gak laper, dek?" tanya Jennie melihat Yeri yang baru saja turun keluar dari kamarnya.

Yeri menggeleng pelan, lalu tanpa sepatah kata, ia berjalan dengan cuek ke sofa dan duduk sambil menunduk, fokus pada ponselnya. Jennie memperhatikan dengan hati yang berat, merasa frustrasi namun berusaha tetap tenang.

Darkness UnveiledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang