Different Feelings

147 10 3
                                    

Langit menampakkan warna jingga nya, dihiasi oleh sekawanan burung yang terbang ke sana kemari, menciptakan pola yang indah. Di atas tanah yang masih sedikit lembab setelah disiram gerimis sore tadi, Jisoo Putri Mandala, berdiri dengan tenang. Ia duduk di atas ayunan tua yang tergantung di bawah pohon rindang dan lebat di halaman rumahnya.

Saat tengah asik menikmati senja, tiba-tiba sebuah mobil sport mewah memasuki kawasan rumahnya. Melihat pemandangan itu, Jisoo hanya bisa menghela nafas panjang. Keinginan untuk segera meninggalkan tempat yang nyaman itu muncul dalam benaknya, namun suara seseorang yang keluar dari mobil menahannya.

"Jisoo, please... Give me time to talk to you" ucap pria yang masih rapih terbalut seragam sekolah. 

Jisoo berbalik badan menatap nanar ke arah pria tersebut, perlahan pria tersebut berjalan mendekati Jisoo. "Cepet Joshua, gue gak punya banyak waktu" ujar nya tanpa menatap pria bernama Joshua yang tak lain adalah mantan kekasihnya.

Joshua dengan lembut menggenggam tangan Jisoo yang kini tatapannya hanya menatap tanah basah. "Aku mau kita balikan, aku mau lakukan apapun asal kita balik kaya dulu lagi. Aku janji gak akan mengulang kesalahan yang sama, please" Joshua berkata dengan nada yang penuh harap.

"Hundred of times you say that!! Dan ratusan kali juga lo mengulang hal yang sama, Joshua!" seru Jisoo dengan nada yang gemetar, baginya pria di hadapannya ini adalah seorang monster yang mengerikan.

Joshua menundukkan kepalanya, perasaan campur aduk menghantam hatinya. Ia bergumam dalam hati bahwa ini sudah ratusan kali ia ditolak mentah-mentah oleh Jisoo, yang dulu sangat tergila-gila padanya. Namun kini, takdir telah berubah. Buktinya, sekarang dialah yang tergila-gila.

Dengan suara yang hampir bergetar, Joshua berkata, "Jisoo, gue cuma minta satu kesempatan buat menjelaskan semuanya. Gue tau gue salah, tapi gue gak bisa mundur tanpa mencoba memperbaiki semuanya."

"Apa?! Apa yang harus di perbaiki, Joshua?! Perihal hubungan kita yang udah lama hilang atau soal cewe yang jadi selingkuhan lo dan sekarang lagi ngandung anak lo itu?!" tanya Jisoo, mata nya kini merah dan berkaca-kaca, urat-urat lehernya bermunculan pertanda bahwa ia benar-benar marah sekarang.

"Pergi, Joshua." usir Jisoo sembari mengusap air matanya yang lolos keluar begitu saja. 

"T-tapi—"

"I told you!!! Get out of here!!" bentakan terakhir Jisoo akhirnya berhasil membuat Joshua melangkahkan kaki nya pergi dari kediaman Mandala. 

Dengan pikiran yang berantakan, Jisoo mengusap air matanya dengan kasar. Tidak, dia tidak ingin menangisi masa lalu percintaannya yang begitu tragis. Ia menegakkan kepala, berusaha menunjukkan kekuatan yang sebenarnya rapuh di dalam dirinya. Setelah perpisahan kedua orang tuanya, Jisoo selalu berharap mendapatkan seorang kekasih yang loyal padanya, seseorang yang bisa ia jadikan tempat pulang untuk bersandar.

Namun, setiap kali ia melihat Joshua, luka lama terbuka kembali. Kisah percintaan yang begitu buruk dengan Joshua membuat Jisoo mengalami masalah kepercayaan dalam hubungannya yang sekarang ia jalani bersama Theo. Setiap senyum dan janji manis dari Theo sering kali dibayangi oleh kenangan pahit masa lalu.

Ketika sedang kalut dalam bayangan-bayangan pahit nya di masa lalu, telpon Jisoo bergetar menunjukan nama Theo di layar ponselnya. Jisoo menarik napas dalam, berusaha mengumpulkan kekuatan. 

"Sayang, aku baru sampai rumah habis dari main baseball tadi" Ucap Theo di sebrang telpon sana, mendengar suara Theo yang selalu berbicara dengan nada soft dan ceria membuat Jisoo selalu merasa bahagia. 

"Mandi dulu sana, jangan lupa makan malam. Pr juga jangan lupa di kerjain, aku gak mau ngasih kamu contekan pr mulu!" balas Jisoo memperingati. 

Terdengar Theo terkekeh pelan, "Iya sayang siap, tapi aku mau makan malam bareng kamu, kamu capek gak kalo aku ajak keluar malem ini?" 

Darkness UnveiledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang