01 - Sekolah🌜

301 27 3
                                    

6 Juni 2024

『••✎••』

Sang arunika tampak tersenyum, menampakkan cahayanya pagi ini. Masih pukul 6 kurang 10 menit pagi namun rumah Keluarga Pratama tampak sepi. Hanya ada seorang tukang kebun yang bekerja menyirami tanaman di pekarangan rumah keluarga itu. Suara gemericik air memberi ketenangan tersendiri. Suasana di luar begitu asri nan sejuk.

Berbanding terbalik dengan suasana di salah satu kamar. Tak ada yang baik-baik saja disana. Laptop dibiarkan terbuka namun layarnya telah padam. Mungkin baterainya habis. Tong sampah yang penuh dengan bungkus snack. Selimut yang menjuntai hingga ke karpet. Bantal dan guling berjatuhan ke karpet di sekitar ranjangnya. Sedangkan sang pemilik masih asik menyelam ke dalam lautan mimpi.

Posisi tidur yang begitu aneh. Kedua kakinya disandarkan ke kepala ranjang. Sementara kepalanya tertutup selimut kecuali bagian hidung kebawah. Mulut yang terbuka dan hidung yang kembang kempis seiring napas bergantian. Tangan sang empu bahkan dilencangkan hampir sama dengan lebar ranjangnya.

Tiba-tiba suara alarm di nakas berbunyi begitu kencang hingga membuat sang empu terkejut.

Kringgggg...

"Engh... Astaga siapa yang masang alarmnya sih!?"

Tak sadarkah jika ia sendiri yang memasang alarm itu? Dasar gadis aneh! Mau tak mau gadis itu harus bangun untuk mematikan alarm yang masih berbunyi nyaring itu. Dengan nyawa belum terkumpul gadis itu mematikan alarmnya lalu kembali menjatuhkan kepalanya diantara juntaian selimut.

Tak sampai lima menit, suara ketukan pintu berhasil membuat netra indah gadis itu terbuka kembali.

Tok tok tok

"Mil, lo udah bangun kan? Mili? Jangan bilang lo masih ngebo!"

Suara itu sepertinya tak asing di telinga gadis itu. Suara perempuan namun terkesan lebih lemah lembut dari suaranya. Gadis itu tak mengindahkan suara yang terus saja terdengar dari balik pintu kamarnya. Gadis itu malah menyembunyikan wajahnya dibalik selimut agar suara-suara berisik di luar kamarnya teredam.

Namun, gadis itu dibuat terkejut setengah mati di kala pintu kamarnya berhasil dibuka oleh perempuan tadi yang tak lain adalah kembarannya, Amelia Nindiatama.

"AMILIA NINDIATAMA! ASTAGA TERNYATA BENER MASIH NGEBO YA LO! BANGUN KAGAK LO! LIAT INI UDAH JAM BERAPA!?"

Teriakan kencang dari suara kembarannya itu tidak berhasil membuat seorang Amilia Nindiatama terbangun. Kesabaran Amel sepertinya sangat diuji dengan diberi kembaran seperti Amil. Bagaimana tidak? Melihat kondisi kamar tidur Amil saja sudah membuat Amel mengelus dadanya.

"MILI BANGUN! UDAH JAM 6 LO MAU KITA TELAT, HAH?!"

Mendengar kabar bahwa sekarang sudah pukul 6, netra Amil segera terbuka. Bukan terbuka lagi melainkan melotot seketika. "WHAT?!"

"ASTAGA MANA KUNCIR RAMBUT GUE? GUE MAU MANDI. LO TUNGGUIN GUE DI BAWAH AJA! 20 MENIT GUE KELUAR!"

Gadis cantik itu tampak panik setengah mati. Ia bahkan sampai lupa membawa handuk. Sedangkan sang kembaran justru geleng-geleng kepala melihat Amil yang terkadang bangun terlambat. Sekarang sudah pukul 6 lebih lima menit. Amel berharap kembarannya yang ceroboh itu segera turun dan menyusulnya.

Ia tak mau terlambat kali ini, apalagi hari ini adalah Hari Senin. Habislah mereka jika sampai terlambat, Pak Kumis alias Pak Sumanto akan memberikan hukuman berdiri di tengah lapangan sembari hormat ke tiang bendera. Amel tak mau wajahnya jadi belang hanya karena kepanasan.

Love Hate Relationship (On-going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang