07-09-24
『••✎••』
Amil menatap kosong nisan Arya. Ia tak pernah membayangkan jika Arya akan pergi secepat ini. Masih teringat beberapa hari lalu Arya sempat menjanjikan akan menonton bioskop bersama. Namun janji itu telah hilang, hanya tinggal kenangan.
"Kak Arya, kamu tau? Kamu itu cowo paling bullshit yang pernah aku kenal. Katanya setelah kamu pulang mau ajak aku nonton bioskop. Nyatanya kamu pulang malah tinggal nama," ujar Amil sembari cemberut. Matanya terlihat sembab karena semalaman menangis.
"Tapi kamu juga cowo yang paling aku sayang setelah papa. Kamu tau, papa sampai syok setelah tahu kamu meninggal. Padahal rencananya papa mau jodohin kita tau," sambungnya dengan suara makin memelan. Disampingnya sudah ada Amel dan Dinda.
Papa serta mama si kembar pun turut hadir. Mereka merasa terpukul atas kepergian Arya. Mereka sudah menganggap Arya seperti anaknya sendiri. Kebaikan Arya tak akan mereka lupakan begitu saja.
"Kak Arya yang tenang ya disana. Aku disini akan selalu doain kak Arya. Kita semua sayang kak Arya, tapi nyatanya Allah lebih sayang kak Arya. Semoga aja ga ada bidadari yang gangguin kak Arya disana. Kalo ada bilang sama aku, nanti aku tendang wajahnya!" Amel yang berada disamping Amil lantas mengelus bahu Amil. Ia tahu Amil sedang rapuh tapi ia berusaha menutupinya.
"Kita berdoa sama-sama ya buat kak Arya," ajak Amel. Amil mengangguk. Mereka bersama berdoa untuk Arya.
Setelah selesai, mereka pulang ke rumah masing-masing. Hari-hari berjalan seperti biasanya. Meskipun canda tawa Arya tak kan pernah lagi terdengar. Mereka akan selalu mengenang Arya sebagai pahlawan.
『••✎••』
Beberapa hari setelah kepergian Arya, Amil masih saja murung. Ia bahkan sangat susah disuruh makan. Mama Adhisti, Amel dan Papa Yudha tentunya sangat khawatir melihat kondisi Amil setelah Arya meninggal.
Seperti sekarang, Amel tengah membujuk Amil agar mau makan. Hal itu karena hari makin siang, namun Amil belum mau sarapan.
Mereka tengah duduk di atas karpet. Amil tengah bersandar di pinggiran ranjang sembari menatap kosong pada jendela yang terbuka. Sedangkan Amel berada disisi kanannya sembari membawa piring berisi makanan.
"Mil, jangan gini dong. Lo kaya mayat hidup tau ngga!"
Amil terkekeh miris. "Gue emang mayat hidup, arwah gue kayanya udah terbang bareng Kak Arya, Mel," ujar Amil.
"Mili, Kak Arya pasti ngga suka liat lo begini. Dia pasti sedih liat lo kaya mayat hidup. Kalau nggak demi kesehatan lo, tolong makan demi Kak Arya."
Seketika Amil menoleh pada Amel yang menatapnya dengan tatapan khawatir. Mendengarkan kata-kata Amel barusan, malah membuatnya turut sedih. Bagaimana tidak? Tentu saja apa yang dikatakan oleh Amel ada benarnya.
Ada rasa sedikit penyesalan dalam hatinya. Amil merasa jika Arya memang akan sedih jika ia susah makan seperti ini. Bahkan Amil sering kali melamun bahkan sampai menangis sepanjang malam karena rindu pada kenangan yang ia buat dengan Arya.
"Ngga! Kak Arya pasti bahagia kan diatas sana, Mel?" tanya Amil dengan sedikit khawatir.
"Dia pasti bahagia kalau liat lo bahagia juga, Mil. Gue tau ini sulit, tapi gue ada selalu buat lo," ujar Amel memberi semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Hate Relationship (On-going)
RomanceKarya ini murni hasil pemikiran dan kegabutan saya! PLAGIATOR MOHON MENEPI DARI LAPAK SAYA!!🔥🔥🔥 Cerita Love Hate Relationship ini adalah spin off dari cerita My Destiny Is You dan Kapal Ardin. Silahkan baca kedua cerita diatas dulu karena mereka...