Di teras Kelas 11 Jurusan IPS, seorang gadis duduk di kursi keramik dipinggir teras tanpa rasa takut, padahal ia berada di lantai dua. Pemandangannya didepan adalah ketinggian lantai dua tersebut. Kakinya bergoyang, tanda ia senang.
Ia menatap kerumunan di lapangan yang sedang terlaksana acara Bazar di Sekolahnya. Kepalanya ikut bergoyang mengikuti irama kakinya.
Rambut panjang warna hitam, matanya sedikit coklat, hidungnya mancung, dan bibirnya tipis sungguh indah dipandang.
Jeana Pramoedya, anak tunggal yang sekarang sudah ditinggal pergi oleh kedua orangtuanya. Menjalani kehidupan pahit sendirian, Ayahnya sempat menikah lagi dengan wanita lain, yang kini menjadi Ibunya.
Menjalani pernikahan hanya selama 13 tahun, sebab Ayahnya meninggal karena kecelakaan. Jeana memilih tinggal sendiri di rumah peninggalan sewaktu dengan Ibu kandungnya.
Gadis cantik itu menatap layar ponselnya ketika merasa benda pipih itu bergetar.
Sebuah notifikasi yang berisi:
"Kouta Internet anda sudah habis. Ayo aktifkan paket menarik lainnya."
Jeana tersenyum kecut.
"Sialan." Umpatnya pelan.
Suara panggilan nyaring dari sahabatnya membuat kepalanya menoleh ke kanan.
"JEAAANAAAAA!!! TOLONGIN GUE!!." Ia memegang lengan Jeana.
Wajahnya nampak panik.
"Kenapa Cel?." Tanyanya heran.
"Huhuhu, gue nggak sengaja mecahin Botol kacanya Azriel!." Jawabnya sampai ingin menangis.
"CELIIIINE, DIMANA LO??." Teriak orang yang dimaksud, wajahnya merah padam.
Azriel menoleh ke arah Jeana dan Celine berada. Ia mulai berjalan mendekat kepada mereka.
"Tolongin gue, Na. Please." Tuturnya.
"Lo sendiri tau, kalo itu Botol kesayangannya Azriel. Lo minta maaf baik-baik, terus bilang bakal lo ganti."
"Tapi—."
"Gue tanya satu hal, lo langsung pergi nggak minta maaf kan?."
Dengan ragu, Celine mengangguk jujur.
"Itu masalahnya."
Azriel pun sudah berada di dekat mereka. Sebelum laki-laki itu mulai berbicara meminta penjelasan. Celine lebih dulu berbicara.
"Maafin gue, Azriel. Gue tadi nggak sengaja. Gue mau ambil buku sejarah lo tadi di meja, nggak sengaja kesenggol. Tolong, maafin gue." Ucapnya jujur, sambil menutup mata.
Tatapan Azriel menajam ke arah gadis didepannya. Sedangkan Jeana hanya duduk menyimak.
"Gua tau lo nggak sengaja, setidaknya lo minta maaf lebih dulu. Lo nggak sepatutnya kabur kayak tadi."
Cowok itu melangkah pergi tanpa menerima permintaan maaf Celine. Gadis itu mendongak dan membuka matanya. Ia berlari dan meraih pundak Azriel. Dia pun membalikkan badannya.
"G—gue bakal ganti, maafin gue ya?."
Tangan Azriel menepis tangan Celine.
"Gue tunggu Botol yang baru." Dia melenggang pergi.
Celine cemberut dan menatap punggungnya yang menjauh dan lenyap dari pandangannya.
Jeana menghampiri gadis itu.
"Makanya jangan lari dari masalah." Ia berjalan mendahuluinya.
"Iih, Jeana! Tungguin dong!." Celine berlari menyusul.
KAMU SEDANG MEMBACA
See The Moon
Teen Fiction"Kenapa kita selalu bertemu, dibawah cahaya Bulan?." Jeana Pramoedya, menghadapi segala ujian dalam hidupnya. Selama ini ia mandiri, dan tiba-tiba saja ia bertemu dengan seorang laki-laki, berhati malaikat. Apakah keduanya akan bersatu? "Jeana! Buka...