Karena tidak tega melihat wajah Jeana yang lesu. Rajevan pun mengantarnya pulang, bersama dengan Zaferino juga. Masing-masing dari mereka berdua membawa Motor. Gadis itu dibonceng Rajevan, walau sebenarnya ia ingin pulang sendiri.
Ya, bagaimana tidak jika fans fanatik mereka sudah melihatnya dengan tatapan tajam. Ia hnaya bisa bergidik ngeri.
"Lo nggak usah takut, mereka nggak bakal apa-apain lo." Ucap Zaferino yang menolehkan kepala.
Jeana hanya menatapnya tanpa kata-kata.
"Pegangan lo."
Gadis itu menurut pada Rajevan. Zaferino melirik pergerakan tangan Gadis itu yang memeluk Rajevan.
Dalam diam Rajevan salting parah. Baru kali ini ia berboncengan dengan cewek. Wajahnya stay cool, tanpa terlihat sedikitpun gerak-gerik salting. Jika saja helmnya dilepas kalian akan melihat wajahnya memerah.
"Gue gapapa meluk gini kan? Lo jangan ge'er, gue cuma takut jatuh."
Wajahnya seketika datar mendengarnya. Motor pun melaju dengan kecepatan sedang.
Singkatnya sampai didepan rumah Jeana. Gadis itu turun dengan pelan. Sedangkan dua laki-laki itu melepas helmnya.
Sekarang rambut Jeana mengembang karena tidak memakai helm.
Gadis itu melihat pantulannya di jendela rumahnya. Helaan nafas terdengar.
"Berarti bener harusnya tadi gue nolak, mending naik Bus."
Tiba-tiba saja tangan Zaferino mengacak-acak rambutnya dengan pelan. Ia tertawa pelan.
"Lucu, mirip Singa."
Gadis itu tersipu. Ia tertawa kikuk.
"Emang Singa." Celetuk Rajevan.
Mata Jeana menajam menatapnya. Rajevan berjalan memimpin Jalan.
"Ini rumah gue ya!." Ucap Jeana juga berjalan menyusulnya.
"Rumah lo, rumah gue juga." Ucap Rajevan seenak jidatnya.
"Siapa yang bilang gitu!."
"Gue."
"NGGAK BOLEH!."
"Kan gue udah boncengin lo."
"Emang ini yang bangun lo??!."
"Nggak, gimana kalo kita tinggal bersama."
"NGGAAAAAK!." Tolaknya.
Zaferino mengambil kunci dari tangan Jeana yang ribut dengan Rajevan. Ia membuka pintu dengan tenang.
"Boleh ya?."
"NGGAAAAAAAK!."
"Pelit."
"Lo samain sama permen yang dibagi dua, ya beda lah." Ia melengos masuk. Diikuti mereka berdua.
"Yaudah, anggap aja ini permen."
Jeana membalikkan badan dengan wajah yang kesal. Tepat didepan wajah Rajevan.
"Ngomong lagi, gue cekek juga lo."
Laki-laki itu menelan ludah kasar. Nafasnya tak beraturan karena kaget.
"Kaget gue, mirip Miss Key." Tangannya mengelus dada.
"Maksud lo?." Tanya Jeana mundur sedikit memberi jarak.
"Kuntilanak!."
Pletak..
Gadis itu menyentil dahi Rajevan, sang empu meringis kesakitan. Zaferino hanya tersenyum melihat mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
See The Moon
Teen Fiction"Kenapa kita selalu bertemu, dibawah cahaya Bulan?." Jeana Pramoedya, menghadapi segala ujian dalam hidupnya. Selama ini ia mandiri, dan tiba-tiba saja ia bertemu dengan seorang laki-laki, berhati malaikat. Apakah keduanya akan bersatu? "Jeana! Buka...