Saat pulang Sekolah, Celine dengan wajah cemasnya berjalan dengan tergesa-gesa. Seseorang menghentikan langkahnya dengan memanggilnya.
"Lo yang rambutnya di kuncir!."
Celine menolehkan kepala. Rajevan menghampirinya.
"Temen lo mana?."
"Gue nggak tau, dia nggak ada kabar. Ini gue mau kerumahnya." Gadis itu langsung pergi.
Rajevan mengerutkan keningnya, menatap punggung Celine yang menjauh.
"Apa gue ikutin?."
Baru saja ia melangkah, Adam memanggilnya dari kejauhan.
"Woi! Latihan dulu!!." Tegurnya.
Rajevan mengurungkan niatnya untuk pergi. Karena dia juga memiliki tanggung jawab sebagai Kapten Basket.
Rajevan pun membalikkan badan dan mendekati Adam yang menunggunya.
Setibanya dirumah Jeana, Celine mengetuk pintu rumah berkali-kali namun tidak ada yang merespon.
"Jeana! Ini gue Celine, lo ada dirumah nggak?." Teriaknya.
Kebetulan Zaferino melihat Celine, karena tujuannya memang kembali ke rumah Jeana. Ada sesuatu yang harus ia lakukan.
"Lo temennya Jeana?." Ujarnya.
"Iya Kak? Kok bisa disini?."
***
Di Rumah Sakit, Jeana tidak tenang sama sekali. Ia mau berjalan saja perutnya masih sedikit nyeri, badannya juga lemas. Kini gadis itu sudah berhasil menurunkan kakinya dan berdiri tegap, dengan terpaksa.
"Masa iya gue ngompol disini."
Perlahan-lahan, Jeana menapakkan kakinya menuju kamar mandi dengan selang infus yang ia pegang.. Beberapa saat kemudian ia keluar, bersamaan pintu keluar ruangannya dibuka.
Celine menatap tak percaya setelah membuka pintu.
"Jeana lo kenapa??." Ia berlari menghampiri dengan tas ransel dan plastik yang masih berada ditangannya.
"Gue cuma.. sakit perut kok, Cel."
"Kenapa nggak telpon dan ngabarin gue sih, Na?."
"Gue nggak mau ngerepotin lo."
"Kita udah temenan lama banget, 7 tahun bukan waktu yang singkat. Lo kalo ada apa-apa minta tolong sama gue."
Gadis itu pun membantu Jeana ke kasurnya dengan perlahan. Setelah itu ia meletakkan ransel dan beberapa kantong plastik.
"Ini semua..?."
"Kak Zaferino yang ngasih tau kalo lo di Rumah Sakit. Coba kalo dia nggak ngasih tau, gue nyari lo kemana? Hp lo dirumah, seakan lo tuh lenyap gitu aja."
Jeana menghela nafasnya, Laki-laki itu lagi-lagi membantunya. Seakan dia sangat peduli padanya.
"Makasih, harusnya gue bisa atasin semuanya sendiri.
Celine menghentikan aktivitasnya yang sedang mengeluarkan beberapa baju untuk Jeana ganti.
"Ternyata bener yang dibilang Kak Zaferino. Lo nggak mau ngerepotin siapapun." Ujarnya dengan mata yang menatap padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
See The Moon
Teen Fiction"Kenapa kita selalu bertemu, dibawah cahaya Bulan?." Jeana Pramoedya, menghadapi segala ujian dalam hidupnya. Selama ini ia mandiri, dan tiba-tiba saja ia bertemu dengan seorang laki-laki, berhati malaikat. Apakah keduanya akan bersatu? "Jeana! Buka...