Jeana kembali ke kelas dengan wajahnya yang marah. Ia membuka pintu dengan kencang hingga membuat seisi kelas terkejut.
BRAKK..
"E buset."
"Jantung gue co!."
Celine yang ikut kagetpun berdiri dari kursinya.
"Lo kenapa, Na?."
Mata Jeana menatap sinis kearah teman sekelasnya yang juga memandangnya. Mereka langsung gelagapan mengalihkan pandangan.
"Gue gapapa." Jawabnya tanpa dugaan.
"Lo kenapa, Jeana?." Celine bertanya dengan lembut.
Gadis itu berdecak kesal, sambil menghela nafasnya.
"Si Anjing, bohongin kita, Cel!!!." Serunya kesal setengah mati.
"Bohong? Maksudnya gimana?."
Jeana menjelaskan ceritanya. Ditengah-tengah ia menjelaskan semuanya, orang yang dimaksud masuk ke kelas. Gadis itu menatap tajam ke arah Vivi.
Sedangkan Vivi juga menatapnya tajam, ia berlalu menuju kursinya.
"Yaudah Na, mau gimana lagi. Sifat manusia itu sampai dia mati."
Jeana mengangguk paham.
Tidak sampai disini, Vivi kembali membuat Jeana marah dengan perilakunya yang kini menaruh kasar Tiket Bioskop diatas meja mereka.
"Nih, Tiketnya! Kalo gue pikir-pikir, kasian juga sama orang miskin kayak kalian."
Emosi Jeana berada dipuncak, ia hendak menjambak rambutnya, tapi Celine mencegahnya, dengan menahan tubuh Jeana.
"Tenang Jeana, jangan gegabah. Udah biarin, jangan ngelawan orang yang nggak punya temen." Ucap Celine diiringi sindiran.
Tentu perkataannya membuat sahabatnya berhenti memberontak. Tidak dengan orang yang ia sindir. Tanpa dugaan, Vivi menampar pipi Celine dengan keras.
PLAK..
"Astaga!." Ucap seseorang teman sekelas mereka.
"Celine!."
"Aduhh.."
Teman-teman mereka yang menyaksikannya hanya diam dan kasian melihatnya. Mereka tidak melakukan apapun.
Celine hanya diam dan memegang pipinya, air matanya jatuh.
"BERANINYA LO NGATAIN GUE HAH?!!." Teriak Vivi.
Kalian tau apa yang Jeana lakukan? Gadis itu menunduk mengepalkan kedua tangannya, menahan amarah, karena tangan kanan Celine memegang tangannya, supaya ia menahan marahnya.
"KENAPA KALIAN SEKARANG DIEM? KALIAN TAKUT SAMA GUE? JALANG!!!."
Tangan Jeana mengambil Tiket yang berada dimeja lalu merobeknya dan melemparnya ke kepala Vivi.
"Lo udah keterlaluan." Ujarnya.
Vivi menatap tak percaya dengan apa yang ia lihat. Tangannya melayang dan mau menampar Jeana. Tapi seseorang mencegah tangannya dengan gesit.
Rajevan menghempas tangan Vivi, adiknya ke bawah.
"Apa yang lo lakuin?."
"Bang Rajevan?."
"APA YANG LO LAKUIN?." Tanyanya lagi.
Rajevan menarik tangan Vivi keluar kelas, karena tidak ada jawaban. Mata Jeana hanya mengikuti arah pergi mereka.
"Celine? Lo gapapa kan?." Tanyanya.
"Gue gapapa kok, Na."
"Kita ke UKS."
KAMU SEDANG MEMBACA
See The Moon
Teen Fiction"Kenapa kita selalu bertemu, dibawah cahaya Bulan?." Jeana Pramoedya, menghadapi segala ujian dalam hidupnya. Selama ini ia mandiri, dan tiba-tiba saja ia bertemu dengan seorang laki-laki, berhati malaikat. Apakah keduanya akan bersatu? "Jeana! Buka...