"MAMAAAA ADA SETAAAAN!!."
"HUWAAAA TOLOONG." Sahut Jeana.
"Tenang, kalian berdua tenang!." Ucap orang itu.
Dia seorang badut, ya kalian tau bagaimana penampilan badut. Memakai rambut dan make up wajahnya yang seperti itu. Walau begitu, tidak semua orang menyukai badut. Karena wajahnya mungkin mengerikan, mengingatkan dengan seorang badut pembunuh di sebuah film.
Itu yang mereka berdua pikirkan. Kebanyakan nonton film, deh.
Celine memeluk Jeana, untuk melindunginya.
"LO SIAPA HAH?."
"Saya cuma disuruh orang, untuk menghibur pasien yang namanya.. aduh siapa ya namanya."
Badut itu mengambil secarik kertas dari dalam saku bajunya. Lantas ia membukanya.
"Nah! Jeana Pra...muda!."
"Pramoedya." Ucap Celine membenarkan.
"Itu yang saya maksud."
"Random banget ngirim Badut buat menghibur." Tutur Jeana.
"Siapa yang ngirim lo?." Tanya Celine.
"Nggak boleh dikasih tau, katanya."
Dua gadis itu saling menatap sebentar, lalu beralih pada si Badut.
"Serius! Siapa yang ngirim lo!." Sarkas Jeana.
"Yaelah Mbak, nggak boleh dikasih tahu kata Mas nya."
"Eh." Dia menutup mulutnya, yang keceplosan.
"Mas?."
"Mas siapa?." Tanya Jeana lagi.
"Aduh... dasar mulut jahanam. Kenapa keceplosan sih? Sebel deh."
Celine menatap geli pada Badut itu. Padahal Badut itu cowok, tapi cara bicaranya..?
"Yaampun Mas, tinggal kasih tau. Nanti dikasih permen deh." Bujuk Celine.
"Emang saya anak kecil, dibujuk pake permen."
Kaki Badut itu mulai melangkah mendekati mereka. Sambil membawa balon, ia tersenyum ramah. Ralat! Bagi Jeana dan Celine, itu senyuman yang sangat mengerikan.
"Ini ada 1 balon, warna biru. Untuk gadis yang ngeselin, katanya si yang nyuruh saya."
Hampir saja Jeana mau memukulnya. Dengan tatapan sinis, ia menerimanya. Itung-itung, hiburan.
"Gue nggak dapet?."
Si Badut menggerakkan telunjuknya memberi isyarat "tidak".
"Dih."
"Kamu dapet pesan dari si Mas ini. Makanya jaga kesehatan, Jeana Pramoedya."
"Siapa sih?."
Celine mengangkat kedua pundaknya, tidak tau.
"Dan dia juga nitip, ini..."
Sekotak Coklat dengan bungkus berwarna Ungu itu ia sodorkan. Gadis itu juga menerimanya tanpa ragu.
"Pokoknya selalu jaga kesehatan, Mbak. Masnya itu perhatian banget sama Mbak. Jadi kagum deh ah."
Celine ngakak brutal. Setengah mati ia menahannya namun gagal.
"Boti apa gimana sih?." Batinnya.
"Kenapa ketawa? Ada yang lucu?."
"Nggak kok, pffft.."
"Okey, kalau begitu saya mulai pertunjukannya."
Badut pun memulai pertunjukannya. Walau itu mungkin untuk anak-anak. Jeana tetap tertawa karena pertunjukannya memang luar biasa. Mereka kira Badut itu hanya sekedar Boti.
KAMU SEDANG MEMBACA
See The Moon
Fiksi Remaja"Kenapa kita selalu bertemu, dibawah cahaya Bulan?." Jeana Pramoedya, menghadapi segala ujian dalam hidupnya. Selama ini ia mandiri, dan tiba-tiba saja ia bertemu dengan seorang laki-laki, berhati malaikat. Apakah keduanya akan bersatu? "Jeana! Buka...