Chapter 12

14 4 4
                                    

Jika Bulan mampu bersinar di gelapnya malam, maka orang yang pertama kali ingin Jeana lihat adalah Zaferino. Ia bagaikan pahlawan yang menyelamatkannya dari berisiknya dunia.

Drama banget buset. Maksudnya itu diselamatkan waktu pingsan. Alamak pingsan pulak

Saat dikelas tepat di istirahat pertama, bel berbunyi. Guru keluar kelas setelah mengucapkan selamat beristirahat. Diikuti beberapa murid yang berhamburan keluar yang menjadikan kantin sebagai tujuan.

Namun dua gadis cantik itu memilih berdiam dikelas.

"Nah, ini dia bekal dari Mama." Ucap Celine, sambil membuka kotak bekalnya.

"Enak nih, hehe."

"The menu is Flour dough stuffed with Cabbage, Carrots, Bean Sprouts, and Onion Leaf.

"YAELAH TINGGAL BILANG BAKWAN APA SUSAHNYA?." Jeana ngegas.

Celine cengengesan.

Mereka berdua memakannya dengan tenang.

"WIH MINTA DOONG."

Suara itu membuat mereka berdua menoleh ke arah pintu kelas. Seseorang yang telah membuat Jeana kesal setengah mampus berjalan menuju kearah mereka dengan wajah sumringah.

Tangannya meraih Bakwan di kotak bekal itu tanpa rasa bersalah.

"WOI MAIN COMOT AJA!?."

"Nggak boleh?." Tanyanya melirik Celine.

"Boleh kok, Kak." Celine terpana melihatnya.

Rajevan berdehem sok ganteng, ya emang ganteng sih. Lalu melahap Bakwan itu.

"KYAAAAA LAGI MAKAN AJA GANTENG BANGET!!."

"KAK RAJEVAAAN MAKAN PUNYAKU JUGA, AKU BAWA MENDOAN."

"KAK RAJEVAAAN, AKU PADAMU."

Suara berisik itu membuat Jeana semakin kesal, ia menatap sinis laki-laki dihadapannya yang menjadi biang kerok kerusuhan itu. Ia sudah duduk di kursi.

"Yang buat siapa?."

"Mama aku, hehehe."

"Bilangin sama Mama mu, Bakwannya enak. Kalo buat yang banyak jangan dikit, sekalian jual aja nanti gue borong."

"WOOKE!!." Jawab Celine antusias.

Rajevan tertawa kecil sambil memakan Bakwan itu. Celine juga ikut meringis. Yang masih kesal disana adalah Jeana, ia memandang tajam cowok itu.

"Udah sembuh lo?." Tanyanya memecahkan suasana.

"Hm."

"Karena lo udah sembuh, pulang Sekolah lo ikut gue."

Celine melongo mendengarnya. Karena tidak tahu apa-apa.

"Ngapain?." Tanyanya sok lupa.

Gadis itu tau apa yang akan Rajevan mau, tapi memilih pura-pura tidak tahu.

"Jangan pura-pura lupa, gue tunggu didepan nanti."

Laki-laki itu membersihkan tangannya dengan tisu yang berada diatas meja. Lalu melenggang pergi, ia berhenti ketika diambang pintu, dan membalikkan badan.

"Makasih untuk Flour dough stuffed with cabbage, carrots, bean sprouts, and onion leaf."

Celine berdiri dan memberikan jempol. Juga dengan Rajevan yang paham, memberikan jempol.

"GAJELAAS ANJING!!." Sarkas Jeana.

***

Dilantai paling atas, atau biasa disebut Rooftop. Zaferino berdiri dipinggir pembatas Gedung itu dan tangannya menyangga tubuhnya. Tinggi pembatas itu hanya setinggi perutnya.

See The Moon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang