Chapter 5

12 4 1
                                    

Setelah Jeana melongo dan mematung beberapa menit. Zaferino melambaikan tangan didepan wajahnya.

"Eh..." Ujarnya, sadar.

"Gue bikin lo terkejut karena datang tiba-tiba ya?."

"Enggak kok enggak! Justru malah seneng."

Laki-laki itu mengerutkan keningnya.

"Ma—maksudnya itu, ya—seneng karena ada yang berkunjung ke rumah gue, gitu. Hahahah." Jawabnya, gugup.

Dia mengangguk paham.

"Gue bawain lo Roti sama Susu."

Sekantong plastik kecil, ia sodorkan. Gadis itu menerimanya.

"Makasih, repot-repot hehe."

"Justru gue merasa bersalah karena gue, lo pingsan."

"Bukan! Itu karena gue capek aja, dan belom sempet makan. Kemarin malem, lo anterin gue pulang?."

Zaferino mengangguk.

(maaf ya ges namanya panjang banget, soalnya dia gntg:v).

"Gue tau alamat rumah lo dari tetangga lo, yang kebetulan lewat pas gue gendong lo ke mobil."

Lagi-lagi Jeana melotot, pipinya memerah.

"Digendong?."

"Gue juga ambil kunci rumah lo yang ada di Tas. Maaf kalo gue nggak sopan."

"Iya, Zaf. Lagipun gue juga nggak mau tidur di luar. Sekali lagi makasih, heheh."

Tiba-tiba mata cowok itu menatap aneh pada bibirnya.

"Jeana, lo ngiler?." Tanyanya spontan.

"Hah?."

Pipi Jeana memerah, ia malu, bukan.. dia sangat malu! Reflek ia masuk ke rumahnya lagi dan menutup pintu dengan cepat.

Laki-laki itu tertawa pelan dan menggeleng-gelengkan kepala heran. Ia juga melangkah pergi, karena peka Jeana tidak mungkin ingin menemuinya untuk sekarang.

"Gue balik dulu!." Teriaknya pelan.

Dibalik pintu, ia merutuki nasibnya sendiri. Sambil menyentuh cairan yang mengering disudut bibirnya. Walaupun masih ada basahnya, haha.

"Jeana! Kok ceroboh banget sih? Kebiasaan! Kenapa tadi nggak cuci muka dulu??." Ucapnya pada diri sendiri.

Masih kesal juga dengan sikapnya.

***

Jeana kini berada di Rumah Sakit. Bukti video rekaman CCTV sudah ia kirimkan dan laporkan di Kantor Kepolisian.

Celine duduk di sampingnya, matanya sembab menangis semalaman. Di ruang kamar itu hanya ada suara tangisan Celine.

"Tante Bella, mana?."

"Ke kantin, Na." Jawabnya lemah. Sambil menyenderkan kepalanya di pundak Jeana, gadis itu masih sesenggukan.

Wanita yang menjadi topik obrolan mereka membuka pintu lalu masuk. Kulitnya putih bersih, dan terlihat masih muda.

"Are you Jeana?."

Yang ditanya mengangguk.

Gadis itu berdiri lalu memeluk wanita itu dengan erat. Sedangkan Bella membalas pelukannya, sambil mengusap lembut rambutnya.

"Maaf, Tante. Jeana nggak bisa jagain Azriel." Air matanya jatuh di pelukan mereka berdua.

"It's okay, kamu nggak bersalah, Jeana."

See The Moon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang