Chapter 3

12 3 0
                                    

Setelah pertemuan mereka 4 hari yang lalu, mereka tidak lagi bertemu. Jeana hanya heran dan menjadi tervalidasi, bagaimana seorang Zaferino Leo yang mau saja berpacaran dengan Freya. Apalagi karakternya yang sungguh bertolakbelakang.

Laki-laki itu lembut dan penyayang. Lalu bertemu dengan Freya yang kategorinya adalah gadis kasar, dan semena-mena.

"Ah, gila juga gue mikirin ini."

Jeana mengacak-acak rambutnya. Ia menenggelamkan wajahnya di kedua tangannya yang dilipat diatas meja.

Atensinya teralihkan ketika mendengar obrolan seseorang.

"Kalian denger nggak? Soal cewek yang berantem di kelas 11."

"Vivi sama Sera ya?."

"Iya bener!! Mereka rebutan Kak Rajevan."

"Enggak heran sih, May. Kan Kak Rajevan itu ganteng, cool abis. Siapa coba yang nggak jatuh cinta sama dia?."

"Iya sih, Ra. Tapi Vivi nggak mungkin ngrebut karena kan Abangnya sendiri."

"Terus masalahnya apa?."

"Kurang tau kalo itu."

Jeana menghela nafasnya, lalu kembali membaca Buku Sejarah yang ia ambil.

"Setampan apa sih? Kok gue nggak pernah ketemu sama si Rajevan-Rajevan itu."

Gadis itu menggelengkan kepalanya, supaya fokus membaca buku.

Tiba-tiba sekaleng Coca-Cola dingin tepat berada di dekat tangan kanannya. Tentunya Coca-Cola itu tidak datang dengan sendirinya.

Jeana mendongak.

Senyuman manis dari Rizal adik kelasnya membuatnya menaikkan satu alisnya.

"Ini perpustakaan, lo nggak boleh bawa makanan atau minuman kesini."

"Kak, kali ini ajarin gue sekali lagi." Pintanya.

Cowok kelas 10 IPS itu memohon-mohon dengan sangat tulus. Sebelumnya ia sudah sering bertemu dengan Jeana di perpustakaan. Untuk mengajarinya beberapa tugas. Apalagi Jurusan mereka sama.

"Gue lagi capek banget, Rizal."

"You look at made. You need a hug?.

"Nggak."

Rizal menghembuskan nafasnya, pasrah. Ia mendapat ide lagi untuk membujuk.

"Gue punya Kucing, dan baru aja ngelahirin anaknya."

"Really?." Tanyanya antusias.

"I'll give you one."

"MAUUUUUUUU, OKE-OKE JADI KAPAN AMBIL KUCINGNYA?." Tanya gadis itu antusias.

Rizal berdehem.

"Ajarin gue dulu lah."

"Iya-iya, yang mana nih?."

Akhirnya Jeana mengajarinya beberapa soal yang Rizal berikan. Rizal menganggap Jeana sebagai Kakaknya karena memang mereka dekat sudah hampir 3 tahun sejak SMP.

Setelah hampir 1½ jam lamanya, mereka baru selesai.

"Ini soal yang terakhir kan?."

"Iya Kak."

Laki-laki itu merapikan buku-bukunya.

"Sebenarnya kucingnya itu—."

"Gue mau, cowo cewe ataupun banci gapapa." Jawabnya cepat dengan mata yang berbinar-binar.

See The Moon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang