"Jika dunia adalah sesuatu yang mampu membuat lupa segalanya, maka kau adalah duniaku."
- Kalana AerynJangan lupa nyalakan lagu diatas😍
Aku tertawa di hadapan cermin, menutup setengah wajahku yang memerah padam, meloncat-loncat kegirangan. Sedetik kemudian, kugelengkan kepalaku, berusaha mengusir kupu-kupu yang terus saja menggeleitik perut.
"Bidadari." Ah sialan, aku benar-benar telah dibuat gila.
"Kalana."
Aku terperanjat ketika Paman tiba-tiba saja berada di depan pintu, menontonku yang sedang berdandan ria.
"Paman, kau mengagetkanku!" Aku mengelus dada.Paman terkekeh, "kau yang terlalu sibuk, Paman sudah sejak tadi berdiri di sini memerhatikanmu. Mau kemana? Cantik sekali."
Aku tersipu malu. Karenanya, aku kembali menghadap cermin, membelakangi Paman, agar dia tak dapat melihat wajah merahku. "Pantai Senja," ujarku, sambil menyibukkan diri dengan menata ulang rambut, memerhatikan riasan wajah, dan lain sebagai.
Dia mengernyit, "memangnya kau berani melewati Hutan Mati?
"Kenapa tidak? Aku sudah hampir setiap hari melewatinya."
Kulihat dari pantulan cermin, dia tampak terkejut. "Hebat sekali keponakan paman!" Dia bertepuk tangan dengan semringah, "Paman ingat dahulu waktu Paman ajak kau ke sana, kau menangis sepanjang jalan."
Kami tertawa, "sekarang sudah berbeda, Paman."
Dia berjalan mendekatiku, menepuk bahuku dengan pelan. "Ya, tentu. Kau benar! Sekarang sudah berbeda. Kau sudah dewasa, kau sudah berani menjalani segala yang membuatmu takut, kau hebat!" ujarnya dengan mata yang berkaca.
***
Kulangkahkan flat sheos-ku menuju tempat yang paling kusukai, mengembangkan senyuman sepanjang perjalanan. Hutan Mati jadi terlihat seperti taman hijau yang penuh bunga warna warni, mengikuti aura kebahagiaan dalam diriku. Hutan Mati jadi tidak ada harga dirinya.
Aku membayangkan betapa indahnya ketika aku bertemu dengan anonim yang selalu memotretku diam-diam. Aku membayangkan bagaimana senyumnya, seindah apa rupanya, selembut apa hatinya. Apakah dia laki-laki atau perempuan? Aku ingin berteman!
Oh Tuhan, kukira stok orang baik di dunia ini sudah habis.
Harapan besar itu masih kusimpan hingga aku sampai pada tempat yang kutuju. Menunggunya sambil menata rambut, mengibas dress yang sedikit berdebu. Memang tidak ada perjanjian untuk bertemu hari ini, tapi dari surat yang kutulis, aku berharap dia datang hari ini.
Sambil menikmati ketenangan, sambil membayangkan hal-hal indah bersama anonim. Merencanakan banyak hal untuk dimainkan bersama, menciptakan banyak obrolan agar tak mati topik, lalu tertawa dan bersenda gurau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meant to Be;-
Romance- manusia selalu ingin yang lebih. Meant to be; kita ditakdirkan untuk menjadi, tapi tidak untuk bertahan;- ditakdirkan untuk saling mencintai, tapi tidak untuk saling memiliki.