#05 - Happiness

31 11 3
                                    

Bahagia itu sederhana, sesederhana ketika kau jatuh cinta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bahagia itu sederhana, sesederhana ketika kau jatuh cinta.

selamat membaca🥰

Aku tersenyum memandang langit senja di desa Syren, keindahannya mengingatkanku pada bayangan manusia yang kutemui hari ini. Ini gila! Aku dibuatnya tersipu, hatiku dipenuhi bunga, entah bagaimana bisa waktu yang sekejap itu membuatku hilang kendali.

Mahija, nama yang indah. Seindah dirinya.

"Ada apa denganmu Kalana? Sejak tadi kau tersenyum saja." Aku terperanjat kaget mendengar suara Paman yang tiba-tiba, sepertinya membuatku kaget adalah hal yang paling digemarinya.

Aku memutar tubuhku menghadap dirinya yang sedang menata makanan ke atas meja, meski sedikit kesal, tapi aku tetap tersenyum. "Tidak apa-apa, Paman."

Paman memicing, "mood-mu mudah sekali berubah, Kalana. Kemarin kau pulang dari pantai, majahmu murung, diajak bicara pun, menyahuti seadanya. Hari ini kau full senyum, kadang juga tertawa." Dia bergidik ngeri. "Oh, apa benar di Hutan Mati ada arwahnya? Kau dirasuki arwah Hutan Mati!!"

"Paman ... astaga, kau ini berlebihan," ujarku meringis.

"Lalu ada apa? Kenapa?"

"Tidak, aku hanya ..."

"Hmm??"

"Aku mendapat teman baru!"

Matanya membulat sempurna. "Benarkah? Siapa? Lelaki atau perempuan? Dia teman yang seperti apa? Kenal dimana? Dan kapan?"

Aku mendengus, "Paman, bertanya satu-satu!"

Dia tertawa. "Ya sudah, kemarilah, Nak. Kita makan malam bersama, Paman sudah siapkan tumis kerang untukmu."

"Waahh, terima kasih, Paman!" Aku berlari kecil menghampirinya, mengambil tempat untuk duduk lalu bersiap makan. Tumis kerang adalah makanan kesukaanku, itulah kenapa aku selalu antusias.

"Kalana," serunya. Tanpa kusadari, bahwa; sejak tadi Paman sudah memperhatikanku. "Paman senang melihatmu hari ini, semoga teman barumu itu adalah teman yang baik untukmu, ya."

***

Aku duduk bersandar pada dinding ranjang, memandang laptop di pangkuanku, tanpa berkedip. Tidak ada yang kulakukan selain; hanya menunggu.

Mahija, apa kabar dengannya? Apa dia sudah pulang? Apa dia sudah hapal sepetak jalan dalam hutan? Oh, astaga! Kenapa aku meninggalkannya sendirian? Bagaimana kalau dia tersesat? Bagaimana kalau dia bertemu hewan buas? Lalu bagaimana dengan arwah jahat dalam hutan?

Aku menggeleng, berusaha mengusir segala pikiran buruk, tapi tetap saja aku cemas. "Ah, kenapa kau belum menghubungiku? Jangan membuatku cemas!" Aku menggerutu sendirian, menatap nyalang laptop yang menampilkan layar utama, seakan dialah orang yang kumaki.

Meant to Be;-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang