#09 - Asing, Terasing, dan Diasingkan.

29 9 0
                                    

Sebuah karya yang kupersembahkan untukumu, Kai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah karya yang kupersembahkan untukumu, Kai.

Selamat membaca🤗


Aku menghela napas lega ketika berhasil mennemukan koridor sepi, menuju perpustakaan. Hari pertama masuk setelah libur semester, ternyata cukup menguras tenagaku. Belum ada satu jam aku menginjakkan kaki di atas kampus elit ini, aku sudah mendapat berbagai perlakuan buruk.

Menghilang dari dunia, ternyata tak begitu cukup untuk membuat mereka lupa dengan kesalahanku. Ya, kesalahan yang tidak pernah aku lakukan. Mereka terus menuntutku untuk mengakuinya, menggunjing sana sini, berbisik-bisik, membicarakan banyak celah, lalu menyumpah serapah.

Tidak ada pembelaan yang kudapat, bahkan dari diriku sendiri. aku hanya mampu diam, dan bersembunyi. Berpura-pura tuli, tapi sialnya, meraka memiliki tatapan mata yang tajam untuk mengurungku dalam kesendirian, kesepian, hingga ketakutan.

Setelah dua puluh menit mengelilingi fakultas, akhirnya aku sampai di perpustakaan. Tempat yang sepi dari manusia, tempat yang aman untukku bersembunyi, tempat yang bagus untukku menenangkan diri.

Bau khas buku lama hingga buku baru bercampur, berbaur di udara. Membawakan imajinasi tanpa batas dalam benakku, lalu mengajakku berkelana semakin jauh untuk masuk ke dalamnya. Karenanya, tanpa kusadari, senyumku tercetak jelas.

Senyumku semakin mengembang ketika mataku menangkap buku bersampul sederhana. Seperti buku harian, dihiasi bunga-bunga, dengan warna-warna pastel. Beloved, buku yang berhasil kutulis dan kupersembahkan untuk Kai.

Sebuah cerita yang awalnya hanya kutulis di plafrom orange, hingga akhirnya terbit mayor, tembus best seller, sampai dipajang di perpustakaan fakultas. Sungguh, aku tidak pernah menyangka, awalnya aku hanya berniat membagikan momen indahku bersama Kai. Itu saja.

Senyumku pudar seiring dengan berjalannya khayalanku. Benar kata orang, kita tidak akan selamanya berada di atas, akan ada fase kita jatuh. Dadaku sesak ketika hampir saja isi kepalaku mengulang semua tragedi buruknya.

Ada hal yang janggal yang tidak aku sadari dari balik rak. Saat aku mencoba mengambil satu buku untuk kubaca, netraku bergulir menatap pergerakan kecil yang tercipta dari dua manusia di balik tumpukan-tumpukan buku.

Butuh waktu sekian detik untukku mencerna apa yang kulihat, hingga- buku yang kupegang, jatuh. Suasana sunyi dalam perpustakaan membuat suaranya nyaring dan menggema.

"Syut! Jangan berisik." Aku tak tahu jika ada orang lain di sana. Dia menatapku dengan kesal karena merasa terganggu.

"Clara!! Kenapa buku ini masih di sini? Bukannya sudah kubilang buang saja?!" Lalu dua orang lain datang, menggerutu. Sepertinya mereka petugas perpustakaan.

"Maaf, Zoe, aku lupa."

"Yasudah, cepat bereskan!"

Yang satunya mengangguk cepat. "Em."

Meant to Be;-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang