"Karena tidak ada yang jauh lebih berharga, selain bahagiamu, Kalana."
—Mahija Haedar
🏠🏠🏠
"Hati-hati, di belakangmu ada danau." Mahija menangkap tubuhku yang hampir saja limbung ke belakang. Suaranya yang lembut itu mengalun di udara, yang menciptakan desir di nadiku. Lalu pahatan sempurna milik Mahija, bagai purnama di langit sepi.
Sekali lagi, duniaku berhenti.
Aku bergerak kikuk, melepaskan diri dari Mahija, mengalihkan atensiku ke danau. Aku berjongkok dan menyentuh airnya —hanya untuk memastikan bahwa itu benar-benar danau, dan hal itu terbukti saat tanganku terasa basah.
"Ini di mana?" tanyaku tanpa menoleh pada lelaki yang mungkin saja sedang memerhatikanku bermain air.
"Taman Nirwana, letaknya tepat di belakang rumahku, kamu hanya perlu masuk sedikit ke dalam Hutan Mati."
Aku mengangguk paham, "Jadi ini letaknya di—"
Tubuhku berputar 180 derajat ke arahnya. Namun, pergerakanku serta kalimatku terhenti seketika karena ulah Mahija yang tanpa diduga-duga kini sudah berada tepat di depanku.
"Selamat berulang tahun, Kalana." Dia memberiku beberapa tangkai bunga yang entah sejak kapan dia memetik bunga-bunga itu.
Aku termangu, "Gimana bisa tahu?"
"Memang apa yang tidak aku ketahui tentangmu, Kalana?"
Aku menerima bunga itu dengan mata yang berkaca, "Kukira ulang tahun kali ini akan menjadi ulang tahun yang biasa-biasa saja, atau bahkan yang paling buruk.... ternyata tidak." Aku menggeleng yang disertai senyuman bahagia, "Kamu mengubah hari ini menjadi hari yang paling indah di antara hari-hari sebelumnya."
Aku sudah lama tidak merayakan hari ulang tahunku sendiri, sejak sepuluh tahun yang lalu, sejak ibu dan ayah sering bertengkar untuk hal-hal yang tidak jelas. Bahkan mungkin sekarang keduanya sudah lupa kapan hari ulang tahun anak tunggalnya.
Bahkan mantan kekasihku, juga mantan sahabatku, mereka tidak pernah merayakannya untukku. Ah, betapa bodohnya aku, kenapa aku baru menyadarinya sekarang? Bahwa aku tidak pernah dihargai oleh kedua manusia itu. Tidak pernah dianggap ada.
"Terima kasih, Mahija."
"Anything for you, karena tidak ada yang jauh lebih berharga selain bahagiamu, Kalana."
Karenanya, aku bersyukur Tuhan merahmatiku dengan kehadiran Mahija. Seorang malaikat tanpa sayap.
***
Mahija mengantarkanku pulang sebelum pukul 08.00pm, karena Ayah ingin dinner bersama. Katanya, untuk merayakan ulang tahunku.
Tadinya aku enggan pulang jika saja Ayah tak menjanjikanku sesuatu. Dia berjanji Ibu akan ikut merayakan, dia berjanji mengajak ibu untuk makan malam bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meant to Be;-
Romance- manusia selalu ingin yang lebih. Meant to be; kita ditakdirkan untuk menjadi, tapi tidak untuk bertahan;- ditakdirkan untuk saling mencintai, tapi tidak untuk saling memiliki.