#12 - Deja Vu

15 8 0
                                    

Sakit sekali, tapi entah di bagian yang manaSesak, tapi entah sebab apaKarena tragedinya sudah menghilang dimakan waktu, tapi lukanya masih belum sembuh juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sakit sekali, tapi entah di bagian yang mana
Sesak, tapi entah sebab apa
Karena tragedinya sudah menghilang dimakan waktu, tapi lukanya masih belum sembuh juga.

🌊🌊🌊


"Aku tahu kau yang membuat segala kekacauan ini, mari selesaikan bijak. Jangan jadi pengecut yang terus-terusan bersembunyi."

Aku berusaha keras mengabaikan tatapan-tatapan sinis dari orang-orang yang kulewati. Berusaha tegas pada seseorang yang rupanya acuh tak acuh dengan kalimatku barusan. Dan hal yang membuatku kesal, dia menutup sambungan telepon secara sepihak, seperti hal yang kubicarakan bukanlah kepentingan.

Aku menghela. Lalu mengiriminya sebuah pesan untuk memintanya datang ke sebuah tempat.

Langkahku berhenti tepat di depan pintu lift, menekan tombol, lalu sepersekian detik, pintu lift terbuka untuk mempersilakanku masuk ke dalamnya. Aku menekan tombol lantai dasar, dan lift pun mulai bergerak turun.

Ponselku bergetar dengan nada yang khusus. Aku tahu siapa yang mengirimiku pesan, bahkan sebelum aku melihat layar persegi itu.

Mahija Haedar

Aku menunggu di halte dekat fakultas.

Aku akan bertemu seseorang sebentar.

Siapa? Lelaki atau perempuan?
Ada keperluan apa?

Perempuan, Mahija.
Di cafe dekat sini.

Boleh aku ikut?

Tidak. Nanti mengganggu.

Oke, berarti lelaki.

Apa sih😩

Aku tidak bisa menahan diri agar tidak tersenyum. Kurasa pipiku memerah merona, karena sesuatu yang menggelitik perut. Huft, untungnya aku sendirian-

"AAA!!"

Aku terperanjat kaget ketika lift tiba-tiba bergerak dengan tidak stabil, diringi dengan lampu yang nyala - mati - nyala - mati. Karenanya, degup jantungku berdetak lebih kencang. Tanganku menumpu pada dinding agar keseimbanganku tetap terjaga, sedangkan satu tangan yang lain, menekan semua tombol yang ada, berharap lift kembali berpungsi dengan baik.

Sepersekian detik, aku terperanjat untuk yang ke dua kalinya, karena sebuah panggilan dari telepon genggam. Sebuah reaksi berlebih, karena terlampau panik.

Mahija Haedar is calling ...

Namun, belum sempat aku menekan ikon hijau, lift berhenti dengan sangat keras, -menghantam lantai dasar- dan kini lampu benar-benar telah mati. Karenanya, tubuhku menjadi limbung ke kiri, sedangkan ponselku terlempar ke kanan.

Meant to Be;-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang