#15 - Someone to Talk

20 6 0
                                    

"Kini aku hanya berharap aku tidak akan pernah kehilangan dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kini aku hanya berharap aku tidak akan pernah kehilangan dirinya."

—Kalana Aeryn

💐💐💐

"Harsha! tunggu!!"

"Lamban sekali!"

"Kau yang terlalu cepat, seperti dikejar arwah saja."

"Kau arwahnya."

Kami berlari di tengah gelapnya Hutan Mati, kejar-kejaran. Sesekali tertawa, yang tawanya menggema, seakan alam juga ikut berbahagia. Ah, Hutan Mati jadi tidak ada harga dirinya di hadapan kami. Hutan Mati yang memiliki aura mencekam itu jadi berubah menjadi taman bunga—

Ah, tidak, apakah ini nyata? Aku mengucek mataku dan menghentikan langkahku guna memperjelas apa yang kulihat. Aku memukau takjub kala menyadari bahwa apa yang kulihat ini nyata. Taman bunga ini nyata, bukan hanya sekedar ilusi belaka.

"Wah, ini di mana?" Seseorang yang mengejarku tadi ikut berhenti.

Aku menggeleng sebagai jawaban ketidak-tahuanku. "Aku tidak pernah tahu kalau ada taman dalam Hutan Mati."

"Aku juga tidak pernah tahu ada pantai di balik Hutan Mati."

"Maka dari itu kita, dilarang menilai apa yang tidak kita ketahui sepenuhnya." Aku menjawabnya tanpa mengetahui apa yang dia lakukan, aku hanya fokus pada yang kutemukan.

Oh, lihatlah itu! Ikan-ikan melompat! Apakah mereka berenang di tanah? Apakah ini taman keajaiban? Seperti di dongeng-dongeng. Sekali lagi, aku memukau.

Namun, saat kulihat-lihat lagi, saat kuamati lagi, dari mana ia berasal dan kemana ia jatuh, itu menciptakan gelombang kecil di sekitarnya.

Woah, apa itu air? Oh ayolah Harsha, apa yang kau pikirkan? Tentu saja itu air, karena ikan berenang di air.

Lalu satu kakiku terangkat untuk melangkah maju, mencoba mencari tahu apakah benar itu air. "AAAKK!!" Pupilku membesar dan aku memekik tertahan ketika hampir saja aku terjerumus ke dalam air yang belum diperkirakan kedalamannya. Untungnya, seseorang menarik pergelanganku.

Kaki kananku basah karenanya.

"Kau ini mengagetkanku saja. Hati-hati!"

"Terima kasih."

Aku kembali melangkah, mengabaikannya yang memaki tak jelas. Angin yang berhembus membuat bunga-bunga itu melambai, seakan memintaku untuk datang.

Meant to Be;-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang