12

1.4K 121 5
                                    

Setelah kejadian itu, akademi sudah kembali tenang seperti sedia kala. Para guru dan ahli sihirpun sedang mencari apa ada kesalahan dengan Kristal magicnya. Mungkin pengecekan Niven akan di tunda hingga Kristal magicnya dapat di gunakan. Sementara untuk murid lain sudah selesai dalam penyeleksian tingkat sihirnya.

Yang membuat mereka heran -
Kristal magic dapat di gunakan untuk murid lain sedangkan ketika di pakai oleh Niven entah mengapa Kristal itu hanya bersinar putih tanpa memberi keterangan apapun.

" Sudah kalian temukan?!" Ujar Giandra menghampiri ketiga orang di depannya.

" Belum. Kami sudah memeriksanya sedari tadi tapi, jika di lihat-lihat juga tidak ada sama sekali kesalahan dengan kristalnya" jawab pria dengan Surai hijaunya yang di kuncir sebagian.Melix namanya.

Giandra memijit pangkal hidungnya. Selama ini tidak ada kejadian seperti ini sebelumnya.
Baru kali inilah kristal magic itu bermasalah, tapi jika di fikir kembali mengapa baru sekarang? Ada yang tidak beres tapi apa?. Ia ingat semenjak anak itu yang pakai -kristal magic seperti di kontrol entah oleh apa, tapi dia lupa siapa namanya.

" Siapa nama anak itu?"

" Anak yang mana? yang jelas kalau ngomong , di sini bukan hanya satu tapi banyak!" Ujar Bianca yang masih fokus dengan kristalnya.

" Baiklah baiklah! Bocah pendek bersurai putih yang terakhir kalinya dia maju dengan gadis bersurai jingga" jelasnya

" Oh! Dia Niven , Nivender Carlin Eliax. anaknya Duke Larry kau tau? Bocah itu menjadi perbincangan publik akhir² ini" ucap Nixc melepaskan sarung tangan .

" Oh ya?" Bukan Giandra yang jawab, tetapi Melixlah yang berujar. Dengan penasaran dia ikut duduk dengan mereka berdua.

" Ya, tapi aku tidak tahu apa yang di perbincangkan. Kau tahu aku terlalu sibuk untuk mengurus hal hal seperti itu" jawab Nixc

" Yaaa~, padahal aku ingin tahu tentang anak itu, sayang sekali!" Ujar Melix sedikit putus asa, sesekali mengelap keringat di wajah tampannya.

Giandra yang sedari tadi menjadi pendengarpun menyrengitkan keningnya. Niven anak Duke Larry itu seperti menyembunyikan sesuatu, tapi apa itu?.

'apa yang dia sembunyikan? Ataukah-'

                          ***

" Kakak kita ada di mana ini?" ucap Niven memandangi ruangan dengan warna gelap tidak terlalu buruk hanya saja sedikit suram. Niat hati ingin melepas penat malah dirinya di tarik oleh kedua kakak biadapnya.

" Ruangan pribadi kami berdua. Bagaimana?" Ujar Lifen yang sedari tadi mengawasi adiknya dengan duduk di sofa yang sudah tersedia di sini.

" Bagaimana bisa ?" Ucap Niven tak percaya. Bukankah ini Akademi? Tapi bagaimana mereka berdua bisa mempunyai ruangan pribadi mana luas lagi, kan dia juga mau!

Kalien yang sedari tadi berdiri bersedekap  dada di di dekat pintu pun berujar " Tentu saja karena itu kami. Semua pasti akan kami dapatkan dan kami tidak pernah melepaskan yang sudah kami miliki termasuk kamu Niven " ujar kalien memeluk tubuh Niven dari belakang. Kepalanya ia tumpukan di bahu sempit milik Niven . Sesekali menghirup sedikit harum vanilla milik Niven .

" ya. Jika kau mau kau juga boleh memilikinya"

" Emang boleh?" Ucap Niven menoleh memandang Kalien dengan bertanya yang sialnya wajah itu terlihat begitu menggemaskan.

" Tentu"
" Apapun untukmu adik kecil" bukan. Bukan kalien yang menjawab, tapi Lifenlah yang menjawab .

" hm baiklah, kalau gitu ini juga punyaku kan?" Ujar Niven sesekali menyingkirkan tangan kalien yang melingkar di pundaknya .ngerti kan maksudnya?

become an outcast young master Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang