13

1.3K 119 3
                                    

Niven memandang langit jingga dari jendela kamar asramanya. Sesekali menikmati angin sejuk yang menebarkan surainya. Ah kapan dirinya bisa merasakan perasaan tenang ini ya?.

Berkelana di kehidupannya dulu, Niven tidak pernah hidup dengan tenang. Bahkan saat tidurpun begitu, ia takut ketika mata memejam hal hal menyeramkan hinggap di kepalanya datang, maka sejak saat itu Reivan jarang tertidur lelap. Dan dirinya mati.jiwanya menempati raga Niven yang bahkan tidak masuk akal menurutnya. Tapi ya sudahlah dirinya pun sudah mulai nyaman berada di dunia buana ini. Setidaknya untuk saat ini.

Namun ia tidak menyangka bahwa dirinyalah yang sedang mereka cari. Pengendali elemen terkuat, sihir tingkat tertinggi yang bahkan saat ini masih belum mereka temukan. Sihir tingkat dewa yang di berkahi langsung oleh para dewa.

Niven mengangkat tangan kirinya. Dapat ia lihat cincin yang terpasang apik di jari manisnya. Cincin Blugdog. Cincin yang menyembunyikan kekuatan sang pemakai tanpa terkecuali. Namun kekuatan itu masih bisa di gunakan ketika sang pemakai ingin menggunakan kekuatannya. Cincin Blugdog hanya ada satu termasuk sangat langka. Dan dirinyalah yang mendapatkannya saat ini.

Menghela nafas, Niven jadi teringat saat tiga hari dirinya berpindah ke tubuh ini. Yang secara tiba-tiba dirinya sudah berada entah di mana. Ketika mengingat itu ingin sekali dirinya mengumpat.

Flashback

Srak srak

Niven menyingkirkan rumput liar yang tinggi dengan tangannya. Saat ini dirinya hanya ingin melihat lihat hutan belakang paviliunnya. Hanya bermodal nekat dirinya masuk ke hutan ya anggap saja dirinya sedang berpetualang seperti Bolang.
Bocah bocah petualang~

Skip

Pohon pohon yang tinggi hanya bisa memberi celah cahaya sedikit. Syukur syukur dirinya tidak nyasar nanti, Kalau iyapun mungkin dirinya akan mulai bertahan hidup di hutan dan kosplai jadi tarjan nantinya.

" Nying ni hutan sepi amat cuy". Gblk kalau mau rame ngapain ke hutan lu sapri!, Lu kira pasar x ya etdah!

Sesekali tangannya Menyingkirkan dedaunan yang menghalangi matanya. Niven terus masuk ke dalam hutan yang semakin di lihat semakin gelap, padahal cuaca sekarang lagi siang terik nyentrik.

" Ini gadk setan kan ya? Kalau ada hewan buas gue bisa lari kalau GK ya sembunyi. Lah kalau setan, gue sembunyipun dia tau lari pun kalau di kejar mbk kun gimana? Udahlah di kasih diskon ketawa membahana pulak hii~" ucap Niven bergidik saat tengkuknya yang tiba-tiba saja merinding. Demi apapun dirinya saat ini sendiri, di hutan lagi ah.

Mengglengkan kepalanya untuk menyingkirkan fikiran fikiran negatif. Niven terus masuk ke dalam hutan tapi mungkin ini adalah hari sialnya. Tidak bertemu mbak Kun pun hewan buas pun jadi.

"ghkerr..."

Niven mematung ketika seekor serigala besar menggeram. Sumpah baru kali ini dirinya melihat secara langsung serigala sungguhan, mana gak main-main lagi besarnya. Mungkin kalau dirinya sekali ke hap langsung ke ngep kali ya.

Niven mundur ketika serigala itu mencoba mendekatinya.

" h-hh santai....santai dagingku gak enak loh iki Loh? Loh ak- AAAAAAA EMAKKK TOLONGG!!!" Niven berteriak kencang ketika tiba-tiba serigala itu berlari ke arahnya. Dirinya yang panikpun tanpa aba aba berlari kencang tapi tetap saja langkah kecilnya kala jauh dari langkah hewan buas.

GHERRR AUUU~

Niven menoleh kebelakang. Serigala itu masi mengejarnya. Saat itu pula tangisnya keluar.
" Hiks-huaaa hah bang-sat hosh hiks STOP WOI GUE CAPEK AAAA AYAH!" Niven semakin mempercepat larinya tanpa melihat sekitarnya.

become an outcast young master Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang