14

1.2K 92 4
                                    

" ada apa kau datang kemari Lindra Gaslindar!" Ucap Lio menatap dingin pemuda di depannya.

" Oho? Ada gerangan apa sang ketua asasian datang ke mari?" Ujar Lino memberikan tatapan tajam ke ara Lindra.

Lindra memutar matanya malas. Lalu matanya yang menangkap  tubuh mungil yang terbaring di tempat tidurnya yg membuatnya tersenyum kecil ,tapi kembali datar saat menatap ke arah Lio .

"Niven!" Ucapnya

Lio semakin menatap tajam Lindra " ada urusan apa sampai kau mencarinya?"

" Ck! Bukan urusanmu!" Jawab Lindra menerobos masuk menghiraukan ancaman Lino yang di berikan padanya. Ais mereka berdua ini sungguh berisik.

Ia berhenti di dekat Niven yang masih terpejam, tapi bisa ia lihat matanya yang tertutup itu masihlah bergerak gerak.
" Masih tidak ingin bangun?" Niven sedikit tersentak tapi masih mempertahankan posisi tubuhnya.

" Ya~sayang sekali .sepertinya aku harus bilang ke kaisar langsung kalau kau tidak jadi ikut dengannya" ucap Lindra.lalu ia tatap niven yang sedikit gelisah.

" baiklah kalau begit-"

" Tidak tidak! Aku ikut~" Lindra mengurungkan langkahnya. Ketika bocah di depannya yang sedikit merengek kepadanya, rambutnya masih mencuat akibat cepat terbangun. Terkesan berantakan tapi sanggup membuat mereka memekik kencang.

'gemasnya!!'  Lindra Lio dan Lino.

" Cepetlah bersiap sebelum kau ketinggalan kereta" Niven segera bangkit dengan buru buru sempat terjatu tapi tak apa dia langsung bangkit.

Niven masuk ke kamar mandi cuci muka, sikat gigi dan ganti pakaian biar sat set. Tenang dia sudah mandi kok tadi.
" Sudah selesai" ucapnya dengan semangat.

" Emang kau mau kemana ?" Ujar Lino bertanya ketika melihat Niven yang antusias.

" Benar, kau tidak ingin mengajak kami gitu? Hanya berdua -dengannya!" Ucap Lio menunju Lindra yang berdiri menghiraukan kehadiran si kembar berisik itu menurutnya.

" Ehe! paman Stephen berjanji mengajakku melihat kediamannya, karena aku bosan aku ikutlah jadi tidak mungkinkan aku mengajak kalian tapi-lain tak apa kan?"

" Lalu dia" tunjuk Lino ke wajah datar Lindra .

" Em-" Niven menatap bertanya ke arah Lindra .

" Hufff aku-tidak!" Jawabnya dengan singkat padat dan tak jelas.

" Baiklah"
" Dahh aku pergi dulu kalian jarang rindu, berat soalnya kayak   hidup watashi" ucap Niven melambaikan tangan.Lalu Niven pergi kearah pintu keluar.

Lio dan Lino menatap datar kepergian Niven yang di susul dengan kepergian Lindra.

" Pak tua itu!" Geram  mereka berdua.

***
Niven dan Lindra berjalan di koridor dengan keadaan hening. Sesekali Niven mencuri pandang pemuda di sampingnya.
'realy? Apa gak ada yang lebih pendek dari gue ha! Kudu lebih rajin minum susu protein tinggi lagi ini' batin Niven mengangguk anggukan kepalanya.

" Kenapa?" Tanya Lindra saat pemuda di sampingnya menganggukkan kepala tanpa sebab. bukan apa hanya sedikit khawatir?.

" Gapapa"

" Oh"

"Ya"
' suasana canggung macem apa ini hah!'

Bisa Niven lihat sang ayah yang saat ini menunggu kedatangan bersama kaisar Stephen di dekat kreta kuda berlambang naga dengan hiasan-hiasan mewah dan rumit menurutnya.
Mereka berhenti melangkah saat dua pemuda yang Niven lihat  pertama kali di aula bersama dengan Lindra kemarin.

become an outcast young master Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang