15

1.2K 133 4
                                    

Dalam perjalanan Niven menikmati pemandangan luar melalui jendela. Pemandangan hijau dapat ia lihat saat ini. Udaranya segar, membuatnya kuat-kuat menghirup udara itu.
Rambutnya sudah beracak, bergerak gerak tertiup angin.
Niven tersenyum seperti sinar matahari yang saat ini juga sedang memberikan kehangatan kepadanya. Sungguh pagi yang indah.

Stephen duduk diam. ia hanya tersenyum ketika anak dari sahabatnya itu tampak senang.
Syukurlah kalau begitu, berarti tidak sia sia penawarannya itu.
Wajah Niven bersinar akibat cahaya matahari yang memantul ke wajah putih itu. Senyuman manis terpatri di wajah menggemaskan itu.Niven Bagaikan lukisan yang keluar dari dunia fantasi.

BRAK.

Stephen terlonjak hampir saja ia jatuh ke depan akibat kereta kuda yang berhenti tiba-tiba.
" Kau tidak apa-apa?" Ucap Stephen menatap khawatir Niven yang mengusap usap dahinya.

" Gak papa paman. Hanya luka kecil" ucap Niven menampilkan cengiran pepdosen dengan memberi satu jempol ke arah Stephen.

'dahi mulus gue huhuu~' batin Niven menangis merasakan denyutan yang tak main rasanya. suasana hatinya yang bagus hancur seketika ketika kepalanya kepantok sisi jendela kereta. Cukup kuat, tapi it's ok.

" Kenapa keretanya berhenti tiba-tiba paman?" Tanya Niven ketika kereta kuda itu tidak juga melaju.

Stephen tak menjawab. Tapi demi memastikan sesuatu Stephen keluar. Memastikan bahwa tidak ada halangan apapun. Tapi sebelum itu Stephen memperingati Niven untuk tetap di dalam kereta kuda. Awalnya Niven menolak tapi karena Stephen memberi tekanan dengan berat hati Niven menurut.

Stephen menggeram saat tahu ada tiga orang bertopeng yang menghalangi jalan depan. Prajuritnya sudah terbunuh bahkan sang kusirpun begitu. Stephen waspada ketiks salah satu dari mereka mendekat ke arahnya. Lawannya kali ini mungkin sangat kuat bahkan prajurit terpilihnya pun mati dengan mudah.

" Apa mau mu!" Ucap Stephen menatap tajam sosok yang berdiri di depannya.
Tingginya sama sepertinya. Diam-diam ia menatap kedua kelompok orang ini. Merekapun sama. Terlihat kuat , sebenarnya siapa mereka.

" Berikan barang barang bawaanmu" ujar orang itu, wajahnya di tutupi oleh kain. Seperti seorang ninja. Sehingga sulit untuknya melihat rupa orang di depannya.

" Kau tidak tahu aku!" Stephen menggeram. Sialan. Berani sekali orang ini kepadanya.

" Aku tidak perduli dengan statusmu. Berikan barang barang mu" ujar orang itu mengeluarkan pedang yang tersampir di pinggangnya.

Stephenpun ikut mengeluarkan pedangnya. Ia mulai waspada, selain melindungi nyawanya, masih ada satu nyawa lagi yang harus ia lindungi. Sialan. Kejadian ini tidak pernah ia duga.

Srang

Stephen menghadang pedang itu. Matanya menatap tajam orang yang saat ini juga sama mengayunkan pedang ke padanya. " Cepetlah! Kau membuang buang waktuku!" Uajr orang itu semakin membabi buta menyerang Stephen.

" Tidak akan pernah!"

Sring sring

Stephen berputar dan menendang dada orang itu. Yang seketika membuatnya mundur beberapa langkah. Stephen mengalirkan mananya , dan melapisi pedangnya dengan  kekuatan miliknya. Seketika pedang itu bewarna merah. Pedangnya terlapisi oleh aura aura kuat, sihir api tingkat tertinggi miliknya. Sekejap Stephen mengubah aura pedangnya bewarna biru. Tahapan sihir api biru miliknya sangatlah kuat. Stephen langsung berlari menyerang orang tidak di kenal itu. Sehingga membuat suasana semakin gaduh.

Sring sring

Duag

"Menyerahlah! Dan jangan pernah kembali ke tempat ini!" Ujar Stephen. Memberikan goresan-goresan dalam di tubuh itu. ia menatap tajam orang yang masih bisa berdiri dengan luka sebanyak itu.

become an outcast young master Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang