Chapter 22

5 3 0
                                    

Mashiho merenggangkan otot-ototnya setelah turun dari tempat tidur, pagi hari Minggunya akan diawali dengan membersihkan seluruh area kamarnya dan Yedam. Ini menjadi hari Minggu keduanya di kosan, tapi kegiatan-kegiatan kecil yang akan dilakukannya tidak berbeda jauh dengan Minggu pagi di rumah orang tuanya.

Dia memulai kegiatan dengan memisahkan baju-baju kotor lalu memasukkannya ke keranjang, membawanya bersama sepatu sekolahnya yang kotor ke kamar mandi. Setelah merendam baju kotor di dalam air sabun, ia membiarkan baju-bajunya direndam beberapa saat seraya merapikan barang-barang lain di meja belajar, rak sepatu, dan tempat tidur. Memastikan tidak ada yang berantakan, semuanya disusun serapi mungkin.

Setelah semua barang tersusun rapi, Mashiho lanjut menyapu lantai kamar yang tampak sedikit kotor. Kemudian membuang sampah yang sudah menumpuk di dalam tempat sampah di pojok ruangan, kosan masih sangat sepi ketika dia berjalan keluar untuk membuang sampah, mungkin penghuni di sana baru dirinya yang sudah bangun. Bahkan tadi dia melihat Yedam masih tidur nyenyak. Selesai dengan urusan sampah, ia kembali masuk ke kamar untuk mengepel lantai, dan mengelap kaca jendela dengan kain basah.

Puas melihat kamarnya dan Yedam yang sudah rapi dan bersih, Mashiho kembali ke kamar mandi untuk bertemu dengan setumpuk cucian dan sepatu kotornya.

Ketika sedang asyik mencuci seraya bernyanyi pelan, telinganya menangkap sebuah suara lain. Mashiho awalnya mengira itu suara Yedam, tapi setelah dia dengarkan baik-baik suara itu terdengar asing, suara asing itu terdengar seperti sebuah nyanyian yang tadi juga sedang dinyanyikannya. Dan bukan hanya itu, suara itu juga terdengar seperti suara perempuan dan asalnya juga berasal dari tempat Mashiho berada sekarang, alias dari dalam kamar mandi.

Mashiho mengedarkan pandangannya ke sepenjuru kamar mandi, dia yakin tidak ada orang lain di sana. Atau mungkin yang berada di sana selain dirinya memang bukan manusia, Mashiho menjadi semakin waspada.

Tidak nyaman dengan suasana kamar mandi yang entah mengapa jadi terasa mencekam, Mashiho hendak beranjak pergi dari sana ketika dirinya tidak sengaja melihat ke arah cermin, dan saat itu lah dirinya melihat ada bayangan hitam sebesar dirinya di cermin. Bayangan hitam itu terlihat seperti gumpalan asap berwarna hitam, tidak benar-benar terlihat seperti bayangan benda pada umumnya.

Tanpa ingin mengetahui dari mana asalnya bayangan hitam itu, Mashiho segera berbalik dan melangkahkan kakinya ke arah pintu kamar mandi, pintu itu dalam keadaan tertutup padahal Mashiho yakin tadi dia tidak menutupnya.

"Kekunci?" Mashiho mencoba membuka pintu berwarna putih itu, tapi tidak bisa, entah bagaimana pintunya terkunci rapat. Dia terjebak di dalam sana.

"DAM! YEDAM! TOLONG BUKAIN PINTUNYA!" Mashiho berteriak sekencang mungkin, berharap Yedam yang masih tidur dapat mendengarnya.

Perlahan Mashiho menoleh ke arah cermin, di sana bayangan hitam itu masih ada, dan kini bayangan itu bergerak seolah keluar dari cermin lalu melayang ke arah Mashiho.

Mashiho semakin panik, dia mencoba mendobrak pintu tapi usahanya berakhir sia-sia. Sementara itu bayangan hitam tadi semakin dekat dengannya.

"YEDAM! BANGUN DAM! BUKAIN PINTUNYA! GUE KEKUNCI DI SINI!"

Ketika bayangan hitam itu sudah berada tepat di belakangnya, Yedam dari luar sana membuka pintu kamar mandi, Mashiho dengan cepat keluar dan berhambur memeluk Yedam.

"Heh? Lo kenapa meluk anjir? Lepas! Ntar kalau ada yang lihat bisa salah paham!" Yedam mencoba melepaskan Mashiho yang memeluknya.

Mashiho melepaskan pelukannya, kali ini kedua tangannya mengguncang kedua bahu Yedam sampai sahabatnya itu terombang-ambing bagaikan pohon yang tertiup angin. "LO KENAPA LAMA BANGET BUKA PINTUNYA?! GUE PANIK SETENGAH MATI TADI!"

The Mystery Of a Girl's Dream || TREASURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang