"Makasih, Pak." ujar Hyunsuk kepada sopir pribadi ibunya yang mengantar dia dan teman-temannya sampai ke sekolah, juga membantu menurunkan semua tas dari bagasi mobil.
Mereka berdua belas memutuskan untuk tidak membawa sepeda motor ke sekolah, sebagai gantinya Hyunsuk meminta bantuan supir pribadi ibunya untuk mengantar ia beserta teman-temannya. Kecuali Sohyun karena gadis itu dijemput oleh kakak laki-lakinya.
"Sama-sama, bapak pamit pergi ya, karena harus mengantar nyonya besar."
"Iya, Pak."
Setelah mobil milik ibunya kembali melaju pergi, Hyunsuk berbalik untuk ikut bergabung bersama teman-temannya yang sedang berkumpul di halaman depan sekolah. Menanti pengumuman sebelum berangkat, sementara itu sudah ada empat bus terparkir di tepi jalan dekat gerbang sekolah.
"Lo lihat Sohyun, nggak?" tanya Hyunsuk kepada Jihoon yang berdiri tepat di sampingnya.
"Tuh, lagi sama temen-temennya." Jihoon mengedikkan dagu ke arah Sohyun yang sedang berbincang bersama ketiga temannya.
Melihat Sohyun sedang tersenyum membuat Hyunsuk ikut tersenyum juga meskipun tipis.
"Kenapa nyariin dia?" Jihoon bertanya karena mengira Hyunsuk akan pergi menghampiri Sohyun.
"Lagi pengen aja liat dia."
"Nggak bosen tiap hari liat di kosan?"
"Enggak."
"Orang lagi bucin mah beda ya."
Jihoon memperhatikan bagaimana Hyunsuk melihat Sohyun dari jauh, ketika Sohyun balas menatap ke arahnya maka Hyunsuk akan dengan segera melihat ke arah lain. Jihoon jadi tidak tega membayangkan seandainya Hyunsuk juga tahu kebenaran tentang Sohyun.
...
"Hai, Haerin."
Sapaan itu membuat tiga gadis lain menoleh ke arah seorang pemuda kecuali Haerin yang berdiri membelakangi arah datangnya pemuda itu, suaranya terdengar tidak asing tapi Haerin merasa ragu sapaan itu berasal dari seseorang yang selama ini selalu disapa olehnya.
Haerin ikut menoleh, ia sedikit bergeser ke arah Minji ketika mendapati Junghwan berdiri menjulang tinggi di sampingnya.
"Oh? Hai." jawab Haerin sedikit canggung. Ini adalah pertama kali Junghwan menyapanya, membuat Haerin sedikit tidak menyangka.
"Di bus nanti mau duduk sama gue nggak?"
Butuh waktu beberapa detik bagi Haerin untuk mencoba memahami pertanyaan itu, sebenarnya dia tidak sebodoh itu untuk memahami maksud dari pertanyaan Junghwan. Hanya saja yang mengajukan pertanyaan adalah Junghwan— seseorang yang tidak Haerin duga akan bertanya begitu padanya.
Minji sampai menyenggol lengan Haerin karena temannya itu tidak kunjung menjawab, sementara Junghwan masih berdiri di sana dengan berharap Haerin akan menjawab 'mau'.
"Duduk sama lo?" tanya Wonyoung, "tapi Haerin mau duduk sama gu—"
"Mau! Gue mau duduk sama lo nanti."
Jawaban Haerin membuat Wonyoung melotot ke arahnya, sementara Junghwan tersenyum senang.
"Oke kalau gitu, gue mau ke temen-temen dulu. Nanti kita ketemu lagi di dekat bus, ya?"
Setelah Haerin mengangguk, Junghwan pergi menghampiri teman-temanya. Setelah Junghwan sudah semakin jauh, Wonyoung dengan kesal menatap Haerin.
"Ih lo kan udah janji mau duduk sama gue!"
"Hehehe ... sorry, gue nggak bisa nepatin janji itu. Crush gue ngajak duduk bareng ya kali ditolak? Rugi, dong."
Ekspresi Wonyoung berubah sedih, berharap Haerin akan bersimpati padanya. "Terus nanti gue duduk sama siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mystery Of a Girl's Dream || TREASURE
Fiksi PenggemarSetelah Sohyun menceritakan tentang mimpinya yang terus berulang kepada kakak perempuannya, sang kakak berpendapat bahwa Sohyun mengalami lucid dream. Tapi di satu sisi Sohyun yakin mimpinya itu bukan hanya sekadar lucid dream. Junkyu mendapatkan pe...