4 April 2012
"Apa tidak enak?!"
Suasana meja makan itu nampak menghening setelah suara Ny. Kim meninggi. Wanita tua itu memukul meja dengan sangat keras, aku terperanjat. Mark segera menatap Jisung yang baru saja memuntahkan makanannya.
Aku mengulum bibirku, dalam hati aku merapalkan doa. Jisung nampak ketakutan, tubuhnya bergetar hebat, ia seperti hendak menangis.
"Ny. Kim, maafk—"
"DIAM KAU, LEE MARK!"
Suasana kembali mencekam, ku lihat Mark menatap Jisung sangat khawatir. Sedetik kemudian, Ny. Kim segera melemparkan piring berisi nasi penuh itu dengan kencang hingga pecah. Kami semua hanya dapat terdiam dengan kekhawatiran yang menyeruak.
"Anak tidak tahu diri! Kau pikir siapa yang membeli makanan ini?!" Ny. Kim kembali berteriak, wajahnya memerah penuh dengan amarah.
"Maafkan aku." Hanya itu yang dapat dikatakan Jisung, namun seakan-akan tak puas, Ny. Kim segera menyeret tubuh lemah Jisung dengan tak berperasaan, entah ke mana.
Kami semua bangkit secara spontan, Mark yang pertama kali mengejar Ny. Kim, Chenle berusaha menahan pemuda itu namun tak berhasil. Aku terdiam dengan kaku, tak berani membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Jeno hyung." Chenle menatapku dengan matanya yang memerah, ia tak menangis, namun seperti memohon untukku menghentikan Mark dan Ny. Kim.
"A-aku.."
"Jeno hyung, ku mohon." Aku sangat frustasi, ku lirik Haechan yang hanya terdiam di tempatnya dengan tatapan kosong. Seakan-akan sudah tak perduli dengan semua yang terjadi.
"Jisung melindungimu!" Chenle berteriak kuat-kuat kali ini kepadaku. "Kau tidak ingat Jisung selalu melindungimu?! Ku mohon!"
Aku masih terdiam di tempatku, bayang-bayang semua hal yang terjadi serta perkataan Haechan malam itu, aku benar-benar seperti akan mati rasanya.
"Jisung tidak akan mati," ucapku membuat Chenle terperangah. Tidak percaya akan apa yang ku ucapkan. Aku pun juga tak percaya, mengapa perkataan itu dapat keluar dari bibirku?
"Jisung sudah mati sejak lama, Lee Jeno."
Perkataan tersebut menamparku keras, sebelum akhirnya Chenle bergegas berlari menyusul Mark serta Jisung.
Yang kudengar setelahnya hanya jeritan yang amat keras serta barang-barang yang pecah.
Namun bodohnya, aku masih terdiam di tempatku dan tak melakukan apapun. Aku pikir tak akan terlalu sakit jika aku mengabaikan dan terbiasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home Alone ✔
General FictionRumah ini hanya tinggal menyisakan satu raga, sementara yang lainnya bergerak melangkah, ia tetap pada tempatnya.