2 September 2012
"Huang Renjun?"
Chenle mengangguk mendengar ucapanku. Pemuda itu nampak lunglai dengan wajahnya yang semakin pucat. "Mengapa balik ke mari?" tanyaku sama sekali tidak mengerti.
"Ia mengalami kekerasan yang amat parah. Wajahnya benar-benar tidak nampak seperti.. Huang Renjun."
Aku terhenyak, tak menyangka sosok Huang Renjun yang ku anggap sudah melupakan kami dan berbahagia sendiri mengalami hal itu. Aku terkekeh tak percaya. "Jangan berbohong."
"Aku berharap ini juga hanya kebohongan semata, sialan."
Aku dapat melihat kilatan marah dalam mata Chenle. Pemuda itu mengepalkan kedua tangannya. "Aku tak apa-apa jika tak merasa bahagia, aku tak apa-apa jika pada akhirnya kalian merasa bahagia sendiri dan meninggalkanku. Namun mengapa harus kembali lagi ke tempat ini dengan kondisi yang lebih parah?"
Aku tak dapat mengucapkan apapun sebab baru untuk pertama kalinya, aku melihat Chenle sesakit ini. Selain itu aku benar-benar takut untuk bertemu dengan Renjun, aku takut hatiku juga akan sangat sakit melihat kondisinya.
"Ia sedang dimandikan," ucap Chenle seakan-akan tahu arah jalan pikiranku.
"Aku juga tak ingin bertemu dengan Renjun," tambahnya. "Namun aku harus, kalau bukan kita, siapa lagi yang akan menemani rasa sakitnya?"
🍃🍃🍃
"Dokter Jaehyun memang belum pernah bertemu dengan Huang Renjun. Namun aku pernah. Aku pikir kemarin yang kabur adalah sosok Huang Renjun yang menguasai Lee Jeno. Namun, aku salah."
Jaemin terus berkutat dalam pikirannya, tak peduli seberapa keras ia berpikir semuanya nampak tak masuk akal.
"Hei, kenapa malah melamun?"
"Kau menyembunyikan sesuatu dariku," ujar Jaemin membuat Jihoon gelagapan.
"A-apa maksudmu?"
"Aku menemukan ini dari lokermu tadi." Jaemin menaruh sepucuk koran yang ia temukan tadi pagi.
Sebuah berita dalam koran yang sangat, sangat, sangat melukai hati Jaemin hanya dengan melihatnya. Ia benar-benar dibuat terkejut. Namun dibandingkan marah, Jaemin sangat kecewa pada Jihoon yang menyembunyikan hal penting ini darinya.
"Kenapa kau menyembunyikan ini? Tidak, lebih tepatnya mengapa kau selalu menyembunyikan sesuatu dariku? Mengapa selalu pura-pura tak tahu?" tanya Jaemin dengan pelan.
"Maaf.." Jihoon tampak benar-benar menyesal. "Kau tahu aku tak ingin─"
"Aku justru sangat tersakiti karena ini. Kau seharusnya membantuku. Kau yang paling tahu ini adalah hal yang sangat penting untukku."
"Jaemin, kau bahkan tak pernah bercerita denganku. Aku sangat takut bahwa tindakanku salah sebab mendorongmu terlalu jauh. Ini bukan ranahmu, aku rasa sebaikny─"
"Lee Mark adalah kakakku," potong Jaemin cepat. Jihoon melebarkan matanya, pemuda itu terkejut bukan main. "A-apa maksudmu?!"
"Salah satu alter ego milik Lee Jeno adalah Lee Mark, kakakku. Ia adalah korban.." Jaemin menunjuk koran didepannya dengan gemetar. "Korban dari seseorang yang kau bela untuk saat ini."
"Na Jaemin..."
"Aku akan benar-benar mencari tahunya sendiri. Tanpa bantuanmu."
Setelah mengatakan hal tersebut, Jaemin segera melenggang pergi. Tak peduli seberapa keras Jihoon memanggilnya, pemuda itu tak berbalik, berhenti pun tidak.
🍃🍃🍃
BREAKING :
MENYAMBUT MALAM MUSIM DINGIN,
SEBUAH PANTI ASUHAN DENGAN
INISIAL SS TERBAKAR HABIS PAGI
INI, SEBAB ASAL USUL API TERSEBUT
MENYAMBAR MASIH BELUM DIKETAHUI.KEBAKARAN YANG SANGAT HEBAT INI
MENEWASKAN 7 ORANG SEKALIGUS
DENGAN 1 ORANG YANG TERLUKA.KORBAN BERINISIAL L. M, H.R, L.H, Z.C,
SERTA P.J YANG BERSTATUS SEBAGAI
ANAK DIDIK PANTI SERTA L.J YANG
SEKARANG SEDANG DALAM TAHAP
PENGOBATAN! POLISI SEDANG DALAM
PENYELIDIKAN LEBIH LANJUT."Itu adalah salah satu peristiwa kebakaran terbesar nomor 5 di kota ini," gumam Jaemin menatap artikel yang terpampang pada komputer di depannya. Pemuda itu tersenyum kecut, tak dapat mengklik laman untuk gambar.
Ia tak dapat membayangkan bagaimana mengerikannya malam itu terjadi. Bagaimana Mark serta Lee Jeno dan teman-temannya berteriak meminta tolong, bagaimana rintihan serta suara jeritan yang memekakan telinga malam itu.
Membayangkannya saja sudah membuat hati Jaemin teriris.
Mata Jaemin kemudian bergulir, matanya membaca dengan serius judul web berita yang mulai bermunculan, banyak sekali orang-orang yang diinvestigasi pada saat itu. Bibirnya bergumam tanpa suara, kemudian sampailah ia pada web berita terakhir. Kedua netra itu sontak melebar, jantung Jaemin tiba-tiba berdegub kencang. Rasa tak percaya membanjiri dirinya.
Terduga pelaku adalah Huang Renjun, salah satu korban serta salah satu anak yang dirawat oleh Panti Asuhan Sunshine.
"Lee Jeno sudah kembali."
Suara itu mengejutkan Jaemin, wajahnya mendadak pucat karenanya. Pemuda itu menatap Jaehyun yang menatapnya di ambang pintu.
"Mengapa kemari? Dan mengapa juga wajahmu seperti melihat hantu?" tanya Jaehyun heran.
"Ada hal yang perlu ku cari, badanku juga sedang tak enak," balas Jaemin acuh kemudian beranjak setelah mematikan komputer.
"Jaemin, kau tahu mencari tahu semuanya tak ada gunanya kan?" tanya Jaehyun menghentikan langkah Jaemin yang tergesa-gesa.
"Apa kau pikir akan ada bedanya kau mengetahui kejadian itu dan tidak?" tambahnya kemudian. Jaemin mengepalkan kedua tangannya, rasa amarah serasa memenuhi dirinya. Pemuda itu mendesis.
"Jangan mencampuri urusanku, Dok," geramnya.
Namun seakan-akan tak takut, Jaehyun justru tersenyum tipis, dokter muda itu menepuk punggung Jaemin beberapa kali.
"Tunggu kau bertemu dengan sosok Huang Renjun, maka kau akan mengerti."
🍃🍃🍃
note; aku double update,
cek bab sebelum ini yaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Home Alone ✔
General FictionRumah ini hanya tinggal menyisakan satu raga, sementara yang lainnya bergerak melangkah, ia tetap pada tempatnya.