1 Mei 2012
"Lihat, bukankah ia sangat menggemaskan?!"
Aku hanya menatap orang di depanku dengan tatapan geli. Wajahnya terlihat sangat senang, kilatan matanya terlihat sangat cerah, aku belum pernah melihatnya sesenang ini sebelumnya. Aku terkekeh. "Kau mengunjunginya?"
"Iya, Ia seumuran denganmu, Lee Jeno. Walau tak sempat berbincang, rasanya bahagia sekali melihat ia sekarang dapat bersekolah, ia memiliki banyak sekali teman, senyumnya terus melebar setiap waktu." Mark tersenyum sembari membayangkan. "Berbeda sekali denganku, ia sungguh anak yang ceria dan patut dibanggakan."
Aku tersenyum, kebahagiaannya serasa tertular denganku. "Ia pasti sangat bangga memiliki kakak sepertimu."
Wajahnya yang cerah serta gemilang mendadak redup dan lesu. Ia terdiam sejenak, kemudian mengusap figura foto yang ia hias dengan susah payah itu. "Aku payah sekali. Aku tak bisa melindunginya. Aku rasanya ingin sekali berbicara dan memeluknya, tapi tak berani. Kakak macam apa aku ini?"
"Hei, kenapa berbicara seperti itu?" balasku dengan tak suka. "Ia harus tahu apa saja yang sudah kau lakukan untuknya."
"Lee Jeno."
"Apa?"
"Kalau nanti aku sudah tak ada, bolehkah kau bantu aku menjaganya? Jadilah temannya saat ia kesulitan, peluklah saat ia merasa sedih, kemudian tersenyumlah untuknya saat ia bahagia," ucapnya. Aku menatapnya tak suka.
"Mengapa berbicara seperti itu?" tanyaku. Orang di depanku ini justru tersenyum, ia kemudian mengusap lembut rambutku. Mengabaikan raut wajah tak menyenangkan dariku.
"Suatu saat nanti, Lee Jeno. Tolong gantikan sosokku."
🍃🍃🍃
Rasa panik menyeruak dalam pikiran Jaemin, pemuda itu menatap Jeno dengan takut. Apakah kepribadian menguasai Lee Jeno? Namun.. siapa?
Ini jelas bukan Chenle, pemuda bernama Chenle itu tak setenang dan seramah ini. Walau Chenle terus tertawa, Jaemin mengerti arti dari tawa Chenle. Pemuda itu meluapkan perasaan marahnya dari tawa mengerikan. Sementara sosok di depannya, ia tersenyum seakan-akan memang benar-benar bahagia.
"Park.. Jisung?" Jaemin mencoba menebak. Namun sosok Jeno itu tak menjawab, ia justru tersenyum lebih lebar. "Apakah kau mengenal Jisung?" Pertanyaan justru dilontarkan.
Jaemin mengernyit. "Kau.. siapa?" tanyanya.
Sosok Jeno itu mengulurkan tangannya, senyum masih terpatri di wajahnya.
"Perkenalkan.. namaku—"
"Na Jaemin."
Jaehyun tiba-tiba saja sudah berdiri pada ambang pintu ruangan. Jangan lupakan para perawat yang mengikutinya di belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home Alone ✔
General FictionRumah ini hanya tinggal menyisakan satu raga, sementara yang lainnya bergerak melangkah, ia tetap pada tempatnya.