BAB 2 : MASA LALU YANG MENYENANGKAN

20 5 0
                                    

Di suatu sore saat Anna berusia 5 tahun, Anna sedang makan nasi dengan semur ayam buatan ibunya yang menjadi makanan kesukaan Anna sampai dia dewasa. Anna dibonceng ayahnya bersama ibu dengan motor tua kebanggaannya itu menuju area persawahan yang berada tak jauh dari perumahan mereka. Sembari sesekali, Anna disuapi nasi semur ayam nan lezat itu, ia menikmati semilir angin sore yang menerpa wajahnya.

Setibanya di pinggiran sawah, Anna dan keluarganya disambut sekawanan burung yang berkicau-kicau dengan sejuknya hembusan angin sore yang membuat siapapun betah berlama-lama disana. Dengan telaten, ibu menyuapi Anna dan mengajaknya duduk dipinggir sawah. Memang agenda hari ini, Pak Ji mengajak serta istri dan putrinya itu untuk menemaninya yang mendapat pesanan untuk memotong gulma dan membersihkan sekitar area tanaman padi milik Juragan Kusno.

"Anna. Kamu lihat ini." Ucap Pak Ji, ayah Anna. Anna memperhatikan tanaman ilalang yang dibawa ayahnya itu.

"Menurutmu apa yang terjadi jika kita membiarkan tanaman-tanaman liar ini tumbuh di sekitar padi?" Tanya Pak Ji. Anna berpikir sebelum memberikan jawabannya.

"Hm... tanaman padinya bisa mati." Jawab Anna kecil.

"Mengapa hal itu bisa terjadi?" tanya Bu Aya, ibu Anna sambil menyibakkan rambut anaknya di belakang telinganya.

"Dia bisa merebut makanan si padi." Jawab Anna yakin.

"Wah! Pintar sekali anak ayah ini. Kamu benar. Tanaman liar ini atau yang disebut gulma, akan merebut nutrisi dan air yang seharusnya cukup untuk padi. Makanya penting bagi kita untuk selalu merawat dan membersihkan padi dari tanaman-tanaman liar seperti ini. Biar padinya bisa tumbuh subur. Kamu mengerti?" Papar Pak Ji. Anna mengangguk. Kemudian Pak Ji tersenyum dan membelai rambut Anna.

"Ayah mau lanjutin dulu untuk menyiangi tanaman padinya. Kamu makan dulu sama ibu disini. Jangan nakal. Nurut sama ibu. Bisa kan?" tanya Ayah. Anna tersenyum dan mengangguk. Mereka pun hanyut dalam kehangatan di sore itu hingga sang fajar tiba diperaduannya.

Kebahagiaan ini.

Rasa yang begitu dirindukan.

Aku hampir saja melupakan kenangan manis ini

Karena saat ini, yang tersisa adalah kedukaan

Ah... Sang Waktu.

Bisakah aku meminta untuk kembali dan berhenti

Aku ingin tetap berada di waktu ini

Di waktu, saat aku masih dicintai

Diperjalanan menuju rumah sakit, Fiona terus menepuk pipi Anna dengan lembut. Memanggil namanya. "Anna, sadarlah! Anna!" Panggil Fiona berulang kali. Setelah berbelok ke arah kiri, Adi segera masuk ke lobby IGD. Lalu Adi keluar, meminta bantuan perawat atau petugas dan meminta brankar. Tak beberapa lama, Adi membuka pintu mobilnya yang bagian belakang, dan menggendong Anna dengan hati-hati lalu membaringkannya di brankar. Setelah itu, mereka segera ke ruang IGD. Adi meminta Fiona menemani Anna sedangkan dia yang akan mengurus administrasinya.

"Ibu... Ayah... Tolong! Aku kedinginan." ucap Anna menggigil. Tubuhnya panas. Anna perlahan-lahan membuka matanya namun pandangannya begitu buram. Matanya sembab dan dari keningnya, peluh mengalir.

"Ibu... Ayah..." Rintih Anna.

Pak Ji menghampiri putrinya, namun Anna tak dapat melihat sosok ayahnya dengan jelas. Tetapi ia dapat mendengar suara ayahnya yang parau itu.

"Bertahan ya, Nak. Ayah tahu kalau Anna adalah putri ayah yang kuat. Ayah yakin Anna pasti bisa sembuh." Ucap Pak Ji dengan nada sengau. Pak Ji menempelkan telapak tangan kanannya di dahi putrinya yang masih sangat panas itu. Kemudian Pak Ji mengambil kompresan dan meletakkannya di dahi putrinya.

Merengkuh TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang