Setelah sesi terapi dengan psikolog Dona, perasaan Anna mulai membaik. Ia perlahan-lahan sudah mau mulai menulis lagi. Menulis tentang perasaan dan pikirannya, karena psikolog Dona meminta Anna untuk mulai melakukan journaling. Adi dan Fiona pun secara bergantian terus menjenguk dan menemani Anna. Anna pun rutin meminum obat anti kecemasan yang telah diresepkan oleh dokter Rama dan obat tidur di malam hari secara teratur agar kualitas tidurnya membaik.
"An! Jika aku memintamu untuk melakukan visum. Apakah kamu masih enggan melakukannya?" Tanya Fiona seraya memberikan buah jeruk yang sudah dikupasnya kepada Anna.
"Aku... Aku tidak tahu apakah semua ini akan berguna jika aku melakukannya. Lantas setelah itu, aku harus berbuat apa? Bagaimanapun mereka adalah keluargaku. Jika aku melaporkan mereka, sama saja aku merusak keluargaku. Aku aib. Aku tidak sanggup, Fiona." Jawab Anna lirih. Anna hanya memainkan buah jeruk itu tanpa memakannya.
"Anna. Dirimu butuh keadilan. Bukankah kamu yang bilang, jika Kak Dona memintamu untuk memprioritaskan dirimu sendiri? Dirimu pun butuh disayang, butuh dianggap kehadirannya. Maka dirimu pun membutuhkan keadilan ini, Anna. Aku memang bukan keluarga kandungmu. Tetapi, bagiku, kamu sudah keluargaku. Apakah keluarga itu hanya tentang darah?" Tukas Fiona berusaha meyakinkan.
"Kamu sudah kuanggap sebagai saudaraku juga. Kini, aku hanya punya kamu juga Adi. Kalian adalah keluargaku yang baru." Ucap Anna berkaca-kaca.
"Maka, bisakah kamu melakukan visum itu? Jika bukan demi dirimu. Lakukan demi aku. Demi orang kamu anggap sebagai keluarga ini. Aku juga butuh keadilan untuk saudaraku, Anna Divanadia." Kata Fiona memohon. Lalu tiba-tiba Fiona menangis sesenggukan. Anna pun memeluknya erat. Menepuk pundaknya.
"Sejak pertemuan kita saat SMA. Aku merasakan koneksi yang berbeda denganmu, An. Aku seperti memiliki ikatan emosional denganmu. Hm Hm... Bukan. Aku merasa... Aku..." Isak Fiona. Anna menepuk-nepuk pundak Fiona lembut.
"Baiklah, Fi. Aku akan menurutimu. Aku akan melakukan visum atau tes apapun yang ingin kamu lakukan kepadaku. Sejujurnya, aku juga ingin sembuh dan terbebas dari belenggu ini. Aku capek, Fi. Capek sekali." Kata Anna.
"Jika kamu ragu dengan dirimu, maka bilang kepadanya bahwa aku, Fiona adalah satu-satunya yang berdiri dan menjadi penopang yang kuat. Aku akan menjadi keyakinan yang akan mendampingi sehingga kamu tidak lagi merasa ragu, sehingga kamu akan selalu merasa ada dan dianggap ada." ucap Fiona.
Setelah itu, Fiona menuju ke ruang suster untuk melakukan administrasi terkait tes yang akan dilakukan Anna. Fiona mendaftarkan Anna untuk dua tes. Namun ia merahasiakan hal ini kepada Anna. Ia ingin memastikan untuk dirinya terlebih dahulu karena ia tidak ingin menambah beban pikiran Anna. Sore harinya, mereka berdua diberi kabar bahwa Anna dijadwalkan tes besok jam 10 pagi.
Besoknya, Anna melakukan tes sesuai jadwal yang diberikan. Kebetulan, hari in Adi yang menemani karena Fiona memberi kabar jika dia ada kegiatan lain yang tidak bisa ditinggalkan. Setelah serangkaian tes yang panjang, Anna pun kembali ke kamarnya. Suster yang mengantarnya ke kamar memberi kabar bahwa hasilnya akan dapat dilihat dalam beberapa hari kedepan, sehingga Anna dan Adi diminta bersabar menunggu.
"Hari ini apakah kamu ada jadwal konseling?" Tanya Adi. Anna menggeleng.
"Aku sampai kapan ada di rumah sakit terus? Rasanya sudah hampir seminggu aku disini. Aku sangat bosan. Aku juga kepikiran soal biaya rumah sakit." Ungkap Anna.
"Soal biaya rumah sakit, kamu tenang saja. Sekarang, yang terpenting bagimu adalah kesembuhanmu dulu. Nanti kalau dokter sudah mengizinkan, pasti kamu bisa segera pulang." Kata Adi.
"Oh ya, hari ini, penulis idolamu akan melakukan konferensi pers di kantor terkait buku barunya." Kata Adi.
"Wah! Enaknya jadi kamu, bisa ketemu banyak penulis bahkan kerja bareng. Bisakah aku titip tanda tangannya? Aku punya beberapa buku karyanya yang menurutku keren banget. Sudah gitu, gaya penulisannya yang puitis dengan diksi-diksi indah semakin membuat ceritanya menjadi hidup dan manis."
KAMU SEDANG MEMBACA
Merengkuh Takdir
Mystery / ThrillerPernahkah kalian membayangkan jika keluarga kalian tidak ingin kalian lahir di dunia? Atau sekadar berandai-andai jika orang yang membenci kalian adalah kakak atau adik kalian sendiri? Pertanyaan ini akan mengantar kalian untuk menemani Anna dalam c...