Waktu terus bergulir, jam berganti menjadi hari, hari menjelma bulan, hingga tak terasa mereka berada di penghujung tahun 2019. Adi mengajak Anna untuk makan malam bersama. Ia memesan tempat di sebuah cafe, cafe taman bintang yang memiliki rumah kaca yang terkenal indah di malam hari karena dapat langsung melihat bintang.
Anna yang mengenakan gaun berwarna biru muda dengan rumbai di ujung gaunnya yang tergerai diatas lutut, membuat Anna terlihat seperti seorang model. "Kamu tidak seharusnya berdandan secantik ini. Aku takut mata-mata genit itu melihatmu." Kesal Adi. "Bilang saja aku cantik. Ya, kan?" Goda Anna. Sekarang, Anna sudah bisa menggoda Adi seperti yang biasa Adi lakukan kepada dirinya atau Fiona. Pria yang mengenakan kemeja yang senada dengan Anna itu pun tersipu, "Justru karena kamu terlalu cantik, aku jadi cemburu." kata Adi mengakui.
Saat mereka berada di depan pintu restoran, seorang penjaga membuka pintu dan menyambut mereka dengan senyuman terbaiknya.
"Selamat datang di cafe taman bintang. Ada yang bisa saya bantu?", Kata penjaga tersebut.
"Saya, Adi yang kemarin melakukan reservasi." Jawab Adi seraya menunjukkan tiket platinum kepada penjaga tersebut. Kemudian penjaga tersebut membungkuk dan mempersilahkan mereka masuk. Penjaga tersebut memanggil pelayan dan memberitahu bahwa ada dua customer. Kemudian dua pelayan datang menyambut mereka dan mengantar mereka ke lantai dua. Saat mereka menaiki tangga, terdapat plakat kayu yang menjuntai indah dengan tulisan 'VIP'. Mereka di antar ke sudut kanan ruangan dengan dinding-dinding kaca sebagai pembatas dan lampu-lampu pijar berwarna kuning temaram yang membuat suasana semakin romantis.
Mereka menuju sebuah meja berbentuk persegi dengan taplak putih polos dan buket bunga mawar putih di tengahnya dan lilin lilin dengan wadah perak klasik dengan ukiran-ukiran bergaya abad pertengahan. Dua pelayan tersebut menarik kursi dan mempersilahkan mereka duduk. Adi membantu Anna duduk. Kemudian Ia mendekati pelayan yang berdiri di dekatnya itu dan membisikkan sesuatu kepadanya. Kemudian pelayan tersebut turun dengan sigapnya. Sedangkan pelayan yang lain mengambil buku menu.
Anna mendongak ke atas, ia melihat atap yang terbuat dari kaca sehingga ia bisa secara langsung melihat langit bertabur bintang. Meskipun musim dingin, langit malam itu tampak cerah dengan kemunculan para bintang yang ingin bersinar bersama bulan. Kemudian seorang pelayan memberikan buku bersampul hitam dengan tulisan 'menu' berwarna emas di tengahnya. Adi dan Anna sedang melihat berbagai menu.
"Saya pesan tenderloin steak, medium, ya. Untuk dessert-nya saya pesan tiramisu cake with truffle chocolate" Pesan Adi.
"Untuk main coursen-ya, Saya sama seperti dia. Hm.. tunggu sebentar, aku juga pesan chocolate parfait satu " Ucap Anna.
Pelayan dengan sigap menuliskan pesanan mereka berdua. Kemudian ia bertanya tentang minuman yang mungkin ingin dipesan.
"Orange squash", jawab mereka kompak.
Adi dan Anna saling memandang kemudian tertawa. Mereka berdua memang sangat menyukai minuman itu. Setelah mencatat semua pesanan, pelayan tersebut membacakan pesanan mereka sekali lagi. Karena tidak ada tambahan apapun lagi, pelayan tersebut membungkuk dengan sopan dan meninggalkan mereka berdua.
"Indah sekali, Di. Terima kasih sudah mengajakku kesini. " Puji Anna.
"Ini belum seberapa, tunggu sebentar lagi." Kata Adi yang melihat jam tangan yang ada di tangan kirinya itu.
"Lima... empat... tiga... dua, " Kata Adi menghitung mundur.
Satu. Mendadak lampu di lantai dua padam, hanya lilin yang ada di hadapan mereka dan taburan bintang di langit yang menjadi penerang mereka. Lalu mengalun merdu melodi dari MALIQ and D'Essentials – Kita Bikin Romantis. Tepat sekali. Kata Adi dalam Hati. Adi berdiri dan menghampiri Anna. Anna pun berdiri. Pria itu bersimpuh di depan Anna seraya membuka kotak hitam yang sedari tadi ada di saku celana abu-abunya. Dua cincin emas putih yang dilihat Anna membuatnya berkaca-kaca.
"Kita sudah melalui berbagai hal. Saling tumbuh dan jaga hingga di titik ini. Kini, aku ingin melamarmu sekali lagi. Maukah kau menikah denganku, Anna Divanadia? " Tanya Adi.
"Adi! Aku... Aku... Aku... " Kata Anna terbata-bata, air mata mulai mengalir perlahan membasahi pipinya.
"Aku tahu bahwa kamu masih butuh waktu. Tetapi, mungkin ini adalah bentuk keegoisanku padamu. Aku ingin kamu menjadi milikku. Aku juga ingin kamu menjadikanku milikmu. Mari kita tumbuh dan sembuh bersama. Kita arungi hidup ini dalam lautan kebahagiaan, sehingga yang tersisa hanya cinta dan kasih." Adi melanjutkan kata-katanya.
Anna meminta Adi untuk berdiri. Ia membelai pipi Adi dengan lembut. Air matanya terus mengalir.
"Aku, Anna Divanadia, bersedia menjadi pasangan hidup Adi Dinata Pratama. Mari kita memburai waktu bersama-sama." Kata Anna sambil menatap mata Adi.
Adi memakaikan cincin emas putih dengan permata kecil yang menghiasi itu di jari manis sebelah kiri Anna. Kemudian Anna memakaikan cincin yang serasi dengan miliknya di jari manis sebelah kiri Adi. Kemudian mereka saling berpelukan. Bolehkah aku menciummu? Bisik Alan. Fina mengangguk. Fina memejamkan mata dan mereka berciuman.
...
Di kehingan malam, Anna terbangun. Kemudian ia mengambil jurnalnya, menuliskan kata yang terbesit dalam benaknya,
Kegelisahan. Ketakutan. Trauma.
Tiga kata yang terlintas jika kalian mengenalku lebih dalam. Tiga kata yang ku perjuangkan untuk kutaklukkan. Tiga kata yang berusaha kudamaikan dalam diriku. Entah butuh berapa lama... Mungkin selamanya? Mungkin satu tahun? Entahlah. AKu juga belum tahu sampai kapan bisa kumenangkan semua itu.
Namun... Aku berpegang pada harapan untuk bertahan. Meski sering terjatuh dan gagal, meski masih sering menangis dikala teringat, bahkan meski tubuhku gemetar menahan gejolak amarah dan kecemasan yang tersisa, aku tidak apa-apa. Percayalah... aku masih baik-baik saja. Karena harapan itu masih ada. Aku hanya harus berusaha agar harapan itu berubah menajdi Realita.
Anna Divanadia, 31 Desember 2019.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merengkuh Takdir
Mystery / ThrillerPernahkah kalian membayangkan jika keluarga kalian tidak ingin kalian lahir di dunia? Atau sekadar berandai-andai jika orang yang membenci kalian adalah kakak atau adik kalian sendiri? Pertanyaan ini akan mengantar kalian untuk menemani Anna dalam c...