WARNING!!! Bab ini mengandung Trigerring terkait kekerasan fisik dan seksual. Harap bijak saat membacanya.
Keesokan harinya, saat ia akan menuju kantornya, Anna dihadang oleh beberapa orang berpakaian preman. Anna begitu takut melihat orang-orang berjaket kulit dan berbadan kekar itu mengelilinya yang akan berjalan menuju halte bis tak jauh dari kosannya.
"Katakan secara jujur! Dimana kakakmu? Dimana kalian menyembunyikannya?" Tanya Orang dengan wajah gahar itu dengan nada yang keras kepada Anna.
"Kakak siapa? Aku tidak punya kakak." Elak Anna yang berusaha meloloskan diri.
"Kamu jangan bohong! Kamu adalah adik dari Johan Dharmendra, kan? Cepat beritahu lokasi persembunyiannya." Bentak seseorang di sebelahnya. Anna semakin menciut. Ketakutan.
"Aku tidak tahu. Aku sudah lama keluar dari rumah keluargaku. Jadi aku tidak tahu." Tegas Anna. Dia berusaha menahan ketakutannya. Ia tidak boleh nampak lemah dihadapan preman-preman ini.
Seseorang tiba-tiba menarik lengan Anna dengan kasar. "Hei, jalang! Jangan terus-menerus berbohong dan menguji kesabaran kami. Katakan sekarang juga! Dimana Pria brengsek itu!" Hardik pria berjaket kulit hitam. Ia begitu keras hingga membuat Anna merintih karena cengkeramannya begitu kencang.
"Aku tidak tahu! Mau kalian paksa aku seperti apapun. Aku juga tidak tahu dimana si bajingan itu! Kenapa tidak ke kantor polisi untuk mencarinya? Atau ke rumah keluarganya? Kenapa kalian malah menggangguku? Aku bahkan tidak pernah peduli dengannya. Mau dia mati atau hidup saat ini. Aku tidak peduli. Jadi lepaskan sekarang juga! Aku harus bekerja!" Teriak Anna. Tubuhnya sudah gemetar. Ia begitu ketakutan.
"Kami akan terus memantaumu! Lihat saja nanti. Kalau ketahuan kamu bertemu dengan dia. Habis kamu!" Ancam pria berjaket kulit hitam itu seraya mendorong Anna sampai jatuh tersungkur. Kemudian para preman itu pun pergi meninggalkan Anna. Anna melihat sekeliling, untung sepi. Batinnya.
Dengan sisa tenaga yang ia punya, ia berdiri. Ia mengingat tentang status kakaknya yang masih buron. Apa mungkin mereka aparat? Tetapi kenapa bertindak sekejam itu? Atau jangan-jangan mereka suruhan musuh si bajingan itu? Kenapa terus mengusik hidupku disaat aku sudah berusaha lepas dari bayang-bayangnya. Batin Anna. Kepalanya terasa berat. Ia masih berusaha mencerna kejadian barusan. Kemudian ia memukul-mukul lengan dan area kaki seraya membersihkan debu yang menempel. Telapak tangannya terasa perih. Saat ia lihat, ternyata banyak goresan. Bekas cengkraman pria itu pun masih terasa nyeri. Anna berusaha menenangkan dirinya yang terus berdebar kencang dengan terus berjalan. Ia harus berangkat bekerja.
"Tenang, An. Tenang. Tidak apa-apa." Ucap Anna kepada dirinya. Tubuhnya terus gemetar. Lalu tak kuasa ia berjongkok di ujung jalan yang sepi itu. Ia menghadap tembok. Tiba-tiba air matanya jatuh. Tubuhnya masih menyimpan kenangan barusan dengan begitu dalam. Anna terisak. Menangis sejadi-jadinya.
"Mengapa aku harus melalui semua ini. Padahal... Padahal aku sudah berusaha berbuat baik pada siapapun, termasuk mereka. Aku berusaha jadi anak yang berbakti. Tetapi apa yang kuperoleh? Apa!!!" Isak Anna.
Anna merasa teleponnya terus bergetar namun ia mengacuhkannya. Hatinya masih terpaut pada kejadian barusan. Ia kembali mengenang masa saat kakak dan teman-temannya mengeroyok dirinya. Ia kembali ke kenangan pahit yang ia kira sudah berhasil ia lupakan. "Kenapa kamu tidak hilang dari ingatanku. Mengapa kamu jahat karena terus bertahan dan terus mengikis kenangan indahku. Apa belum cukup kamu sudah membuat ingatanku kabur dan gelap?" Ucapnya.
Kepalanya terasa begitu berat. Pandangannya semakin buram. Namun ia berusaha untuk terus menarik napas panjang. Ia tahu ini efek dari gangguan kecemasannya. Dengan sempoyongan, ia mencoba berdiri. Tubuhnya yang bergetar terasa begitu lemas. Saat ia melihat ke arah jalan. Ia melihat ada siluet pria yang menghampirinya. Anehnya pandangannya terus saja kabur. Samar-sama ia mendengar seseorang memanggil namanya. Namun semakin lama, suaranya semakin lirih hingga tak terdengar. Anna jatuh pingsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merengkuh Takdir
Mystery / ThrillerPernahkah kalian membayangkan jika keluarga kalian tidak ingin kalian lahir di dunia? Atau sekadar berandai-andai jika orang yang membenci kalian adalah kakak atau adik kalian sendiri? Pertanyaan ini akan mengantar kalian untuk menemani Anna dalam c...