Tiga

252 4 0
                                    

Zainal sedang duduk di kursi teras rumahnya, menikmati secangkir kopi dan satu bungkus roti yang entah sudah berapa lama ada di dapur untung saja belum Expired, hari ini ada kelas pagi, mau tidak mau zainal harus berangkat sebelum 07.30.

Tiba-tiba Zaenal ingat pada seseorang, ia berpikir keras sudah berapa hari tidak bertemu dengan sarah padahal tinggal satu rumah, Zainal mengecek motor sarah Di garasi dan masih terparkir rapih di pojok sana posisinya masih sama seperti tiga hari lalu.

Perasaan Zainal tidak enak, Zainal yang tadinya akan pergi ke kampus kembali masuk kerumah dan segera berlari ke lantai atas, pada pijakan pertama anak tangga langkah Zaenal terhenti, ingat janjinya tidak akan menginjakan kaki kelantai dua lagi namun kali ini persetan dengan ikrarnya, Zainal segera mengambil langkah cepat sampai di depan pintu kamar Sarah beberapa kali Zainal mengetuk pintu namun pintu tidak kunjung di buka zainal berinisiatif masuk meski tanpa izin.

Pertama yang Zainal lihat pada sosok yang sedang berbaring di ranjang tertutup selimut tebal, cepat-cepat Zainal menghampiri Sarah, beberapa kali Zainal memanggil sarah namun tetap tidak bergeming, Wajah sarah terlihat sangat pucat.

"Sarah" Zainal menggoyang-goyangkan tubuh sarah

"Sarah" Sekali lagi Zaenal memastikan

"Sarah" Zainal mulai prustasi

"Sarah" suara Zainal meninggi dan sedikit gemetar

Zainal segera menyingkap Selimut yang membalut Tubuh Sarah, Zainal memopong Sarah, satu-satunya tempat yang ada dalam pikiran Zaenal adalah rumah sakit dan bagaimana caranya bisa sampai sana dengan cepat.

Ketika Sarah sudah dimasukan kedalam mobil, Zainal baru tersadar ternyata sarah tidak menggunakan Hijab, Zainal kembali lagi berlari untuk mengambil Hijab sarah. Cukup lama mencari dimana letak keberadaan hijab mata zainla baru menangkap yang tergantung di balik pintu kamar.

Zainal mengatur deru napasnya, sebelum Akhirnya menancap gas, Zainal membawa mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata, karena ini jam berangkat kerja lalu lintas lumayan padat dan Zainal sangat kesal di buatnya.

Zainal memarkir asal mobilnya di parkiran rumah sakit keluar dari mobil berlari kedalam rumah sakit mencari bantuan perawat untuk menyiapkan brangka.

Sarah sudah dibawa masuk keruangan untuk di tindak lanjuti oleh dokter, Zainal terduduk di lantai rumah sakit di depan ruangan sarah. Dua puluh menit dokter keluar dari ruangan dengan wajah yang sulit di artikan.

"Mas, keluarga Pasiennya sudah di hubungi" tanya dokter tersebut pada Zainal

"Saya suaminya dok" Zainal menjawab dengan cepat

"Tidak usah panik dulu mas" dokter itu bisa melihat ekspresi wajah Zaenal "ayo ikut keruangan saya" Zaenal membuntuti dokter sampai ruanganya.

_____________________________

Sarah duduk di pinggir ranjang rumah sakit, sarah sudah sadar dari pingsanya sejak siang tadi , pisisinya menghadap ke jendela menyaksikan lalulalang berbagai macam Aktivitas manusia. Jujur sarah Sangat bosan jam menunjukan pukul lima sore hari, langit sudah mulai gelap. Sarah mengayunkan kakinya untuk mengusir Rasa bosanya, pelupuk matanya mulai berair ia teringat pada Abinya, ingin sekali menghubunginya namun sarah tidak membawa ponsel.

Cklek

Pintu dibuka menampilkan sosok jangkung dengan setelan hoodie hitam dan Jeans berwarna denim.

"Zainal" gumam sarah

Zainal melihat sekilas pada sarah"ga usah nangis, Gue bawa roti bakar" Zainal melihat wajah sarah memerah akaibat menahan air matanya suapaya tidak jatuh, zainal meletakan satu kantong plastik hitam di atas meja samping tempat tidur lalu mendudukan pantatnya di satu-satunya kursi di ruangan ini, ya betul di ruangan ini hanya ada satu meja kecil satu kursi dan satu tempat tidur, bukan-bukan karena Zainal tidak mampu membayar ruangan yang lebih besar dari ini tapi karena hanya ruangan ini yang tersisa tadi pagi.

"Gue kapan bisa pulang" Tanya sarah pada Zainal

"Kenapa lu ga nyaman sama ruanganya, gue bilang perwata dulu biar bisa pindah ruangan" Zainal akan segera beranjak namun Sarah segera menarik hoodie yang dikenakan Zainal

"Ga perlu, gue gapapa di ruangan ini aja" Sarah

"Lu malem itu minum kopi berapa banyak" Zainal mengintrograsi

"Lupa" Sarah menunduk takut dengan tatapan Zainal

"Tiga gelas, gue liat di kamar lu"

"Mungkin" sarah seolah sedang berpikir

"Nantangin malaikat, udah bosen idup lu, asam lambung minum kopi tiga gelas keren" Zainal menggelengkan kepalanya tidak habis pikir

Diam-diam sudut bibir sarah tertarik ke atas menghasilkan lengkungan tipis " Lu khawatir sama gue kan, tadi perawat bilang lu panik pas bawa gue kesini"

"Coba lu pikir kalo sampe lu mati di rumah gue pasti semua orang bikin berita bahwa gue pembunuhnya, gila ya lu"

Mendadak Sarah jadi cemberut, ternyata Zainal bukan Khawatir padanya namun lebih ketakut jadi tersangka jika terjadi apa-apa pada sarah.

"Zainal" Sarah menghela napas sebelum melanjutkan ucapanya "Ayo pisah" Sarah menatap lekat manik Zaenal menunggu jawaban darinya

Zaenla terdiam cukup lama memperhatikan Wajah sarah yang penuh dengan ke seriusan.

"Kalo lu keberatan mengajukan surat cerai, gue yang akan ajuka gugatan" Sarah mulai tidak terkendali

Mungkin kemarin Sarah salah menganggap jika bukan masalah besar menikah tanpa di dasari cinta, kata orang-orang cinta bisa tumbuh setelah Akad pernikahan, akan tetapi sarah rasa cinta tidak akan tumbuh dalam pernikahanya kali ini.

Zaenal seolah sedang mencerna kata demi kata yang keluar dari mulut sarah tanpa  ia diduga.

"Soal abi gue, nanti gue yang berusaha ngomong ke dia, dan keluarga lu gue pastiin setuju dengan keputusan gue, jika mereka tau ternyata lu tidak bahagia dengan gue"

"Sarah" menggelengkan kepalanya makin tidak percaya dengan ucapan Sarah

"Maafin gue, kemarin gue pikir lu ga keberatan dengan pernikahan ini, tolong jangan bebani hidup lu dengan hadirnya gue di kehidupan lu yang amat sangat damai, Secepatnya gue bakal ajuin surat permohonan gugatan, mungkin minggu depan" Sarah menatap Zaenal yang masih terus menatapnya.

"Jika lu tetap kekeh dengan keputusan lu, banyak pihak yang akan kecewa Abi keluarga gue, Bude lu dan semuanya" Zaenal bersuara

"Kita terlalu mementingkan perasaan orang lain, sedang gue dan lu yang menjalaninya tidak baik-baik saja" Sarah menepuk bahu Zaenal "lu perlu bahagia dengan cewek itu" Sarah teringat pada malam ketika tania datang kerumah zaenal, sarah mengumpat di kamar Zaenal dan mendengar semua percakapan Zaenal dan Tania, gadis itu benar-benar berharap hidup bahagia kelak dengan Zaenal.

"Mungkin tidak sekarang, tunggu gue wisuda, ga mungkin kita sudahi di usia pernikahan baru satu bulan"

Sarah terdiam sedikit berpikir menghitung berapa lama lagi Zaenal wisuda, sekitar tujuh bulan lagi.

"Tujuh bulan lagi" ujar Zaenal

"Tujuh bulan lagi" ujar Zaenal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_______________________

Huhuhu Baru juga married dah mau pisah aja sedih deh 

Lembar buku pernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang