1

1.9K 159 20
                                    

Sebelum baca, ingatlah bahwa ini hanya fiksi belaka dan tidak ada hubungannya dengan rl mereka. Jangan lupa kritik dan sarannya karna sekecil apapun yang kalian berikan sangat berdampak buat syasya <3

Happy reading!

.

.

.

- "Aku jatuh cinta padamu
Memangnya kamu punya hak apa untuk melarangku?" -

°°••~♡~••°

Remang-remang dari cahaya bulan mulai sedikit menerangi tempat yang begitu kumuh tersebut, sedikit memberikan sinar di beberapa bagian yang terpapar cahaya melalui sela-sela jendela dan atap yang bocor. Seorang pria menyeret paksa tubuhnya sendiri, kakinya seolah lumpuh setelah mendapat hantaman keras. "Sialan" umpatnya kemudian bersandar pada salah satu lemari usang di dekatnya.

Pria itu sedikit mendangak, merasakan beberapa tetes air yang menimpa wajahnya. Di luar hujan dan atap yang bocor itu merembeskan air. Pria dengan rambut merah sedikit gelap dengan campuran sedikit warna putih itu menghela napas kasar. Di umurnya yang masih dua puluh empat tahun ini, ia jelas teringat tentang impiannya untuk liburan yang berakhir tragis karna lagi-lagi dia harus menjalankan misi. Sebagai seorang detektif, tentunya dia tidak bisa mengeluh begitu saja.

"Tes, caine masuk radio," ucapnya berusaha terhubung kembali dengan rekannya, namun yang ia dapatkan hanya suara gemerisik dari radio yang sepertinya tidak mendapat sinyal atau mungkin rusak karna sempat tak sengaja terbanting cukup keras.

"Bodoh, lain kali hubungi aku." Ujar seorang pria berusia empat puluhan itu yang baru saja mendobrak salah satu pintu tua yang berada di ujung. Caine, pria berambut merah itu menghela napas lega saat menemukan salah satu relasinya yang berdiri di sana. Pria dengan rambut ungu yang sedikit berantakan dengan jas hitam yang sedikit kotor akibat beberapa bercak darah.

"Lama!" Protes caine dengan bibir yang cemberut kesal, tangannya ia angkat ke atas, memberi kode agar pria berambut ungu itu mengangkat tubuhnya. Rion Kenzo, pria dengan rahang tegas dan tatapan elang itu melembutkan raut wajahnya kemudian sedikit tertawa, lalu dengan sigap membopong pria yang lebih kecil ke dalam pelukannya.

Rion dengan mudah membawa caine keluar dari sana secara hati-hati. Sesekali rion melihat sekitarnya, memastikan bahwa semuanya aman, setelahnya menurunkan caine tepat di dalam salah satu mobil mewah bewarna hitam milik rion. "Tunggu di sini!" Perintahnya tegas kemudian di turuti dengan caine yang duduk tenang di dalam mobil begitupun rion yang menyusul duduk di bagian pengemudi setelah memastikan tidak ada orang yang membuntuti.

Caine akhirnya bisa bernapas lega, ia menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi mobil kemudian menatap rion. "Thanks," ucapnya singkat kemudian di balas anggukan kecil oleh rion. Namun, senyum dari pria maskulin di samping caine jelas membuat caine sedikit curiga. "Tidak ada yang gratis di dunia ini, benar?" Tanya rion yang membuat caine mengangguk setuju. "Kau mulai mirip dengan gin" ucap caine membuat rion terkekeh geli. "Dia anakku, jelas saja." Celutuk rion kemudian mulai melajukan mobilnya.

Setelah kurang lebih sejam, mereka akhirnya sampai di salah satu rumah mewah. Mobil mewah rion dengan perlahan memasuki rumah mewah tersebut yang tak lama kedatangannya di sambut dengan dua pria lajang yang sedang menghisap rokok di tangan mereka.

"Masih ingat pulang ternyata," ujar gin santai. Pria dengan warna rambut coklat itu membuat rion yang baru turun dari mobil menatapnya sinis. "Tidak sopan, mau ku buang ke jalanan?" Ucap rion sedikit menggertak. Sementara pria berambut putih di samping gin yang bernama makoto hanya tertawa pelan sebagai reaksi.

who's the mastermindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang