Happy reading
_"Satu-satunya alasanku berada pada naungan Rion, karna dia yang menyelamatkan nyawaku namun alasanku menghianati Rion karna dia penyebab matinya Orang tuaku."_
.
.
.
"Sudah satu minggu, tapi tidak ada perkembangan apapun dari Mia," pria itu menghela napas entah berbicara pada siapa. Ia hisap rokok miliknya, berusaha untuk tetap dalam keadaan tenang. Tak lama setelah rokok di tangannya habis, ia bergerak membuang sisa puntung rokok miliknya kemudian menginjaknya agar api kecil itu padam.
Matanya menatap kesal pintu besi yang sudah terlalu sering di lihat, menatap jengkel pada sesuatu yang harus ia temui untuk sekian kalinya. Ia membuka pintu itu dengan kartu tanda pengenal miliknya. Membuat pintu besi tersebut bergerak secara otomatis dan menutup setelah pria itu masuk ke dalam.
Pria itu menatap sedih pada wanita yang terkulai lemas, ia mendekat dan berjongkok dihadapan wanita itu. "Makan ya?" Tanya nya lembut, namun wanita itu menggeleng kecil. "Kenapa kamu terus bersikap baik padaku? Pergi! Kamu pasti hanya memanfaatkanku saja!" Ucap wanita itu, sedikit berteriak agar pria dihadapannya pergi.
"Aku benar-benar peduli padamu, aku tau kamu hanya salah satu korban Rion, aku percaya bahwa kamu pasti punya alasan saat kamu berusaha menyakiti kami dan berkhianat pada Rion. Aku tau Rion itu bajingan dan aku ada di pihakmu sekarang."
Wanita itu menggeleng keras saat merasa bahwa apa yang kini ia dengar hanya omong kosong. "Kalau kau ada di pihakku, kenapa kamu tidak mengeluarkanku dari sini?! Kamu pembohong!" Wanita itu terisak, suaranya tinggi namun juga serak dan hampir hilang. Yang di tanya hanya diam, memberikan jeda tanpa suara di sana dengan suara nyaring pemantik yang membakar gulungan candu yang mengepulkan asap ke langit-langit.
"Kamu tau? Aku tidak pernah merokok di depan keluargaku, apakah itu artinya aku membohongi mereka?" Pria itu menghisap rokoknya kuat, kemudian menghembuskan ke wajah wanita itu dan dengan seketika asap tersebut tanpa sengaja terhirup wanita itu hingga terbatuk.
"APA MAKSUDMU SIALAN?!" Pekik kasar dari wanita itu di abaikan, seolah itu hanya jam alaram menyebalkan di pagi hari baginya. "Maksudku..." ucapannya tergantung, tangan pria itu dengan lembut mengelus pipi wanita dihadapannya. "Sekalipun mereka tidak ku beritahu bahwa aku merokok, bukan berarti aku membohongi mereka, bukan berarti aku tidak di pihak mereka. Aku hanya berusaha memberikan yang terbaik, menjadi contoh baik yang bisa mereka lihat."
"Satu-satunya alasanku berada pada naungan Rion, karna dia yang menyelamatkan nyawaku namun alasanku menghianati Rion karna dia penyebab matinya Orang tuaku." Pria itu menggeretakkan giginya, seolah ada sautan dendam disana. "Untungnya aku yang menjadi penanggung jawabmu, jadi... aku lebih leluasa, benar sayang?"
Wanita itu menatap Pria dengan mata menyipit, terlihat jelas bahwa ia tidak percaya. Namun hatinya sedikit tergerak jadi ia menatap pria itu dengan tatapan memohon. "Setidaknya, boleh ikatan ini di lepas? Sakit." Lirihnya dengan air mata yang mulai jatuh. "Permintaan dikabulkan," ujar pria itu dengan senyum manis andalannya. Ikatan besi itu di lepaskan dengan kunci, hingga terlihat pergelangan tangan yang lecet. Wanita itu menatap tidak percaya dan tersenyum senang. "Terimakasih," ucapnya membuat pria itu menggeleng. "Pastikan kamu tidak kabur, oke? Ada saat nya aku akan membantu melepasmu."
Pria itu mendadak limbung, saat ia rasakan pelukan tiba-tiba dari wanita itu hingga terduduk. Namun dekapan itu ia balas, ia belai tiap bagian rambut wanita itu. Wajah wanita itu terangkat, menatap pria dihadapannya. "Caine...dia mala petaka! Aku membencinya...karna dia, danny ku dalam bahaya..." wanita itu mulai menangis tersedu-sedu.
KAMU SEDANG MEMBACA
who's the mastermind
FanfictionCaine ialah pria berumur dua puluh empat tahun yang telah bergabung di kepolisian sebagai detektif selama tiga tahun terakhir. Tragedi di masa lalu caine membuatnya dan sisa orang yang menjadi tanggung jawabnya terpaksa bergabung dengan seorang pria...