8

863 93 63
                                    

Sebelum baca, ingatlah bahwa ini hanya fiksi belaka dan tidak ada hubungannya dengan rl mereka. Jangan lupa kritik dan sarannya karna sekecil apapun yang kalian berikan sangat berdampak buat syasya <3

Happy reading!

.

.

.

-"Aku lebih suka hanya melihatmu dari jauh namun kamu bahagia dari pada melihatmu hancur di depan mataku." -

-"Kalau suatu saat aku membuat kesalahan besar, aku harap kamu tidak kecewa, aku harap kamu tetap makan dengan baik, aku harap kamu tetap sehat dan menjaga anak-anak. Aku harap ada dan tidak adanya aku tidak akan mengganggumu. Karna apapun yang terjadi, aku akan melindungimu dan keluarga ini... -

°°••~♡~••°°

Sudah dua hari, bukannya makin membaik justru keadaan Caine semakin membuat Rion cemas. Bagaimana tidak, sang kesayangan kini sama sekali tidak bangun dari tidurnya bahkan bolos bekerja. Alhasil ialah yang jadi sasaran Marchel, salah satu temannya dari kepolisian yang sempat membantunya untuk mempermudah agar Caine bisa bergabung ke kepolisian.

Meski sempat berdebat sedikit, pada akhirnya Marchel bisa memaklumi, terutama Caine belum pernah mengambil cuti selama bekerja.

Rion kembali memeras kain di tangannya kemudian kembali meletakkan kain itu dengan lembut di kepala Caine. Dokter Sui yang merupakan Dokter keluarga mereka sudah bolak-balik selama dua hari ini karna Rion terus-menerus menelponnya.

Hingga akhirnya Dokter Sui menginap di rumah mereka malam ini, sembari jaga-jaga jika Caine semakin memburuk. Rion beberapa kali mengelus tangan Caine sesekali berbisik lembut dan memberikan kata-kata penenang. Jarang-jarang Caine terserang sakit, sekalinya sakit Caine seperti orang yang hampir mati.

Kalau boleh jujur, Caine justru mau tertawa tapi terhalang karna tubuhnya terlalu lemas. Bagaimana tidak, Rion terus saja khawatir, bolak-balik di samping tempat tidur mereka sembari berusaha menghubungi Sui. Ingat? Sui sudah menginap di rumah mereka, tapi Rion yang terlalu khawatir itu malah menelpon Sui berkali-kali seolah Sui tidak ada di dekat mereka.

Sui yang sudah berada di depan pintu kamar mereka hanya menghela napas. "Lagi menghubungi siapa?" Tanyanya pada Rion. "Menghubungi sui, demam caine makin tinggi." Damn, Caine mau ketawa saat itu juga melihat kebodohan Rion, sementara Sui? Ia segera menggeplak kepala Rion cukup keras.

"Heh tolol, memangnya siapa yang dari tadi ngomong sama kamu?" Tanya Sui dengan nada kesal sementara Rion yang baru sadar hanya menggeplak jidatnya.

"Tenangkan pikiranmu dulu," ucap Sui pada Rion sembari mendekati Caine yang hanya terbaring lemas. "Demamnya masih tinggi," gumam Sui kemudian mengganti infus milik Caine setelahnya memberikan beberapa obat.

"Aku yakin kamu akan membaik sebentar lagi, pastikan jangan terlalu berpikir berlebihan," nasihat Sui pada Caine, sementara Rion masih menatap penuh khawatir.

Setelah memastikan Caine minum obatnya akhirnya Sui berjalan sambil menguap, kembali ke kamar tamu. Rion duduk di pinggir tempat tidur, menatap Caine yang masih lemah. Bagi Rion, Caine itu biasanya ceria. Namun mata lembutnya kini berubah menjadi sayu, bibirnya yang merah ranum berubah menjadi pucat, bahkan tubuh Caine yang biasanya hangat menjadi panas. Rion tidak tega melihat caine yang beberapa kali merintih saat tubuhnya terasa sakit, rasanya Rion ingin menggantikannya saat itu juga.

who's the mastermindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang