15

867 85 10
                                    

Siapa yang nungguin cerita ini?
Aku agak takut sih ngelanjutin ini wattpad. Takut Arion sama Harrisnya jadi risih. Jadi aku juga mau ingetin ke kalian buat jangan latah. Ship sewajarnya aja, jangan sampai mengganggu pertemanan mereka. Love you all, happy reading!

.

.

.

"Rion, masih dengar suaraku kan? Ion pulang ya? Everything it's gonna be okey."

Rion mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, membuat mobil kencang itu menerobos rambu lalu lintas. Di mobil tak hanya ada Rion, tapi juga ada Key dan Makoto yang sudah siap dengan senjata dan armor mereka.

Ingin Key meminta Rion untuk tetap tenang, tapi kondisinya memang memaksa mereka untuk bergerak cepat. Yang di culik itu Mia, tidak mungkin Rion bisa tenang saat keadaan panas. Key membaca arah melalui ponsel pintar miliknya, untungnya Rion sempat memberikan Mia kalung yang di selipkan pelacak di liontinnya, sehingga Rion masih bisa melacak posisi Mia saat ini.

Langit mulai menggelap, tak Rion sangka perjalanannya akan sejauh ini. Namun saat Rion menatap jalanan luas di depannya, ia tau ia akan kemana. Rion semakin melajukan mobil miliknya di ikuti yang lainnya. Ia berhenti di salah satu bar besar kemudian mengambil topeng dan topi dan segera memakainya.

Rion turun, kemudian segera menaikkan tangannya ke atas. Menandakan yang lainnya harus mundur. Rion yang biasanya tegar dan kokoh terpatung setelah membuka pintu bar. Kondisi bar kosong, tidak ada satu orang pun. Hanya ada kekacauan dan sesuatu yang tergeletak di lantai.

Bagaimana Rion mengatakan pada Caine, setidaknya itu hal yang pertama ia pikirkan. Ia berjalan dengan langkah tegas kemudian tanpa aba-aba tubuhnya mendadak linglung dan terjatuh terduduk, melihat darah mengalir di lantai. Rion merasa tubuhnya begitu lemas, matanya memanas namun berusaha untuk tetap tenang. Rion mengalihkan pandangannya ke samping, berusaha menahan gejolak emosi dalam hatinya. Rion merasa kesulitan bahkan untuk menelan ludahnya sendiri, dengan hati yang berat, Rion mengangkat pelan Tubuh itu dengan satu tangan dan buru-buru keluar dengan sekuat tenaga.

Yang lainnya terkesiap, tidak ada yang berbicara. "Krow," panggilan dengan suara parau itu membuat Krow terkesiap, ia buru-buru mengambil tubuh di tangan Rion dengan hati-hati namun pemandangan tersebut di lihat jelas oleh Makoto, tangannya bergetar dan buru-buru turun dari mobilnya dan berlari mendekati krow.

Makoto melihatnya dan air matanya jatuh tanpa ia sadari, napasnya menjadi tersengal dan tangannya bergetar. "Berikan dia ke gua krow!" Makoto berucap lirih, tangannya berusaha menarik pelan lengan jaket krow. "Krow, gua mohon?" Pinta Makoto lirih, tangannya yang gemetar mengelus pelan rambut berlumur darah di hadapannya. Krow menggeleng, "dia sama gua, lo ikut perintah papi." Makoto berusaha menarik paksa lengan krow namun di tepis dengan keras. "Nurut aja bangsat," bentak Krow singkat membuat Makoto hanya bisa memandang kosong kepergian krow.

Setelah krow membawanya masuk ke mobil milik krow, gin dan juga key buru-buru berlari untuk ikut masuk ke dalam mobil. Mobil itu segera melaju dengan kencang, sementara sisanya masih mematung menunggu perintah.

"Yang lainnya pulang, ini biar aku yang urus," perintah Rion dingin, sementara Echi mendekat hendak protes karna perintah Rion yang jelas membahayakan nyawa Rion sendiri.

"tapi pi, ga mungkin papi sen—"

"SAYA BILANG PULANG YA PULANG, ANJING!" Bentakan Rion mampu membuat Echi memundurkan langkahnya kemudian mengikuti yang lain untuk buru-buru masuk ke mobil mereka, setelahnya melaju mengikuti arah mobil krow. Setelah mereka pergi, hanya tersisa Rion bersama mobil hitam dengan campuran ungu kesayangannya.

who's the mastermindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang