2

1.3K 115 22
                                    

Sebelum baca, ingatlah bahwa ini hanya fiksi belaka dan tidak ada hubungannya dengan rl mereka. Jangan lupa kritik dan sarannya karna sekecil apapun yang kalian berikan sangat berdampak buat syasya <3

Happy reading!

.

.

.

-"Kadang aku takut kehilangan."-

-"Oleh karna itu kita harus mempertahankannya."-

°°••~♡~••°°

Suara gemericik air mulai terdengar diselingi suara petir yang mengkilat di langit. Pria berambut ungu dengan kemeja dan lengan di lipat hingga siku itu sedang membereskan beberapa barang di tempat penyimpanan senjata. Dirinya sesekali mengecek keamanan di sana juga memastikan bahwa tidak ada penyusup.

Tangan pria itu dengan cekatan mengangkat beberapa kotak yang di rasa sudah mulai kosong, di tumpuk di bagian pinggir sebelah kiri ruangan. Ruangan yang agak gelap dan hanya memiliki penerangan minim serta cat dinding yang sedikit mengelupas membuat pria yang tengah berberes menghela napas. "Sepertinya ruangan ini butuh sedikit perubahan." Gumam pria itu kemudian kembali menghela napas.

Baru saja selesai membereskan barang dan kotak yang berisi senjata, atensi pria itu teralihkan saat suara decit pintu terdengar di telinganya. "Sudah papi bilang untuk tidak ikut campur!" Ya, itu adalah rion. Ia berucap dengan nada tegas, tidak marah namun setidaknya mampu menggertak orang yang kini berdiri di hadapannya.

"Aku sudah cukup besar untuk tau, tidak perlu melarang" sangkalnya, anak laki-laki berambut biru itu jelas menatap pasti ke arah mata rion. "Tugasmu hanya menjaga mia, setidaknya lakukan yang sudah menjadi tugasmu." Rion menatap anak laki-laki yang kini mulai menjadi begitu keras kepala, sementara yang di tatap hanya memutar bola matanya malas. "Aku tau," ujapnya santai.

Arion hanya menggeleng kepalanya pelan, heran dengan anaknya yang satu itu. "Kalau mamimu tau sifat aslimu sou, mungkin kamu sudah di kurung di kamarmu." Ucap arion setelahnya terkekeh pelan. "Kenapa?" Tanya anak laki-laki bernama souta itu dengan santai. "Karna mamimu akan khawatir setengah mati hingga memutuskan untuk mengurung putra kecilnya." Jelas rion kemudian mengangkat putranya ke dalam gendongannya.

"Karna itulah aku menyembunyikan ini semua, awas saja jika papi membocorkannya." souta memberi peringatan dengan bibir mengerucut, memancing tawa lembut dari bibir rion. "Aku tidak akan membocorkannya jika kamu menurut dan tidak melukai siapapun." Ucap rion sambil mengelus rambut putranya dengan tangan kanannya yang bebas.

Tak lama rion menurunkan putranya setelahnya souta pergi keluar dari ruang penyimpanan senjata. Rahang arion sedikit mengeras kemudian menatap kepergian putranya. "Pisau bermata dua itu bisa saja jadi masalah." Ujarnya kemudian memilih menutup ruang penyimpanan senjata itu.

.

.

.

Di sisi lain caine sedang menatap nanar nasi gorengnya yang tak sengaja ia buat menjadi kehitaman karna di tinggal untuk mengangkat telpon. "Sial!" Ia menggerutu kesal kemudian menghela napas kasar. "Mami kenapa?" Tanya key yang mendadak muncul dari belakang, wanita berumur sekitar dua puluh dua tahun dengan rambut biru tua yang di kuncir satu itu menghampiri caine karna melihat caine yang terus menggerutu.

who's the mastermindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang