10

775 80 12
                                    

Sebelum baca, ingatlah bahwa ini hanya fiksi belaka dan tidak ada hubungannya dengan rl mereka. Jangan lupa kritik dan sarannya karna sekecil apapun yang kalian berikan sangat berdampak buat syasya <3

Happy reading!

.

.

.

"Rion, ku harap kamu tidak kecewa padaku...,"

°°••~♡~••°°

T

idak seperti biasanya, malam ini sepi, yang artinya Rion dan anak-anak ada agenda malam ini. Caine bangun dari tempat tidurnya, menatap ke arah jam yang sudah menunjukkan pukul 8 malam.

Caine harus pergi sekarang untuk menemui seseorang, dia harus memastikan sesuatu sekaligus bertukar informasi. Caine berganti baju, mengenakan sweater hijau dan celana kain bewarna putih. Tak lupa ia membawa masker dan topi untuk jaga-jaga apabila ia harus menggunakannya.

Namun saat Caine membuka pintu, pandangan di hadapannya membuat napasnya tertahan sejenak. Pria bersurai merah gelap duduk tepat di depan pintu dengan mata tertutup. Caine mencoba melambaikan tangannya, memastikan apakah pria di depannya itu tertidur.

Karna tidak ada reaksi Caine akhirnya menghela napas, namun baru selangkah ia berjalan keluar, pergerakannya terhenti. "Mami, mau kemana?" Tanya funin sembari menahan tangan Caine.

"Papi bilang dia ada agenda sama yang lain, mia sama souta juga udah di titipin ke grandpa, mami masih belum sehat, jadi papi nyuruh aku buat mastiin mami tetap di kamar." Funin berucap datar, menandakan dirinya serius. "Aku cuma mau keluar sebentar nyari udara segar, nanti—" belum sempat Caine menuntaskan kalimatnya Funin menyela, "Caine, Rion paling ga suka sama orang yang ngebantah."

Caine terdiam membuat Funin menghela napas. "Jangan terlalu lama perginya, sebelum jam sepuluh udah harus di rumah," ucap Funin sambil memberikan kunci mobil Caine yang sempat ia tahan. "Makasih," ucap Caine sambil tersenyum kemudian buru-buru melangkah pergi.

Caine buru-buru keluar, beranjak ke parkiran dan mengemudikan mobil sedan warna merah metalik miliknya keluar rumah. Caine hanya diam, fokus menyetir, hingga sampailah ia di depan bar yang lumayan besar. Caine memarkirkan mobilnya di tempat yang agak jauh dari bar dan tertutup kemudian turun dan masuk ke dalam bar.

Entah kenapa bar cukup sepi malam ini, Caine melangkah masuk, dirinya sedikit tidak nyaman berada di bar, mengingat masa lalunya yang kelam. Caine benci bar, mamun dia harus ke sana untuk menemui orang penting.

Ia diam saja sembari menunggu, beberapa kali mengecek hpnya untuk melihat jam dan pesan masuk. Tak lama seorang pria berambut hitam mengenakan kacamata hitam serta jaket dan celana yang serba hitam masuk dengan santai. "Hai Caine, udah dari tadi?" ucapnya lembut menyapa.

"Ngga kok, baru, aman." Caine berucap lembut kemudian tersenyum tipis melihat pria di depannya itu. "Sorry ya? Tadi habis beli makan, rame banget soalnya," jelas Makomi pada Caine. "Gimana tadi? Pekerjaannya udah beres?" Tanya Caine lembut, sekedar basa-basi.

"Udah, tadi biasa...abis ngurusin ini, ada yang...biasalah perang-perang," jawab Makomi seadanya. "I see...." Caine mengangguk kemudian menatap serius orang di depannya. "Jadi gini, yang kemarin— ini kita santai aja ya ngobrolnya ya? Pakai Aku-kamu, gapapa?" Tanya Pak Makomi, memastikan. "Oh, boleh," jawab Caine memberikan persetujuan.

"Oke, jadi gini...kemarin itu...aku lupa, i think sekitar seminggu yang lalu sebelum kasus penemuan mayat perempuan di hotel, ada penembakan di amerikan way, benar?"

who's the mastermindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang