16

410 44 10
                                    

Happy reading!!

_'Caine, dosa apa yang sudah bapak lakukan padamu? Kalau memang dosa bapak sebesar itu, maaf, sepertinya aku tetap tidak berada di pihakmu.' _

.

.

.

Aenon duduk dengan lemas di kursinya sembari melihat makoto yang masih saja menangis. Sementara Riji duduk di sebelah makoto sembari menepuk-nepuk bahunya. "Ini mami kenapa belum balik-balik ya? Mami tadi habis syok berat, gua takut mami kenapa-napa." Ucap echi sembari menghela napas beberapa kali karna khawatir.

Tidak berlangsung lama, pak sui keluar. "Gimana?" Tanya Riji saat itu masih duduk menepuk-nepuk punggung Makoto. "Kondisinya ga baik, dia belum sadarkan diri. Kalau sampai besok dia ga sadarkan diri mungkin bisa jadi dia kritis." Ucapan Sui membuat yang lain terdiam.

"Tapi besar kemungkinan dia bakal sadar dalam waktu dekat, kalian tenang saja." Ucap Sui melanjutkan kemudian pandangannya beralih ke arah ismo. "Sejak kapan sampai disini, kek? Bisnis di jepang aman?" Tanya Sui membuat orang yang di sebut ismo itu terkekeh. Pria yang bisa di katakan paruh baya itu tersenyum, "Baru sampai tadi, tapi sudah mendapat kabar jelek saja. Ini cucu saya bisa dipastikan amankan?" Tanya ismo membuat Sui mengangguk sembari mengacungkan satu jempolnya. "Aman kek, cuma butuh istirahat. Saya yakin Mia anak yang kuat dan bisa survive."

Tak lama Souta datang dengan rasa penasaran membalut perasaannya sembari menggenggam tangan Gin dan tangan lainnya membawa keripik jajanan ringan. "Mia sudah sembuh?" Tanyanya sambil berlari mendekat pintu, dan mengintip. Melihat Mia masih terbaring, Souta melihat ke arah Sui. "Belum sembuh ya?" Tanyanya lesu, membuat yang lain tertawa.

"Belum sembuh, Mia masih harus istirahat," ucap Gin kemudian mengangkat Souta dalam gendongannya. "Astaga kamu sudah semakin berat," celutuk Gin yang langsung mendapat geplakan dari Souta tepat di kepala. "Ya sudah turunin, Souta sudah besar dan tidak perlu di gendong," protes Souta membuat Gin terkekeh geli.

"Cucu kakek sudah besar," ucapan itu mengalihkan atensi Souta. Souta melihat kakek berambut putih di depannya dari atas sampai bawah. "Siapa Gin?" Tanyanya sembari mengalungkan tangannya di leher Gin yang masih menggendongnya. "Oh dia- " belum sempat bicara, ucapannya terpotong oleh kehadiran seseorang berambut biru.

"Kalian lupa kakek ismo? Padahal belum lama kemarin ketemu." Ucap Key sembari membawa makanan untuk anak-anak yang lain. Key sadar mereka semua belum makan, di susul dengan elya yang juga menenteng kantong makanan.

"Jaki kemana? Bukannya sama kalian?" Tanya Echi saat tidak melihat kehadiran jaki. "Tadi dia ngeliat Krow, terus milih ikut sama Krow." Jawab elya sambil menaruh plastik di tangannya ke salah satu kursi yang kosong. "Masalah biaya sudah diurus Funin di depan," ucap Elya menambahkan. "Thia sama garin? Kemana?" Tanya Aenon membuat Elya menggeleng. "Mungkin balik ke rumah, soalnya rumah pasti kosong. Tadi sempet liat mereka pergi gitu," ucap Key kemudian duduk di dekat makoto.

"Udah gapapa, Mia pasti akan baik-baik aja." Makoto hanya mengangguk kecil kemudian kembali memeluk Riji. "Bro, pacar gua marah nanti." Ucapnya sembari bercanda, sementara Selia yang mendengarnya dari Ujung hanya menghela napas.

Mereka bercanda beberapa kali, Souta juga sudah bermain bersama ismo. Sebenarnya ini kesekian kali Souta berjumpa kakeknya itu, namun karna Ismo sering ke jepang dalam waktu lama, Souta jadi suka lupa, "kakek dulu suka temenin Echi tau," pamer Echi pada Souta membuat Souta memalingkan wajahnya. "Nanti Souta juga main sama kakek," ucap Ismo membuat telinga Souta memerah. "Souta sudah besar, tidak perlu main."

who's the mastermindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang