9

893 80 10
                                    

Sebelum baca, ingatlah bahwa ini hanya fiksi belaka dan tidak ada hubungannya dengan rl mereka. Jangan lupa kritik dan sarannya karna sekecil apapun yang kalian berikan sangat berdampak buat syasya <3

Happy reading!

.

.

.

-"Jangan ketahuan dulu, aku belum bisa bantuin kalau sekarang."-

-"Gapapa, kalau kepalaku digantung, aku ikhlas,"-

°°••~♡~••°°

"Gin sialan, suka banget ninggalin kerjaan, kalau bukan anggota keluarga udah ku jual tuh anak," celutuk Makoto dengan kesal. Tangannya sibuk memilah-milah kertas dan dokumen yang di hadapannya serta membaca dan mengoreksi bagian yang salah.

Gin selalu saja hilang mendadak di tengah-tengah pekerjaan, kalau sudah begini Makoto-lah yang mengerjakan semuanya. "Memangnya aku ini babunya? Ya sudahlah, kasihan juga kalau di aduin ke rion, bisa mati dia," gumam Makoto.

Tidak lama, pintu ruangan Makoto di ketuk, mengalihkan atensi pemilik ruangan yang awalnya sibuk dengan dokumennya menjadi ke arah pintu. "Masuk," ucap Makoto. Tak lama, seorang anak perempuan berambut putih masuk.

"Kak Mako!" Seru Mia sembari berlari ke arah kakaknya, tangannya menenteng sekotak bekal. "Eh Mia, sama siapa kemarinya?" Tanya Makoto sembari berdiri dari kursinya dan menghampiri Mia. Makoto sedikit berjongkok, kemudian kedua tangannya menyentuh lengan Mia.

"Aku kesini sama kak Souta dan kak Enon," jawab Mia sembari menatap pria berambut putih di hadapannya. "Jangan lupa di kasih makanannya!" Souta mengingatkan sembari berjalan mendekat dan ikut bergabung, sementara Aenon menyusul dan akhirnya berdiri di belakang Souta.

"Gin dimana? Sedang ada meeting kah?" Tanya Aenon sembari celingak celinguk kemudian menatap Makoto. "Ngga tau tuh, bocahnya ngilang," balas Makoto sebagai jawaban sementara Aenon hanya mengangguk mengerti.

Mia menyerahkan dua kotak bekal makanan ke Makoto yang di terima dengan baik oleh si pria berambut putih itu. Sementara Aenon dan Souta memilih duduk di sofa yang memang sudah tersedia di ruangan Makoto.

"Kok tumben bukan kak echi yang nemenin?" Tanya Makoto pada Mia yang langsung di jawab dengan gelengan dari Mia. "Kak echi bilang, dia sedang malas," jelas Mia jujur, sementara Aenon menggelengkan kepala, kemudian berkata, "Ngga, lagi Badmood doang si echi."

Makoto menatap Aenon sejenak sebelum akhirnya tersenyum. "Kalau ada masalah, bicarakan dan selesaikan," sarannya pada Aenon, kemudian mengangkat Mia masuk ke dalam gendongannya. "Mia, sudah makan?"

Pertanyaan Makoto membuat Mia tersenyum "udah, bareng kak sou," jawab Mia dengan tawa girang, hingga akhirnya mereka ngobrol banyak sembari tangan kecil Mia yang menyuapi Makoto sesendok nasi.

Souta hanya menatap lurus sementara Aenon tenggelam dalam pikirannya sendiri. Tak lama pintu terbuka, menampilkan sosok pria berambut coklat. "Gin, aku-" belum sempat Aenon berbicara, Gin langsung datang menghampiri Souta.

"Kenapa diem aja?" Tanya Gin lembut, tangannya mengusak rambut biru Souta. "Lagi sariawan," jawab Souta asal membuat Gin mencubit pelan pipi Souta. "Bohong aja kamu tuh." Gin mengalihkan atensinya ke arah Aenon kemudian menepuk pelan kepala Aenon. "Tumben kamu yang nemenin Souta dan Mia, makasih ya...," ucap Gin membuat Aenon hanya tersenyum kecil.

who's the mastermindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang