4

903 93 20
                                    


Sebelum baca, ingatlah bahwa ini hanya fiksi belaka dan tidak ada hubungannya dengan rl mereka. Jangan lupa kritik dan sarannya karna sekecil apapun yang kalian berikan sangat berdampak buat syasya <3

Happy reading!

.

.

.

-"ada berapa kelinci?"-

-"Hanya ada dua, yang satu berdarah banyak dan yang satu lagi pecundang."-

°°••~♡~••°°

Sudah pukul tiga dini hari, caine terus-terusan menguap karna rasa kantuk yang menlingkupinya. namun meski sudah mencoba tidur, tetap saja ia sama sekali tidak bisa masuk ke alam mimpi. Sejak kejadian tentang caine yang kepergok memandangi foto orang lain, caine sama sekali tidak bisa tenang. Terutama rion yang hanya diam semenjak dirinya kembali dari toilet. Caine mengacak rambutnya kemudian melirik ke samping, pria yang mengganggu pikirannya kini masih tertidur dengan lelap tanpa rasa bersalah.

Caine berusaha kembali menutup seluruh tubuhnya dengan selimut, memejamkan matanya erat dan berharap ia tanpa sengaja tertidur. Tapi meski mengantuk, caine sama sekali tidak bisa tidur. Rion yang merasa terganggu akhirnya membuka matanya, menatap caine yang terus-terusan bergerak gelisah di sampingnya.

"Kenapa?" Tanya rion dengan suara yang agak serak karna baru bangun dari tidurnya, tangannya bergerak mengelus rambut caine. "Sudah malam, kamu belum ngantuk?" Lagi-lagi suara serak rion sedikit mengusik telinga caine, caine sedikit memiringkan tubuhnya. "Ga bisa tidur." Ucapnya dengan nada setengah kesal membuat rion terkekeh geli.

Caine mudah merasa bersalah, jadi rion dengan mudah membuat caine khawatir hanya karna ia mendiamkan caine selama beberapa menit. Mengetahui hal itu, rion memeluk pria berambut merah di sampingnya. Menjadikan lengannya yang kokoh sebagai bantalan untuk pria manis yang ada di dekapannya. "Duhh, bilang aja kalau mau di peluk." Ucap rion saat melihat caine yang kini mulai menyamankan tubuhnya dalam pelukan rion.

Setelah caine merasa aman akhirnya dia mulai merasa mengantuk, namun ia masih berusaha menahan kantuknya demi untuk melemparkan beberapa pertanyaan pada pria yang kini memeluknya. "Kamu marah padaku?" Tanyanya dengan suara lirih. Rion yang mendengar itu terdiam sejenak namun tangannya masik bergerak mengelus rambut caine. Caine yang merasa tidak dapat jawaban akhirnya sedikit mendongak menatap rion. Rion yang melihat itu langsung mencubit hidung caine pelan "mana mungkin aku bisa marah padamu." Ucap rion sambil terkekeh. "Cepat tidur, besok ada agendakan?" Tanya rion yang hanya di jawab dengan deheman pelan dari caine.

Tak lama caine merasa matanya mulai berat dan akhirnya tertidur. Rion yang menyadari caine sudah terlelap akhirnya menatap pria yang tertidur di dekapannya. "Kamu benar-benar akan membuat masalah." Gumam rion dalam hati kemudian menutup tubuh caine dengan selimut dan setelahnya ia ikut tidur dengan nyaman.

.

.

.

"MAMI! MAMI, MIA MI!"

Caine langsung merasakan sakit di kepalanya saat mendengar suara teriakan di sertai gedoran pintu dari luar kamar. "Ya, sebentar." Ucap caine kemudian hendak bangun dari tempat tidur, namun belum sempat caine turun, langkahnya sudah di tahan oleh rion. Rion menatap caine lembut "tidur aja dulu, biar anak-anak aku yang urus." Jelas rion membuat caine mengangguk patuh.

who's the mastermindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang