18

2.2K 222 9
                                    

_KI_

Zeefan merasa pusing memikirkan masalah yang timbul dipekerjaanya. Dia tak menyangka akan terjadi hal seperti ini. Marsha yang melihat keadaan suaminya nampak lesu, ikut merasa sedih. Dia naik ke atas kasur dan bergabung merebahkan diri di samping Zeefan.

"Yang sabar sayang, ini ujian kehidupan," kata Marsha sembari mengusap dada Zeefan yang terbalut piama tidur.

"Aku bingung deh, ini asli kejadian dari kelalaian pekerja aku atau emang Luhan yang iseng?" Pikir Zeefan.

"Udah coba kamu cek cctv?"

"Udah, tapi ntah gimana bisa cctv restorant aku mati. Pas dicari tau, ternyata ada kabel cctvnya dirusak. Kejadian ini kayak udah direncanain. Karena cctv mati aku jadi ga bisa tau gimana bukti aslinya."

"Apa jangan-jangan salah satu pekerja kamu ada yang bekerja sama dengan Luhan kalaupun emang bener ini semua sudah direncanakan?" Tebak Marsha. Karna kalau dipikir-pikir, kabel cctv tak akan bisa putus sendiri, kecuali ada yang motong atau dari hewan yang suka menggigit barang, seperti tikus.

"Kalaupun ini disengaja, tapi itu dari pihak Luhan atau pekerja aku? Kalau itu Luhan, dia keterlaluan banget sih. Salah aku apa ke dia, sampe dia berbuat hal seperti ini?" geram Zeefan. Karena kejadian ini, restorannya jadi kena masalah. Bahkan hampir saja dipaksa tutup karena sudah viral dimedia sosial.

"Aku juga bingung, Luhan ini manusia sejenis apa ya? Wong kok unik," pikir Marsha.

"Sayang maafin aku ya, karna masalah aku ini kamu jadi ikut terseret." Ya memang karena munculnya masalah ini, Marsha jadi dikaitkan karna Zeefan yanh statusnya adalah suami Marsha. Marsha yang merupakan model terkenal tentu langsung menjadi sorotan, hingga munculnya pro dan kontra dari netizen.

"Ga papa Zeefan, kita hadapi bersama. Aku yakin ini akan segera selesai. Kita harus bisa bungkam tuduhan dari Luhan itu," balas Marsha. Zeefan mengangguk, dia bersyukur mempunyai Marsha yang selalu mendukungnya. "Besok aku akan kumpulin semua pekerja aku, aku introgasi mereka semua. Masalah ini harus segera selesai, kalau ga restorant aku bisa aja bangkrut. Dan kamu, Sha gimana ditengah masalah ini apa masih tetap pemotretan?" tanya Zeefan. Dia takut kalau ada oknum-oknum yang menyakiti Marsha karna ketidak sukaannya pada masalah yang muncul.

"Kayaknya aku bakal ngambil cuti beberapa hari, karena kak Indah juga nyaranin kayak gitu. Biarin masalah ini reda dulu," jawab Marsha. Zeefan mengangguk setuju, dia jadi merasa tak enak karena dirinya Marsha jadi harus mengambil cuti lagi. "Udah deh, jangan ngarasa ga enak gitu, aku ga papa kok," imbuh Marsha karena sadar akan raut wajah Zeefan yang ditampilkan.

Tap tap tap tap~

"Yeee aku yang menang!" Sorak Miko saat memasuki kamar kedua orang tuanya. Di susul dengan Miki yang napasnya tersenggal. "Miko curang! Hitungan belum selesai udah lari, Miko curang!" Keluh Miki.

"Hei, aku tidak curang. Kamu saja yang larinya lambat," balas Miko meremehkan.

Marsha dan Zeefan beradu pandang melihat anaknya yang tengah berdebat ntah apa yang mereka lakukan sebelumnya. "Ada apa Miko, Miki?" tanya Marsha.

"Mamaaa~" Miki berlari menghampiri Marsha, ikut bergabung naik ke kasur. "Miko curang, dia ajak aku lomba lari ke kamar Mama, tapi dia lari duluan," adu Marsha.

"Tidak Mama, Miki saja yang lambat berlari," sahut Miko tak terima. Dia ikut bergabung naik ke atas kasur, lalu duduk di atas perut Zeefan dengan santainya. Untung saja Zeefan kuat dan tak protes atas tindakan anaknya ini.

"Kamu curang!" ucap Miki.

"Kamu lambat, Miki lambat." Miko menampilkan wajah menyebalkan yang membuat Miki semakin kesal.

"Mama lihat Miko," adu Miki.

"Huuu dasar pengadu. Miki lambat, Miki pengadu." Miki yang terus-terusan diejek akhirnya pun menangis keras di dada Marsha. Marsha hanya bisa menghela napas berusaha sabar dengan tingkah dua anaknya ini.

Zeefan bangkit, yang membuat Miko jadi duduk di pangkuan Zeefan. "Miko kamu ga boleh kayak gitu ke Miki. Lihat sekarang Miki nangis karna kamu. Kamu mau nanti Miki ngambek dan ga mau lagi main sama kamu? Nanti kamu ga punya temen main lagi, mau?"

"Ga mau Papa," jawab Miko.

"Makanya kamu jangan kayak gitu. Minta maaf ke Miki sekarang," titah Zeefan. Miko mengangguk dengan mengerucutkan bibirnya. Dia mengintip wajah Miki yang tenggelam di dada Marsha. Menoel-noel pipi Miki mencari perhatian. Tapi Miki sama sekali tak merespon. Miko menatap Zeefan meminta bantuan, tapi Papanya itu tak mau membantu.

"Miki, Miko minta maaf, jangan nangis lagi," kata Miko di dekat telinga Miki. Dia juga mengusap kepala Miki pelan. "Miki maafin Miko ya? Nanti Miko ajak Miki main sepeda," rayu Miko.

"Miki sayang, Miko sedang berbicara, dengarkan," kata Marsha pada Miki.

"Miko jahat Mama," cicit Miki.

"Miko kayak gitu karna dia sayang sama Miki. Miko mau main sama Miki aja, iya kan Miko?"

"Iya Mama benar. Aku cuma mau ajak Miki main aja. Maafin Miko dong. Saudara ga boleh berantem tau," kata Miko.

"Tuh dengerin kata Miko. Maafin gih," kata Marsha lagi pada Miki. Akhirnya Miki mengangkat wajahnya yang terlihat merah dan basah karena air mata.

"Maafin Miko ya Miki?" Miko memegang tangan Miki dengan wajah yang lucu. Miki mengangguk memaafkan, Miko bersorak senang karena sodaranya itu mau memaafkannya.

"Sudah baikan sekarang? Nah kembali ke kamar, tidur, besok kalian harus sekolah," kata Zeefan.

"Ga mau, Miko mau tidur di sini sama Mama, Papa."

"Miki juga mau tidur di sini," imbuh Miki.

"Papa geser." Miko mendorong tubuh Zeefan untuk bergeser, hingga memberikan ruang di tengah untuk tempat Miko dan Miki. Zeefan menatap Marsha dengan bibir yang dicabik, karena malam ini dia tak bisa berpelukan saat tidur dengan Marsha. Marsha hanya terkekeh melihat itu. Dia mulai memeluk kedua anaknya dan memejamkan mata.






















H- brapa lebaran, seneng nih yg pada mudik.

Dah maap buat typo.

Keluarga Impian [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang