"Bangun,"
Sebuah bantal dilemparkan ke arah Yeji yang masih terlelap sehingga membuatnya terbangun dengan kaget. Wajah datar sang suami menyambut pagi pertamanya sebagai seorang istri. Pria itu sudah rapi dan wangi, membenarkan dasi dikemejanya.
"Ck. Aku kan sudah punya istri, untuk apa aku memakai ini sendiri. Pakaikan!"
Yeji yang sudah dalam posisi duduk dilempar oleh dasi berwarna biru dongker itu dan mengenai wajahnya. Cukup sakit.
"Tunggu apa lagi?!!" bentak suaminya, Beomgyu.
Yeji berusaha berdiri sambil menahan nyeri diantara selangkangannya. Tepat setelah acara resepsi selesai, di kamar ini suaminya langsung mengambil mahkota yang selama ini dijaganya. Harapan akan ia berikan dalam kelembutan dan penuh cinta runtuh. Tidak ada cinta di malam pertamanya. Yang ada hanyalah rasa sakit karena Beomgyu tidak sabaran, bermain kasar dan menggunakannya selama beberapa ronde.
"Jangan lama-lama! Aku bisa telat!" bentak Beomgyu lagi. Yeji mengangguk dan menggigit bibir bawahnya sambil berdiri, lalu memakaikan dasi suaminya.
"Tidak usah gigit-gigit bibir seperti itu, sialan! Jangan goda aku!" Beomgyu meraih bahu Yeji dan langsung melumat bibir istrinya dengan kasar.
"Akh!!!" ringis Yeji sambil memegang bibir bawahnya ketika Beomgyu melepaskannya. Sepertinya bibirnya berdarah digigit oleh Beomgyu.
Dan benar, ada setitik darah tercetak diujung jarinya.
"Aku pergi. Aku akan pulang telat, jangan tunggu aku. Lalukan apa pun yang kau mau, belanja, makan di luar, apa pun. Asal saat aku pulang, kau sudah di rumah," pesan Beomgyu panjang lebar sebelum meninggalkan Yeji.
"Sarapanmu?" tanya Yeji takut-takut. Takut dimarahi Beomgyu karena Yeji bangun telat dan belum membuatkan sarapan.
"Aku makan di kantor," ucap Beomgyu singkat lalu pergi minggalkan Yeji.
Yeji terduduk ditepi tempat tidurnya lagi di kamar yang mewah ini.
"Aku tau kita menikah karena hutangmu dan kebaikan kakekku. Tapi kau tetap istriku dan kau harus melayaniku selayaknya seorang istri. Namun satu, kau jangan ikut campur urusan pribadiku. Paham?"
Yeji termenung mengingat perkataan Beomgyu semalam. Choi Beomgyu, anak dari direktur utama Hybe Estates. Cucu pemilik gedung-gedung tinggi dan perumahan mewah di Seoul dan beberapa kota besar lainnya. Singkat kata, pewaris kekayaan yang tidak akan habis bahkan hingga 14 keturunan.
Yeji tersenyum lirih.
Toh setidaknya anakku tidak akan merasakan perut yang harus menahan lapar karena tidak ada nasi, atau bekerja serabutan hingga membersihkan toilet untuk mendapatkan uang, batin Yeji.
***
"Kau itu sudah menjadi suami orang, masa masih mengajakku makan bareng sih?" cerocos gadis berwajah cantik dengan name tag Ning Yi Zhuo - Secretary - dengan lambang HYBE Estates diatas fotonya.
"Jangan bawa-bawa status jika kita bersama. Paham? Di rumah aku miliknya, tapi di luar aku bebas menentukan siapa yang ingin kukencani," ucap Beomgyu dengan wajah yang tidak begitu senang.
"Oh jadi kekasihmu banyak, begitu?" Ningning menaikkan satu alisnya.
"Tentu saja tidak, untuk apa aku mencari yang lain jika yang aku cari sudah aku dapatkan? Dan kau bisa mengerti kondisiku yang harus menikah dengan wanita itu. Tenang saja, aku akan segera menjadikanmu istriku setelah aku resmi mendapatkan posisi direktur utama,"Beomgyu menggenggam tangan Ningning yang duduk dihadapannya.
"Apa kau menidurinya semalam?" tanya Ningning dengan mata berkaca-kaca. Walau dia terlihat cuek dan masa bodoh, tapi dia sanggat cemburu.
"Itu tidak perlu kau pikirkan, Sayang," Beomgyu mengusap punggung tangan Ningning.
"Berarti iya?" Ningning memanyunkan bibirnya. Beomgyu menghela nafas.
"Dia istriku, aku harus melakukannya agar dia paham posisinya. Dia tidak masuk ke keluargaku dengan cuma-cuma, Sayang. Dia harus membayar hutang dengan keringat, darah dan airmatanya,"
"Lagipula, aku mau tidur dengan siapa pun pada akhirnya kau yang terbaik. Pada akhirnya kau wanita utamaku," Lanjut Beomgyu.
Ningning tersenyum puas mendengarnya. Mereka lalu meneruskan sarapannya sebelum kembali ke kantor.
***
Pintu unit penthouse yang ditempati Yeji terbuka. Gadis yang sudah memasak banyak makanan itu berlari kearah pintu masuk untuk menyambut sang suami.
Baru saja membuka pintu dan hendak bersuara, Yeji terdiam melihat penampilan Beomgyu.
Kusut. Pakaiannya kusut dan Yeji bisa melihat bekas ciuman dilehernya. Lipstick berwarna merah.
"Lihat apa?" tanya Beomgyu dingin.
"A-ah tidak. Selamat datang, suamiku. Kau sudah bekerja keras hari ini. Aku sudah memasakkan beberapa menu kesukaanmu yang aku ketahui dari ibu,"
"Ibu? Ibu tadi kesini?" tanya Beomgyu sambil memberikan tasnya pada Yeji.
"Ah tidak, ibu hanya meneleponku. Lalu aku bertanya apa makanan kesukaanmu. Ayo mandi lalu kita makan," ucap Yeji sambil tersenyum senang karena dia sudah tidak sabar melihat Beomgyu mencicipi masakannya. Ayah ibu Yeji selalu bilang bahwa masakan Yeji sangat enak. Beomgyu pun pasti suka.
"Kau saja. Aku sudah makan di restoran tadi," ucap Beomgyu cuek lalu berjalan menuju kamar.
Yeji sangat kecewa mendengarnya. Gadis itu menatap punggung Beomgyu yang menjauh dan hilang dibalik pintu kayu yang megah itu. Dia pun menatap meja makan yang sudah penuh dengan makanan kesukaan Beomgyu.
Bagaimana bisa ia menghabiskan itu sendirian?
Dengan langkah lunglai, Yeji berjalan menuju meja makan dan mengambil piring. Dia memotong steak yang sudah disiapkannya. Sambil memasukkan potongan steak itu ke dalam mulutnya, setetes airmata jatuh ke atas piring.
a/n:
Mendadak banget dapet ide dan harus aku realisasikan. Aku juga punya au di twitter yang mau aku debutin. Pokoknya aku lagi banjir ide wkwk.
Tolong komentarnya ya 😇
KAMU SEDANG MEMBACA
BILA [BEOMGYU YEJI]
Fanfiction"Apakah aku tidak punya pilihan lain selain mati?" Summary: Yeji terpaksa menikah dengan Beomgyu, pewaris kerajaan real estate terbesar di Korea karena hutang yang tidak bisa dibayar oleh orang tuanya. Akankah pernikahan yang dilandasi oleh hutang b...