"Bulan madu? Kenapa baru kau lakukan sekarang? Aku pikir kalian sudah melakukannya?"
Yeji hanya menunduk malu, wajahnya memanas. Namun suaminya, Beomgyu, menatap tanpa ragu pada ayahnya, Choi Minho.
"Aku sibuk dengan pekerjaan. Baru punya waktu sekarang,"jawab Beomgyu santai.
"Dasar memalukan. Bisa-bisanya kau belum mengajak Yeji bulan madu padahal perusahaan bisa diambil alih oleh Soobin sebentar, ya kan? Kau mencoreng wajah ayah, Beomgyu. Apa yang bisa kau lakukan untuk menebus kesalahan ini?"
"Ayah, ini bukan sa-,"
"Tidak, Yeji. Jangan ikut campur soal ini ya, ini masalah ayah dengan suamimu,"Minho langsung memotong Yeji.
"Ssshh, sudah tenang saja. Ini cara ayah mendidik suamimu. Kita hanya bisa melihat dan percaya pada ayah,"ucap ibu Beomgyu.
"Bilang saja ayah mau aku mengakuisisi anak perusahaan Tuan Min, ya kan?"
"Memang kau bisa?"tanya Minho sambil menaikkan satu alisnya.
"Itu hukuman buatku? Tentu saja akan aku lakukan. Sekarang aku sudah pamitan dengan ayah dan ibu, besok kami akan berangkat dan dalam 3 bulan aku pastikan anak perusahaan yang ayah inginkan akan kudapatkan,"Beomgyu beranjak dari duduknya dan mengisyaratkan Yeji untuk mengikutinya.
"Baiklah. Lain kali kau jangan membuatku malu lagi, Beomgyu. Yeji adalah anak kesayangan kakekmu, akan bahaya jika Yeji tidak bahagia. Ya kan, Ji?"Minho tersenyum menatap Yeji setelah mengatakan hal itu dengan serius pada Beomgyu.
"Ada satu yang ingin aku tanyakan,"ucap Beomgyu sebelum pergi. Minho melontarkan tatapan seakan menunggu pertanyaan dari anaknya.
"Apa yang telah dilakukan kakek Yeji hingga kakek seperti ini padanya?"tanya Beomgyu tanpa ragu. Yeji terkejut saat Beomgyu bertanya akan hal itu, namun ia tak kuasa menahan Beomgyu untuk tidak bertanya.
"Yang aku tau, dia terlilit hutang dan kita menyelamatkannya. Tapi kenapa seolah-olah keluarga kita yang berhutang budi padanya, bukan Yeji?"
"Sopan sekali kau bertanya seperti itu di depan Yeji, Beomgyu?"Minho mengeraskan rahangnya. Ibu Beomgyu beranjak dari duduknya dan menarik lengan Minho, seakan menyuruh suaminya berhenti untuk berbuat nekat karena ayah Beomgyu ini memang sedikit tempramen.
"Memang kenapa? Yeji juga ingin mengetahuinya, ya kan?"Beomgyu melirik Yeji namun gadis itu hanya menundukkan kepalanya.
Minho ikut menatap Yeji, lalu menghela nafas panjang.
"Aku tidak tau detailnya. Tapi berkat kakek Yeji, bisnis kakekmu ini terselamatkan. Saat itu kakek Yeji menghilang dan dicari seperti apa pun, kakekmu tidak mampu menemukannya. Padahal jika bertemu, mungkin nasib Yeji tidak akan seperti ini...,"Minho menatap Yeji dengan kasihan.
"Kau bisa kaya, menikmati semua privilage ini semua tidak lain karena kakek Yeji juga, Beomgyu. Karena itu jangan sekali-kali kau mempermalukanku dan bertingkah. Ingat itu,"Minho kembali menatap anak sematawayangnya. Kedua laki-laki itu saling bertatapan diam, namun seolah berkomunikasi dari tatapan itu. Seolah membuat perjanjian.
Beomgyu menyeringai, "Kalau begitu tidak salah keputusanku untuk memiliki keturunan dari Yeji. Aku pamit, ayah, ibu. Ayo,"Beomgyu menarik tangan Yeji dan meninggalkan mansion kedua orang tuanya.
*
*
KAMU SEDANG MEMBACA
BILA [BEOMGYU YEJI]
Fanfiction"Apakah aku tidak punya pilihan lain selain mati?" Summary: Yeji terpaksa menikah dengan Beomgyu, pewaris kerajaan real estate terbesar di Korea karena hutang yang tidak bisa dibayar oleh orang tuanya. Akankah pernikahan yang dilandasi oleh hutang b...