Sebuah Syarat

31 5 4
                                    

Pria bermarga Choi itu terbangun saat sinar matahari dengan konstan menyirami wajah rupawannya. Nampaknya, gadis Shin sudah tidak ada ketika ia duduk dan mencari ke segala penjuru ruangan. Beomgyu menghela nafas panjang namun samar-samar ia mengingat bahwa semalam Ryujin duduk di tepi tempat tidur sembari menatapnya. Entah itu  hanya hayalan atau kenyataan. Namun, semua terasa nyata baginya.

"Ryu...kenapa kau pergi...,"lirih Beomgyu lalu mengambil jasnya yang tergeletak di ujung tempat tidur. Dilihatnya jam rolex yang setia bertengger dilengan kirinya, waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Ketika itu mengecek ponselnya, sudah ada banyak sekali notifikasi dari kantor bahkan dari orang tuanya sendiri. Lalu tentu saja, Yeji....

Melihat nama Yeji terpampang di layar, Beomgyu mengusap rambutnya ke belakang. Dia terduduk lemas dan menghela nafas berulang-ulang. Ryujin jelas mencoba untuk menghindar sementara Yeji membutuhkannya. Walau ingin kembali pada Yeji, namun hati kecil Beomgyu tetap ingin berlari pada Ryujin. Pria Choi mengepalkan tangannya sekali dengan begitu kuat hingga akhirnya dia memutuskan untuk kembali ke rumah  menemui Yeji dan calon bayinya.

Ckrek!

Jantung gadis yang lebih pendek darinya itu nyaris lepas ketika ia hendak memencet bel, pintu itu sudah duluan terbuka dan ia nyaris menabrak dada bidang Beomgyu. Beomgyu pun tak kalah kaget saat melihat Ryujin di depan matanya. Didorong oleh rasa rindu yang menggebu dan perasaan senang karena Ryujin kembali, Beomgyu langsung menarik Ryujin masuk dan mengunci pintu kembali.

"Aku tau kau pasti kembali,"Beomgyu membenamkan kepalanya diceruk leher Ryujin yang menahan tangisnya. Dada Ryujin bergemuruh hebat akan perasaan cinta, rindu serta ragu. Namun, Beomgyu ada disini. Beomgyu memeluknya dan menginginkannya. Nyaris saja iman Ryujin lemah hingga akhirnya ia teringat Yeji dan langsung mendorong Beomgyu dengan kasar.

"Aku kembali untuk memberikan sarapan! Ini! Dan aku minta jangan temui aku lagi. Kita sudah selesai, Gyu!"ucap Ryujin bermaksud meninggalkan Beomgyu setelah menyerahkan sekantong bubur kesukaan Beomgyu sejak SMP. 

"Apa kau pernah bertanya pendapatku, Ryu? Semua keputusan egoismu membuatku menderita. Apa kau sadar itu? Ini tidak adil untukku dan juga Yeji,"ucap Beomgyu.

Mendengar nama Yeji, Ryujin langsung tertawa pahit, "Hah? Kau sadar kau punya Yeji, kan? Lantas kenapa kau bilang ini tidak adil? Kita sudah lama selesai, Gyu. Aku sudah tidak mencintaimu lagi,"

"Lihat aku dan ucapkan kembali kalimat terakhirmu,"Beomgyu menarik tangan Ryujin namun tentu saja Ryujin tidak mau menoleh. Dia berusaha keras menahan perasaannya saat ini. Jika ia menatap Beomgyu, ia takut akan kalah.

"Shin Ryujin kau mencintaiku dan aku tau itu,"

Ryujin menelan rasa takutnya dan menoleh pada Beomgyu, "Aku minta jaga Yeji dan keponakanku dengan baik. Selamat tinggal, Choi Beomgyu." Ryujin meninggalkan Beomgyu yang melemahkan pegangannya saat mendengar 'keponakanku' dengan nada getir tersebut. 

"Ryujin!"

"Stop!! Jangan melangkah lagi! Aku bilang stop!! Jangan mengacau! JANGAN KACAUKAN HIDUPKU! Kembalilah pada Yeji sekarang!"pinta Ryujin yang mengingat chat Yeji pagi ini yang  mengatakan dia kesepian karena Beomgyu tidak pulang. Beomgyu menghentikan tubuhnya dan menunduk lemah.

"Oke baiklah, jika aku turuti kemauanmu tapi dengan syarat, kau tidak boleh menolakku. Mulai sekarang aku akan selalu berada di dekatmu,"

"Hah? Apa maksudmu? Jelas-jelas aku menyuruhmu jauh-jauh dariku!"Ryujin menoleh dan menatap Beomgyu tak percaya.

"Aku akan kembali pada Yeji asal kau menerima syarat dariku,"ucap Beomgyu berkeras kepala.

"Tsk! Terserah padamu asal kau tidak melakukan hal yang lucu!"Ryujin menyerah dan memutuskan untuk membiarkan Beomgyu melakukan apa yang ingin dia lakukan. Asal Beomgyu kembali ke penthouse, asal Beomgyu menemani Yeji yang sedang hamil, asal Yeji-nya tidak menangis. Ryujin sangat menyayangi Yeji, begitu juga Beomgyu. Namun dia tau, Yeji lebih membutuhkan Beomgyu lebih dari siapa pun di dunia ini.

Beomgyu tersenyum simpul sementara Ryujin cepat-cepat menyembunyikan air matanya yang telah menetes ke pipi. Berlari keluar kamar Beomgyu untuk menyembunyikan air mata tersebut. Gadis itu berlari cukup jauh hingga ke tangga darurat. Disana ia terduduk sambil menangis dalam diam.


*

Yeji yang masih duduk di sofa tempat ia semalaman setia menunggu Beomgyu  langsung berdiri dan berlari dengan semangat saat mendengar bunyi pintu terbuka. Beomgyu hanya bisa terdiam saat Yeji memeluknya begitu erat. Seakan Yeji tidak memiliki amarah, dendam, maupun resah. Yang Yeji rasakan hanya rasa lega dan bahagia Beomgyu disini.

"Sayang aku menunggu semalaman, kau kemana saja?"tanya Yeji setelah melepas pelukannya. Beomgyu makin heran melihat ekspresi Yeji penuh kecemasan. Jika Yeji adalah Ningning, mungkin gadis itu akan protes dan mengomel tanpa henti hingga kepalanya sakit. Namun Yeji terlampau polos atau mungkin bodoh.

"Aku hampir menambrak truk dan memutuskan untuk menginap dan tidur di hotel terdekat,"

"Astaga, bagaimana bisa? Ya Tuhan, untung kau tidak apa-apa,"Yeji kembali memeluk Beomgyu. Kali ini lebih erat dan Beomgyu lama-lama merasakan gerakan dan isakan dari Yeji. Beomgyu pun mendorong pelan tubuh Yeji kemudian menatapnya. Pria itu mengusap lembut airmata Yeji.

"Hei, aku tidak apa-apa, ok? Maafkan aku karena aku pergi begitu saja dan tidak mengabarimu,"

Yeji tau, sebelum pergi Beomgyu tidak tidur dan minum-minum. Lalu dari Yeonjun pun dia tau bahwa Beomgyu minum-minum di bar. Ketakutannya terbukti, nyaris saja Beomgyu hampir mati ditabrak truk. Tubuh Yeji gemetaran sampai ia sulit bernafas. Dia tidak bisa membayangkan jika pria yang dicintainya... Ya, pria yang telah ia cintai ini pergi selamanya.

"Hwang Yeji? Jangan menangis. Aku tidak akan seperti itu lagi, aku janji,"Beomgyu kembali mengusap airmata Yeji. Kali ini dia hadiahi istrinya dengan kecupan di dahi. Ketika bersama Yeji, melihat ketulusan dan kepolosan Yeji dia akan terlena. Beomgyu menarik Yeji ke pelukannya, kemudian melepaskannya kembali untuk mengecup bibir istrinya tersebut.

"Sekarang aku ingin mandi dan kerja,"ucap Beomgyu sambil mengusap-usap pipi Yeji dengan jempolnya.

"Kerja? Ini sudah mau siang?"

"Iya aku kerja di rumah... mau ikut mandi?"tanya Beomgyu sambil tersenyum lembut.




//an:
Gak komen aku gak lanjut ahhhhhhh~ wkwk

BILA [BEOMGYU YEJI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang