Falling Curtain

40 2 3
                                    

Setelah hari itu hidup menjadi lebih damai bagi Yeji. Beomgyu kembali memberikan perhatian padanya di rumah, menyentuhnya dengan baik dan menemaninya setiap kontrol. Yeji bahagia merasa suaminya telah berubah. Terlebih, Yeji melihat suasana hati Beomgyu  jauh lebih baik daripada sebelumnya. 

Wanita itu hanya tidak tau ...bahwa ada alasan dibalik perubahan Beomgyu yang lebih hangat. 

"Kita mau kemana?" tanya Yeji sambil memperhatikan Beomgyu yang sedang menyetir. 

"Ji, aku harus menghadiri acara Taehyun. Mungkin akan sampai malam, sebaiknya kau menunggu di rumah Ibu, ya?" Beomgyu mengenggam tangan Yeji dan melontarkan tatapan hangatnya.

"Apa aku akan menginap? Aku tidak membawa baju," tanya Yeji kebingungan.

"Tidak, aku akan menjemputmu jika kau tidak mau menginap. Tapi kalau mau menginap pun aku juga akan menemanimu. Aku cuma pulang larut," jawab Beomgyu. Yeji mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Sebentar ya, aku mau beli kopi dulu. Kau mau titip sesuatu?" tanya Beomgyu menepi ke sebuah coffee shop yang terlihat di depan jalan. 

"Tidak perlu. Aku tunggu disini saja," jawab Yeji sambil tersenyum lembut. Beomgyu tersenyum sembari memarkirkan mobilnya lalu turun. Yeji memandang kepergian suaminya. Beomgyu memang tidak selalu sehangat ini. Ada kalanya pria itu bersikap lebih dingin dan cuek namun tidak separah dulu. Walau Beomgyu sudah berubah di hadapan Yeji, wanita itu merasa Beomgyu melakukannya karena Yeji adalah ibu dari jabang bayinya. Ada sedikit perasaan sedih di hati Yeji ketika memikirkannya. Bagaimana pun dia yang telah jatuh cinta pada Beomgyu pasti ingin dicintai juga.

Tiga puluh menit berlalu dan Yeji bertanya-tanya perihal apa yang terjadi di dalam. Apakah antrian panjang? Namun di parkiran tidak banyak kendaraan. Atau terjadi sesuatu? Wanita itu tiba-tiba memicingkan mata ketika melihat dari jendela besar Beomgyu yang sedang berbicara dengan seseorang yang familiar. Jantung Yeji nyaris berhenti melihat orang yang diajak bicara oleh Beomgyu. 

Ningning.

Sesak, perih. Itu yang Yeji rasakan. Bagaimana tidak, bayangan ketika Beomgyu berhubungan dengan Ningning terbayang-bayang di benaknya lagi. Ketika mereka cuddling di depan semua orang dan Beomgyu mengabaikan keberadaan Yeji sebagai istrinya, itu merupakan trauma dalam kehidupan rumah tangga Yeji. Kenapa harus bertemu Ningning disini? 

Baru saja Yeji berniat turun, Beomgyu meninggalkan lokasi itu dan keluar sambil membawa segelas kopi. Dada Yeji masih sesak melihat suaminya. Suami yang dicintainya bertemu perempuan yang juga pernah didekapnya. Apa yang mereka bicarakan di dalam sana? Apa yang Beomgyu rasakan saat melihat Ningning lagi? Yeji takut.

"Sayang?"

Yeji mengerjap-ngerjapkan matanya. Ternyata Beomgyu sudah berada di dalam mobil dan berusaha menyadarkan Yeji dari lamunannya. Yeji menatap Beomgyu dengan nelangsa.

"Ji? Kenapa?"

"Di dalam Ningning?" tanya Yeji ragu-ragu. Yeji takut Beomgyu akan marah tapi Yeji ingat bahwa Beomgyu selalu mendorongnya untuk mengatakan apa yang dia rasakan. Mendengar itu, Beomgyu baru paham dan mengenggam tangan Yeji lalu menarik Yeji mendekat untuk mengecup kening puan itu.

"Ya. Aku hanya menanyai bagaimana dia di cabang yang baru. Tidak lebih," jawab Beomgyu seolah tau kegelisahan Yeji.

"A-apa yang kau rasakan saat melihatnya?" gumam Yeji. Ternyata gumaman itu terdengar oleh Beomgyu.

"Biasa saja ..."

Yeji terkejut, netranya bertemu tatapan Beomgyu yang memandangnya sambil tersenyum lembut. Beomgyu tau Yeji pasti memiliki ketakutan akan masa lalu. Pria itu meraih tangan Yeji dan meremasnya pelan, seolah menenangkan Yeji. Tanpa banyak kata, hati Yeji menjadi tenang dan dipenuhi kupu-kupu. Momen-momen seperti ini membuat Yeji berpikir bahwa Beomgyu memang menyayanginya dan itu lebih dari cukup.

BILA [BEOMGYU YEJI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang