Malam Yang Panjang

73 7 11
                                    

Pada akhirnya Yeji kembali ke kamarnya dengan alasan takut jika Beomgyu mencari dan membutuhkannya. Katakanlah Yeji bodoh, namun kalian ingat kan tujuan Yeji hidup sudah tidak ada lagi. Dia hanya menjalani perannya. Toh jika tidak menikah dengan Beomgyu, mungkin dia akan mati kelaparan.

Yeji melewati kamar Ningning. Barang-barang Beomgyu memang di kamar Yeji namun Beomgyu tidur di kamar Ningning. Tidak terdengar apa pun. Hanya ada keheningan malam. Yeji bisa bertaruh bahwa itu karena kamar yang kedap suara karena kamarnya pun kedap suara. Gadis itu menyender di depan pintu, menahan sakit membayangkan suaminya sedang bercinta dengan wanita lain.

Disaat dia ada disini....

'Kakek, aku tidak tau sesakit ini...mungkin lebih baik aku menggosok toilet untuk makan daripada merasa begitu terhina...,'lirih Yeji dalam hati.

Yeji kembali ke kamarnya dan menarik selimutnya. Mencoba untuk tidur disaat kepalanya penuh dengan bayangan Beomgyu sedang bergumul dengan wanita lain. Airmatanya kembali menetes namun Yeji berusaha untuk tegar. Toh dia harus sadar diri bagaimana dia bisa masuk ke keluarga Beomgyu.

Ada banyak orang yang susah makan di luar sana walau bekerja mati-matian dan Yeji salah satu orang yang diangkat derajatnya. Walau ia merasa tidak lain sebagai pelacur, namun Yeji bisa tidur di ranjang besar dan nyaman ini berkat Beomgyu.

Sementara itu di kamar sebelah, tepatnya kamar Ningning, Beomgyu menyapu rambutnya ke belakang sambil duduk di tepi tempat tidur tanpa sehelai pakaian. Diambilnya sebatang rokok lalu dihisapnya sekali dua kali, hingga akhirnya ia melihat ke belakang. Pada sosok Ningning yang sudah tertidur lelap dengan tubuh polos yang hanya ditutupi oleh selimut. 

Entah kenapa benak Beomgyu memikirkan Yeji. Apakah Yeji sudah tidur atau belum. Apakah Yeji memikirkannya? Apa Yeji  menangis.

Beomgyu membenci empati yang masih tersisa dihatinya.

Seharusnya dia menjadi pria yang tidak berempati sejak ditinggalkan tanpa kabar oleh cinta pertamanya 6 tahun yang lalu.  Karena itulah Beomgyu tidak mempedulikan perasaan siapa pun. Termasuk Ningning.

Walau kelihatannya Beomgyu sangat tergila-gila dengan Ningning, namun jauh di lubuk hatinya, Ningning hanyalah sekedar pengganti. Bahkan tidak tergantikan mau sekeras apa usaha Beomgyu menerima Ningning. Pada akhirnya Beomgyu hanya menatap Ningning dengan nafsu. 

Begitu juga Yeji.

Namun kenapa dia malah kepikiran Yeji saat ini. 

Sebagai seorang pria, Beomgyu tidak kenal malu, ragu atau pun sungkan. Pria itu langsung berdiri dan memakai pakaiannya lalu meninggalkan kamar Ningning. Jika ingin melakukan sesuatu, seorang pria sejati harus melakukannya.

Beomgyu membuka pintu kamar Yeji yang tidak terkunci. Dalam benaknya Beomgyu mengumpat akan kecerobohan sang istri. Bagaimana jika ada orang lain yang masuk dan memperkosanya? Dasar Yeji bodoh.

Beomgyu berdiri di tepi tempat tidur. Memperhatikan Yeji yang sudah terlelap. Namun dengan bekas basah di bantalnya.

Mungkinkan Yeji menangis?

Beomgyu lalu beranjak ke sisi tempat tidur satunya dan perlahan merebahkan diri disamping Yeji. Seperti sangat kelelahan, Yeji sama sekali tidak terbangun. Beomgyu menyadari ada jejas airmata disudut mata Yeji dan dia yakin Yeji menangis sampai tertidur.

Namun Beomgyu heran sendiri dengan yang dirasakannya saat ini.

Yang jelas itu bukan perasaan bersalah ataupun kasihan pada Yeji.

Jam menunjukkan pukul 2 pagi saat Beomgyu menyadari sudah cukup lama ia hanya menatap langit-langit dan tidak bisa tidur. Saat itulah Yeji terbangun karena hendak ke kamar kecil. Yeji tidak menyadari keberadaan Beomgyu dan berjalan terhuyung-huyung ke kamar mandi.

BILA [BEOMGYU YEJI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang