Makan

493 85 6
                                    

Mengingatkan kembali bahwa ini hanya cerita fiksi hasil karangan saya sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata dari setiap tokoh yang ada dalam cerita.

Jadilah pembaca yang bijak !!
Selamat Membaca♡






Acara makan-makan dimulai, sekarang satu meja itu diisi oleh suara alat makan dan beberapa bincang-bincang.

"Berarti Doyoung itu, katingnya Junghwan yah?"

"Iya bun"

"Oh, gak ada yang sejurusan sama anak-anak ibun dong yah?"

"Iya bun"

"Tapi kok bisa kalian jadi barengan gini?"

Pertanyaan itu sebenernya gampang buat dijawab, soalnya semua bermula dari sikap cogilnya Junghwan ke Jeongwoo.

Cuma yah malu aja kalo harus jujur, lagian gak ada yang tega buat bikin Junghwan inget masa kelamnya dia.

"Mungkin efek sering ketemu pas ada tanding basket sih bun" ucap Doyoung

Haruto ngangguk, "lagian kan katanya, jodoh itu jorok bun, bisa nemu di mana aja"

"Oh iya sih"

"Kalo Junghwan kenapa ambil psikologi juga?" Sekarang ayah yang nanya

Dan Jeongwoo bisa liat jelas kalo Junghwan sempet matung, dia gak tau kenapa alesannya.

Sebenernya Junghwan juga gak tau kenapa ambil jurusan ini, tapi daripada disuruh ambil bisnis dan Junghwan gak suka.

Dia sukanya olahraga cuma orangtuanya gak ngasih izin, makanya Junghwan ambil asal aja. Tapi sebenarnya gak asal-asalan banget sih, soalnya dia masuk sini juga sebagai sarana terapi diri sendiri.

Puk

Junghwan nunduk, ngeliat tangan Jeongwoo yang nepuk pelan lututnya dan diusap lembut.

Junghwan ngelirik si pemilik tangan, tapi Jeongwoo masih fokus makan walaupun tangan kanannya tetap ngusap lutut Junghwan.

Jadi dengan senyum kecil, Junghwan natap ayah si kembar.

"Bisa dibilang sebagai sarana terapi diri sendiri juga sih om, soalnya kebetulan saya punya gangguan panik cukup parah"

Jawaban jujur Junghwan tidak diduga siapapun, bahkan Doyoung kira Junghwan bakal jawab ngasal dan gak seserius ini.

Tapi jawabannya diterima dengan baik, membuat ayah ikut mengapresiasi niat Junghwan.

"Bagus, kita emang harus punya kemauan buat sembuh"

"Dan ibun yakin, kamu pasti bisa lepas dari hal-hal menyakitkan itu" ujar ibun sembari mengusap bahu Junghwan

Benar, harusnya Junghwan tetap berusaha. Karena dia gak mau kehilangan hangat nya keluarga ini, maka akan dia perjuangkan kesehatan nya juga.

"Lanjut makan, ayo ayo" titah ibun

"Sayur sop nya enak loh ini" ujar ayah memuji

"Iya enak" ibun ikut ngangguk

C O G I LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang